MEMASUKI 'ZONA MERAH' PATANI South of Thailand
b. Dijemput dan diantar
c. Tidak perlu ke terminal bus (hemat biaya & tenaga)
d. Lebih cepat
e. Di imigrasi barang bawaan tidak perlu diturunkan
Dengan alasan lama perjalanan tidak lebih dari 5 jam, maka kupilih siang hari, biasanya kalau perjalanan lebih dari 6 jam pasti kulakukan pada malam hari. Sehingga nggak perlu tidur di hotel tapi tidurnya pindah di bus atau train.
Perjalanan ini melewati Penang Bridge (sepanjang 13,5 km), Butterworth, Kedah, Changloon, imigrasi Bukit Kayu Hitam (Malaysia side), imigrasi Sadao (Thailand side), Propinsi Songkhla dan akhirnya tiba di Hat Yai (atau Hat Nyai). Aku minta diturunkan di Travel 'Hat Yai Inter Top Tour' di 150 Niphat Uthit 3 Rd, Hat Yai, Songkhla 90110, karena dah kenal baik aku langsung pesan tiket bus untuk balik ke KL, juga membeli voucher hotel untuk 2 malam. Tiket bus ke KL yang kubeli namanya 'Shira' (380 Bath atau 40 ringgit) dan Hotel di Hat Yai adalah 'Sakura' (510 Bath atau 150 ribu Rp / Triple). note : waktu itu 1 Bath = Rp. 300
HOTEL SAKURA
Hotel Sakura di 186 Niphat Uthit 3 Rd, Hat Yai, Songkhla 90110 letaknya sangat strategis berada di tengah kota, kemana-mana dekat dan heeemmm harganya murah banget man... 150 ribu sekamar bertiga. Fasilitas kamar twin bed, TV, AC, wifi, free 2 bottles ice water, kulkas, towel dan soap, pokoknya enaklah setara hotel bintang 2 atau 3. Seperti kutulis sebelumnya beli voucher di travel lebih murah kalau dibandingkan dengan langsung di TKP (hotel) apalagi kalau ber-3 biasa taripnya kena yang triple room. Urusan tiket balik ke KL dan hotel dah beres, tinggal tukar uang 100US$ menjadi Bath... kudapat kurs hari itu untuk 100 US$ jadi 3200Bath.
BLUSUKAN ke PASAR2 @HAT YAI
Seperti biasa kalau di Hatyai kami blusukan ke berbagai pasar cari barang yang aneh-aneh atau hunting makanan. Tentu yang takkan kulewatkan adalah makan tom yam-nya, nggak jauh dari hotel ada restoran muslim yang jual tom yam sea food... semangkuk 40Bath (=Rp.12.000). Hunting lagi cari makanan lain durian, kelapa thailand, es campur, KFC (halal, McD ?), coba makan buah-buahan, aneka gorengan sea food udang dan lobster. Disini semua murah meriah dan menyenangkan sampe lupa pulang... betah and betah...
Karena sering blusukan ke pasar dan melusuri jalan jalan di Hatyai, banyak orang yang menyapa kami dengan kata 'Hai atau Hallo'. Pusat Kota Hatyai yang tidak terlalu besar otomatis kami sering melewati jalan yang sama dan bertemu belasan orang yang menawarkan jasa pijat (massage). Sungkan juga setiap kali bertemu orang yang menawarkan massage tapi satu kalipun tidak pernah memakai jasa mereka. Aku terpaksa cari jalan lain supaya nggak ketemu orang itu lagi. Memang di Hatyai banyak usaha massage, foot massage, local thai massage atau pijat refleksi. Agar tidak ada persaingan harga, di tempat massage terpampang harga yang sama yakni 300 Bath.
KE 'ZONA MERAH' PATANI
Dalam perjalanan ke Patani banyak kujumpai barikade-barikade militer di jalan, dari Hat Yai ke Patani kuhitung ada 7 kali aku melewati barikade militer dengan senjata lengkap bahkan ada kalanya kendaraan di-sweaping, penumpang dan barang bawaan diperiksa. Disamping itu kadang-kadang kulihat ada aparat keamanan dalam truk turun dan berjalan memeriksa ruas jalan tertentu. Ya itulah kondisi disana masih adanya konflik internal negara Thailand (antara pemerintah dengan wilayah di selatan khususnya Patani, Narathiwat dan Yala).
Tiba di Patani aku turun dekat terminal dan berjalan menyusuri pasar kemudian kutemukan banyak orang makan di suatu kedai. Kupesan nasi campur plus gulai ikan dan minumnya es teh. Disinilah tempat berkumpulnya para sopir untuk ngobrol-ngobrol dan istirahat makan sambil mencari calon penumpang. Sopir-sopir ini melayani jurusan Padang Besar yakni wilayah Malaysia dekat perbatasan Thailand. Kendaraan yang dipakai dari Patani tujuan Padang besar pakai sedan mercy lama kalau nggak salah mercy tiger, ongkosnya 160 Bath.
Menunggu masuknya waktu shalat dhuhur tiba, aku sempat berdialog dengan anak-2 muda di Masjid Patani. Ku bilang pada mereka, 'aku ni dari Indonesia, jauh-2 datang kesini mau lihat masjid dan menjumpai anda di Patani, semoga kamu semua baik-2 aja'. Shalat dhuhur berjamaah kemudian perjalanan kulanjutkan melihat-lihat kota Patani. Kota ini tidak begitu besar mungkin hanya sebesar kota Jombang di Jawa Timur. Masyarakatnya banyak menjadi nelayan dan berdagang. Anak mudanya ada juga yang kuliah di Indonesia, yang pernah kutau ada yang kuliah di Jogya. Orang Patani banyak ditemui di Kota Hat Yai, mereka membuka restoran muslim dan berjualan di berbagai pasar. Mereka welcome namun mereka tetap waspada kepada orang yang baru mereka kenal. Tentu saja demikian karena situasi disana masih saja terjadi bentrokan atau serangan yang datang tiba-tiba (penembakan atau bom).
Masyarakat di selatan disamping bisa berbahasa melayu mereka juga menguasai bahasa Siam seperti mereka yang ada di bagian Thailand lainnya, tulisannyapun tulisan Siam. Di wilayah selatan ini masyarakatnya mayoritas beragama Islam, tak heran disana banyak masjid besar dan surau. Propinsi berpenduduk mayoritas muslim ini adalah Songkhla, Patani, Yala dan Narathiwat, yang disebut Pattani Darussalam.
Kudatangi sekelompok anak muda Patani, aku berdialog dan menawarkan kepada mereka 'mau nggak antar aku keliling kota Patani dengan sepeda motor ? nanti ada jasanya yang kubayar'. Setelah deal salah seorang dari mereka mengantarku berkeliling Patani, ke Pasar, ke tempat nelayan, ke Songkla University, ke kuil dan setelah puas , kuminta dia mengantarkan ke travel untuk kembali ke Hat Yai. Bye .. bye .. Patani ....
copyright© by rusdi zulkarnain
email : alsatopass@gmail.com
No comments:
Post a Comment