BERAMAL LEWAT TULISAN

Wednesday, 24 June 2009

CAMBODIA = KAMPUCHEA = KAMBOJA







JALAN DARI POIPET KE SIEM REAP SUDAH MULUS
Aku lewati jalan itu tanggal 30 april 2009

DIJEMPUT BUS DOUBLE DECKER ke ARRANYAPRATHET


Dijemput dengan bus double decker di halaman stasiun kereta api hua lamphong Bangkok jam 9 pagi, sebelumnya bus start dari khaosan road. Masukkan ransel ke bagasi kemudian bus membawa aku menuju Aranyaprathet (Thailand site) yang akan ditempuh sekitar 3 jam-an. Ku lihat tidak ada satupun orang asia di dalam bus ini kecuali sopir, crew bus dan aku sendiri.

Tak lama bus meluncur keluar kota bangkok, aku dihampiri crew wanita dan meminta saya memperlihatkan nota paket tour kepadanya. Ngobrol perkenalan kemudian dia meminta pasporku, "Dari Indonesia ya ? " Yes kataku sembari memberi kekurangan bayar 2000Bath dan memberi satu bh foto 3x4 berwarna untuk penerbitan visa kamboja.
Kubeli paket tour ke kamboja pada salah satu travel di Khaosan road 5000Bath atau setara dengan 1,5 juta rupiah untuk 3D/2N termasuk transportasi, akomodasi(hotel & makan), visa dan tiket masuk kawasan Angkor Wat untuk 1 hari (one day visit).

Tidak banyak yang istimewa dalam perjalanan dari Bangkok ke aranyaprathet sehingga aku tertidur. Bus sampai di aranyaprathet pukul 12 siang dan berhenti di rumah makan. Crew bus meminta voucher/nota kepada para penumpang untuk makan siang disitu. Kita bisa pilih makanan yang ada pada menu, free tapi untuk minuman bayar sendiri.

Sekitar 1 jam aku istirahat di rumah makan itu, dan tak lama kemudian pasporku dikembalikan lengkap dengan visa Kambojanya yang nempel di paspor. Tenang rasanya hati ini dan agak heran kok begitu cepat dan simple untuk urusan visa. Visa Kamboja bisa kita ajukan via e-visa atau Visa on Travel(VoA) biaya rata-rata sekitar 25US$ tapi banyak syaratnya, makanya kupilih pake travel biar ga ribet.

Bus bergerak lagi menuju border sambil diceritaiin oleh crew bus tentang dan bagaimana kalo kita tinggal di Kamboja, sekitar 10 menit aku tiba di border. Semua penumpang turun berikut bawaannya. Rupanya bus berserta crewnya melayani hanya sampai di border dan kemudian dihandle oleh operator lain.



POIPET PINTU MASUK KAMBOJA DARI THAILAND


Sambil menggendong ransel berjalan beriringan menuju imigrasi Thailand, selepas dari situ berjalan lagi sekitar 500 meteran menuju imigrasi Poipet (Cambodia site). Isi form dan antri untuk cap imigrasi, aku diijinkan tinggal di Kamboja sampai 3 bulan sesuai cap permit yang diberikan. Melihat-lihat di sekeliling kantor imigrasi Cambodia di Poipet sangat sederhana, loketnya seperti loket pembayaran listrik mungkin masih lebih bagus loket listrik. Sambil antri di imigrasi, aku juga sempat memperhatikan sekitar yang semrawut, kelihatannya begitu bebas orang/gerobak/kendaraan keluar masuk border tapi aku tidak tau persis apa benar bisa sebebas itu tanpa dokumen imigrasi. Di Poipet terdapat casino besar seperti di Genting Malaysia atau Macau.

Setelah urusan di imigrasi Poipet selesai aku disuruh naik bus seperti metro mini tanpa AC yang penuh sesak dengan bawaan para penumpang. Bus berangkat disertai dengan berterbangannya debu kota kecil Poipet, tidak sampai 5 menit meluncur, bus berhenti dan parkir di suatu ruko yang nggak tahunya tempat penukaran uang (money changer). Aku jadi terpaksa ikut-ikutan tukar 500Bath dan dapat uang kamboja riel menjadi 500(Bath)X 80(riel) atau 40.000 riel. Kemudian aku dibawa berjalan ke ruko sebelahnya yang ternyata kantor assosiasi pengakutan untuk ke Siem reap. Karena banyaknya orang yang mau ke Siem reap aku terpaksa duduk di lantai sambil ngobrol-ngobrol dengan orang Australia yang jujur banget karena merasa mendapat kelebihan terima uang setelah tukar di money changer dan dia minta tolong kepadaku untuk mengantarkannya mengembalikan kelebihannya itu. 



NAIK CAMRY KE SIEM REAP


Nggak lama menunggu di kantor assosiasi yang seperti ruang tunggu agen bus itu, ada orang yang berteriak memanggil-manggil "Siapa yang mau ke Siem reap ?", karena nggak jelas ke siapa yang dimaksud kucoba menunjukkan nota kepadanya, O’ya you ikut saya!, katanya. Mobil Toyota camry dah disiapin untuk isi 4 orang ke Siem reap, 2 orang Amerika, 1 orang Ecuador dan aku sendiri. Camry meluncur dengan stir kiri (di Singapura, Malaysia dan Thailand stir kanan sama dengan Indonesia), ngobrol kesana kemari diatas camry yang menapaki jalan hotmix yang mulus(sebelumnya parah banget), sepi, lurus tapi banyak traffic lightnya yaitu sapi yang menyeberang. Di tengah perjalanan teman Amerika minta berhenti istirahat untuk minum di kedai pinggir jalan, dia minum bir sedangkan aku coke dingin 4000riel/kaleng. Melewati daerah pedesaan yang belum ada listriknya (masih maju desa-desa di Negara kita), mobil terus meluncur dan tiba di Siem reap dalam perjalanan 4 jam. Aku diturunkan di pom bensin Siem reap sambil menunggu jemputan ke guest house. Eeee… aku kaget karena dijemput dokar yang ditarik oleh sepeda motor, itulah yang namanya Tuk-Tuk Kamboja.
Disertai basahnya jalanan dan ada beberapa genangan air di jalan-jalan Siem reap, aku tiba di guest house. Seperti biasa dengan hanya menunjukkan nota paket tour aku dipersilahkan masuk kamar double bed. Mandi-mandi dan makan di restoran hotel, aku hanya pesan French fries + sambel saus + ice water, setelah itu saya minta dianterin keliling kota Siem reap pake tuk-tuk sambil cari-cari informasi tempat makan moslem food. Ga taunya emang ga ada, susahlah aku. . . Putar-putar kota dan ngeliat banyak durian disekitar Pasar Samaki jadi kepingin beli durian, kucoba beli saya satu buah, harganya 23.000 riel (uang rupiah 23.000 x 2,5 jadi Rp.50rbuan). Selesai keliling kota, balik ke hotel dan ga lupa kasih sedikit tip untuk driver tuk-tuk biar sama-sama senang. Istirahat tidur untuk persiapan jalan besok.





KE KOMPLEKS ANGKOR WAT
 
Bangun pagi-pagi dan sarapan, aku tetep minta French fries/kentang goreng + secangkir kopi. Ditemani driver tuk-tuk aku menuju kawasan Angkor Wat dan 15 menit dah tiba disitu. Masuk kawasan Angkor auranya memang beda (Aura kasih kali. . .) sunyi khidmad, terasa damai, sejuk dimata namun panas matahari mulai menyengat tubuh. Ambil tiket one day visit 20US$ (free dibayarin tour), tiketnya dah terprint bersama foto kita. O’ ya jangan lupa bawa makanan kecil dan air mineral sebelum ke Angkor Wat karena waktu kita sampai disana kita akan ditawari dengan gencar dan ditarik-tarik untuk beli air minum dan lainnya, biasanya harganya mahal dan kita akan confuse (belum hafal rate masing-2 mata uang) karena bisa bayar pake US$, Bath Thai atau Riel Cambodia, pokoknya mahallah.

Pergi ke Siem reap come alone memang lebih leluasa ga ada tanggungan apa apa tapi untuk soal foto memfoto saya agak kesulitan karena harus minta tolong sama orang lain, itupun kalau mereka bersedia. Jalan masuk ke Angkor cukup lebar dan panjangnya mulai dari jalan raya sampai gerbang utama Angkor sekitar 300 meteran yang kanan kirinya terdapat danau kecil dengan air yang bening kehijauan bayangan dari pohon-pohon rindang sekitar, tampak bersih dan alami. Berjalan terus ke dalam, naik turun tangga, ambil foto dan minta tolong difoto, mengamati relung-relung/relief Angkor sangat mengasyikan dan mengagumkan.

Angkor yang dibuat beberapa ratus tahun lalu di masa Raja Suryavarman II pada abad ke-12 itu sebagian besar masih berdiri tegak dan menjadi saksi bisu betapa besar kejayaan bangsa Kamboja saat itu. Saya sempat berpikir pakai apa, bagamaina dan berapa lama mereka membangunnya? Amazing. Menurut penuturan warga setempat Kompleks Angkor Wat dibangun oleh ribuan buruh dan ratusan gajah, sedangkan batu-batunya diambil dari daerah yang tidak jauh dan diangkut dengan perahu.

Capek berjalan dari ujung ke ujung, dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah menyusuri jalan-jalan di dalam angkor telah menghabiskan separuh botol besar air mineral yang kubawa. Melelahkan memang, sebenarnya tidak cukup sehari mengelilingi Angkor yang luas dan tersebar di beberapa lokasi. Pantas di loket menyediakan tiket one day visit, two days, three days dan one week visit ke kawasan Angkor.

Driver tuk-tuk dah menunggu 2 jam lebih di parkiran, aku keluar dari Angkor utama dan melanjutkan ke Angkor lainnya Bayon dan Thom. Senang, kagum namun melelahkan. Setelah puas menikmati keindahan Angkor tak lupa kubeli cendera mata seperti kaos (5US$ dapat 4 buah), gantungan kunci dan accessories lainnya. Kembali ke hotel akh dah capek nich, perlu istirahat .....

Sampai di hotel aku agak malas untuk makan tapi terpaksa makan kuatir nanti sakit, aku order nasi goreng pakai wortel dan potongan buncis aja, Alhamdulillah aku habisin semua. Istirahat tidur karena kecapekan, menjelang malam aku ditawarin ‘Mau massage dengan Cambodia Girl ? Beauty and slim Mr.’, katanya. Oh very sorry brother nanti kecapekan kataku dan bisa ditanya sama my wife yang sedang menunggu setia bersama anakku di Bangkok(mereka ga ikut karena feelingnya kuat kalau ikut bakalan capek). Sorry ya kataku sambil menepuk pundaknya, dia tertawa. Ku lihat kompetisi hidup orang Kamboja cukup tinggi dan berusaha melayani tamunya dengan baik. Kalau di kawasan hotel, mereka tidur hingga larut malam dan tak pernah lepas dari minum bir, itu sudah menjadi kebiasaannya. Mereka mengumpulkan dollar, bath atau riel setiap hari dari jasa yang mereka jual atau menunggu pemberian tip dari para tamunya.

O’ ya kalau orang Eropa atau Amerika bilang biaya hidup di Kamboja murah banget tapi tidak untuk orang Indonesia. Untuk kelas guest house atau hotel ditawarkan mulai 7US$ ke atas, kita tinggal pilih yang mana. Sedangkan untuk makan di menu hotel mulai 1,5US$ ke atas juga tinggal pilih harga mana yang kita mau. Sebelum berangkat tidur kuoba kartu VISA untuk tarik US$ dari ATM, yakh cuma tarik 50US$ untuk jaga-jaga dan kena fee 2US$. Juga aku sempetin telepon kerabat di tanah air dengan sewa handphone orang hotel (1menit 0.5US$), nge-net, email dan browsing (1 hour 0.5US$). Kemudian jadilah aku tidur sampai pagi.



KEMBALI KE BANGKOK

Hari ketiga menjelang pulang ke Bangkok aku breakfast dengan menu yang sama French fries+coffee. Pukul 8 pagi saya diantar tuk-tuk ke pom bensin untuk menunggu bus yang seperti metro mini itu ke Poipet. Tak lama kemudian datang 2 tamu asal Swiss dari hotel yang sama juga untuk berangkat ke Poipet. Nunggu sampai jam 9, barulah bus datang dan kulihat seatnya nyaris penuh.

Menuju Poipet bus 3 kali berhenti, pertama cuci mobil, kedua istirahat dan yang ketiga makan. Sampai di Poipet pukul 14 siang, seperti biasa antri di imigrasi Poipet dan imigrasi Aranyaprathet kemudian berjalan lagi menunggu angkutan ke Bangkok. Dengan menunjukkan lagi nota, aku diangkut pakai mobil Van Hyundai berbahan bakar gas. Aku beri catatan disini mulai aku berangkat hingga kembali ke Bangkok, aku hanya menunjukkan nota yang kubawa dah beres semuanya jadi seperti kertas sakti, mungkin mereka punya konsorsium, hebat . . . hebat aku acungi jempol, kok nggak takut rugi siapa tau ada penumpang gelapnya. Jadi untuk masalah yang satu ini tamu ga perlu repot, mungkin mereka (sesama operator tour) punya hitung-hitungan tersendiri di belakang.

Menuju Bangkok drivernya oke banget lincah lagi cekatan, berhenti 3 kali untuk isi BBG (Bahan Bakar Gas), tibalah aku di Bangkok pukul 17:30, Ukh … merdeka rasanya.


BANGKOK ke HATYAI

Target malam ini aku harus ke Hatyai menyusul isteri dan anakku yang sudah lebih dulu berangkat dengan Kereta Api dari Hua Lamphong. Sebetulnya aku udah punya tiket KA Hatyai - Bangkok (pp) yang aku beli di Stasiun Hatyai, namun tiket balik ke Hatyai aku batalkan di Hua Lamphong dan dapat refund 50%. Tindakanku ini alhamdulillah tepat sasaran karena kalau tidak aku batalkan pasti aku ketinggalan KA.

Masalahnya saat ini aku belum punya tiket apapun untuk balik ke Hatyai sedangkan sekarang aku masih berada di daerah Khaosan road sewaktu dari Kamboja. Aku coba naik tuk tuk dari Khaosan menuju ke salah satu travel dekat Stasiun Hua Lamphong. Disitu aku bilang 'Hai brother, tolong aku please... malam ini aku mau ke Hatyai'. Seraya dia telepon kesana kemari dan akhirnya berhasil juga, thank's brother anda telah membantuku.

Tiket bus aku bayar dan aku diantar ke pool pemberangkatan bus dengan sepeda motor agar bisa menembus macetnya Bangkok dan mengejar waktu yang udah mepet. Uniknya bus berangkat tidak jauh dari Khaosan rd, ya ampun kalau tau tadi aku langsung beli disitu...

Bus double decker yang dipenuhi turis asing berangkat dari Bangkok menuju Surathani. Menjelang subuh bus masuk Surathani dan aku ditransfer menuju Hatyai dengan minibus. Hampir tengah hari aku baru sampai di Hatyai dan segera melacak anak dan isteriku sedang ada dimana. Tanya-tanya di agen bus langgananku apa ada seorang isteri dan anak lelakinya datang dari Bangkok dengan ciri-ciri yang aku sebutkan ? Alhamdulillah dia mengiyakan,  "Ada, tapi sekarang mereka sedang jalan keluar."

Sebelum aku mencari untuk bertemu anak dan isteriku, aku booking bus menuju Kuala Lumpur. Tapi semua sudah full booked, benar-benar penuh. Adanya besok malam. Kalau ini tejadi otomatis aku nggak bisa sama-sama anak dan isteriku ke KL malam ini. Kali ini aku minta tolong lagi ke agen bus supaya bisa berangkat dengan bus yang sama dengan anak isteriku. Mereka mengerti keinginanku dan mengatakan, "Ada seat untuk kru apa mau ?, kalau mau nanti harganya nego saja dengan driver." Tawaran itu aku iyakan sehingga malam nanti bisa sama-sama dengan anak isteriku ke KL..

Pekerjaan selanjutnya adalah mencari anak isteriku (kami sama-sama nggak punya mobile phone kartu Thai). Menurutku pekerjaan ini tidaklah sulit karena aku tau kebiasaan anak isteriku, lagi pula kota Hatyai nggak begitu besar. Aku mencari mereka di seputar pasar Hatyai, kesana kemari dan akhirnya kami bertemu berpapasan di sudut tikungan salah satu gedung di Hatyai. Alhamdulillah kami bersatu kembali.

Setelah kami makan bersama, kemudian beristirahat di agen sambil menunggu waktu pemberangkatan bus ke KL. Sampai ketemu lagi di KL ya..... cheers.


Info terbaru : bagi pemegang Paspor Indonesia utk masuk ke Kamboja saat ini bebas (tanpa visa, kesepakatan juni 2010)

Anda mau keliling dunia dengan harga murah, baca buku lonely planet.


copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com

No comments: