BERAMAL LEWAT TULISAN

Friday, 4 February 2011

PAGI BUTA MENGHARUSKANKU ke TIANJIN (China - 3)











KE Bandara LCCT, alarm HP di pagi buta menyalak-nyalak membangunkan paksa lelap tidurku, cepet-cepet ke kamar mandi lalu berkemas. Tet pukul 4 pagi check out dari hotel dan jalan kaki ke KL Sentral ambil bus menuju LCCT. Disana nggak perlu tunggu lama, counter check in ke Tianjin terlihat sudah dibuka, beranjaklah aku kesitu tuk check in dengan 1 bagasi 15Kg. Petugas meminta pasporku bukan print out tiket, sebentar aja dia bekerja tak lama paspor beserta boarding pass diserahkan kepadaku. Tenang dan amanlah semua . . . tinggal nunggu Fly

Waktu terbang masih sekitar 3 jam lagi, kumasuk ke resto ayam MarryBrown pesan kombinasi ayam dan nasi kandar, enak bener campuran rasa barat dan rasa melayu. Check in sudah, makan minum sudah sekarang tinggal shalat (waktu Shubuh di KL pukul 06.30).

Masuk ke terminal untuk pemerikasaan imigrasi. Disini terjadi insiden, tanpa kusadari pasporku tertukar dengan paspor anakku namun dia sudah lolos diperiksa & distempel paspornya. Ketika diperiksa di lajur lain, aku ditanya petugas,  "Pak Cik, ni paspor tak same dengan Pak Cik" Aku balik tanya, "Maksud bapak macam mane ?" Coba buka pasporku, ternyata betul itu paspor anakku. "Wah tertukar ini Pak Cik", kataku. "Oke panggil anak Pak Cik ke mari !", katanya. Setelah dihadapkan berdua, tanpa panjang lebar dia stempel pasporku. "I am so sorry, saye telah merepotkan Bapak", kataku. Lalu petugas berkata "Selamat holiday-lah ke Chine". 

"Thank’s Pak Cik", balasnya.


FLIGHT dari LCCT ke BINHAI TIANJIN


Sebagai bekal dalam penerbangan kubeli roti dan 2 botol orange juice. Lama penerbangan dari Kualalumpur ke Tianjin sekitar 6 jam (08.30 s/d 14.25), no difference time between KL and Tianjin. Penerbangan AirAsiaX (D7) 2612 dari KL ke Tianjin tiga kali seminggu, Senin, Rabu dan Jum’at. Pakaian tebal telah kusiapkan & kusesuaikan dengan udara dingin Tianjin, tinggal tambah topi dan sarung tangan yang akan kupakai pas keluar dari bandara Tianjin nanti. Di ruang tunggu aku diajak ngomong mandarin oleh sebelahku, aku terbengong-bengong nggak ngerti maksudnya. Aku hanya bisa melambaikan tanganku tanda nggak ngerti, ketipu juga tuh orang aku disangka Chinese.

Pintu boarding dibuka aku berjalan menuju pesawat yang diparkir agak jauh dan masuk ke kabin Airbus A330 seri 300 dengan seat di-row 44 dekat bagian belakang.


TIANJIN BINHAI INTERNATIONAL AIRPORT


Menjelang mendarat di Tianjin Binhai International Airport (TBIA), kulihat suasana kota Tianjin dari atas yang cuacanya sangat terik cerah disorot sinar matahari. Terlihat deretan pabrik-pabrik, jalan dan apartemen bertebaran teratur di kota ini. Airbus mendarat dengan mulus dan kami semua digiring ke imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan visa, "Nihao …", kata petugas imigrasi. Tidak lama, pasporku di stempel. Segera keluar dari Arrival Terminal melalui pintu EXIT-2, "Wuhhh … dingin banget", gumamku. Bener dingin banget, nggak nyangka dari dalam terminal kelihatannya panas terik cuacanya, tapi pas keluar terminal, menusuk bener dinginnya. Oh dingin, engkau datang nggak bilang-bilang kalau mau menerpaku, atau permisi dulu dong kalau engkau adalah Sang dingin. Heeh dinginnya.... 


TIANJIN RAILWAY STATION


Pasang penutup kepala dan sarung tangan kemudian beli tiket shuttle bus Airport -> Tianjin Railway Station 10 Yuan. Bus berangkat setelah penuh dan menempuh perjalanan lebih kurang 35 menit, kemudian berhenti sekitar 200 meter di selatan stasiun Tianjin. Sambil membawa tas punggung dan sambil juga menahan dinginnya Tianjin, aku berjalan perlahan menuju stasiun. Masuk ke dalam stasiun semua barang di-scanner, kemudian beli tiket ‘CRH Bullet Train’ atau China Railway High speed menuju Beijing South, tiket standard harganya 58 Yuan. Ada juga yang 1st Class, tiketnya 69 Yuan. Tiket yang kuambil jadwal berangkatnya 20 menit lagi, sehingga masih bisa lihat situasi sekitar dalam stasiun.

Sebelum gate ke train dibuka, kami harus menunggu dan antri di depan gate. Kami terus memperhatikan tulisan di tiket dan memperhatikan layar monitor jadwal pemberangkatan. CRH mempunyai jadwal yang ketat, hampir setiap 15 menit ada kedatangan dan pemberangkatan. Informasi di tiket atau di monitor terdiri dari nama kereta, tujuan, tanggal, gate, nomor gerbong dan nomor seat.

Jumlah gerbong CRH ada 8 rangkaian, no 1 di depan hingga no 8 di belakang, tidak ada kepala atau ekor. Gerbong no 1 dan no 8 sama-sama sebagai kepala. Ketika gate dibuka, kumasukkan tiket ke detektor tiket kemudian tiket keluar untuk kusimpan untuk kenang-kenangan. Cari gerbong dan seatnya, ambil air kemasan gratis 330 ml. Setelah semua oke, kereta siap berangkat sesuai jadwal. CRH selalu on time berangkatnya, jadi kami harus disiplin agar tidak terlambat. Di CRH tidak ada pemeriksaan tiket, yang ada adalah petugas wanita cantik yang menjual miniatur CRH berupa gantungan kunci 10 Yuan dan miniatur yang lebih besar nggak tau harganya berapa ? Di dalam CRH ada juga mini store yang menyediakan makanan dan minuman ringan.

CRH bergerak maju, di monitor ada informasi dalam bahasa Inggris dan China tentang perubahan speed dan suhu luar ruangan. CRH lari kencang menambah kecepatannya, waktu itu terlihat speed tertinggi mencapai 340km/hour dan suhu di luar ruangan -6°C. CRH berjalan tanpa suara ‘smooth and silent’, tanpa goncangan, tenang dan sungguh luar biasa waktu tempuhnya sangat 'on time' yakni 30 menit tidak lebih tidak kurang.

Obsesiku pengen cepet-cepet di daerahku ada train seperti ini, rute Malang - Surabaya, caranya patungan dengan temen-temen yang mau terpanggil memajukan bangsa ini atau kupanggil investor handal. Kalau udah terealisasi nanti anggota DPR dan Pemerintah tinggal pake aja jadi nggak usah mikir apa-apa, Hhe.. Hhe.. namanya juga obsesi. Pada dasarnya, aku tidak rela negaraku semakin ketinggalan dengan negara lain, negara bekas perang aja seperti Vietnam sudah siap menyalip negeriku dan mungkin sebentar lagi akan disalip juga oleh Laos atau Timor Leste.


BEIJING SOUTH


Oh Beijing, We are coming. Kami sudah ada di jantung Negeri Raksasa Tirai Bambu, kami berharap, engkau  selalu menerima kami dengan segala keramahanmu.

Beijing mempunyai beberapa Stasiun Kereta Api seperti Beijing Railway, Beijing South, Beijing West dan Beijing East. CRH berakhir di Beijing South. Begitu sampai di Beijing South, kami segera cari taxi menuju Forbidden City Hostel, tapi naik taxi argo di sini harus antri panjang. Kalau harus ikut antri pasti lama, sedangkan hari semakin gelap dan dingin semakin menusuk. Tanpa pikir panjang kami ambil taxi gelap sekalian mau test seberapa jujur orang di Beijing. "Bos tolong antar aku ke Hostel Forbidden City, ini alamatnya !" kubilang gitu sama sopir taxi. Alamatnya emang sudah kusiapkan dalam bahasa Mandarin. Waktu kuperlihatkan kertas catatan tersebut, dia manggut-manggut aja tanda mengerti. "How much ?". Oke, harga disepakati, kebetulan Beijing lagi macet betul, pas pulang kantor. Untung aja kami ambil taxi gelap, andai pake taxi argo disamping harus harus antri lama dan kena macet, pasti ongkosnya setara dengan taxi gelap.

Sejam lebih aku baru sampe di hostel dan kubayar sesuai harga yang disepakati, barang bawaanku diturunkan dari bagasi dan dia bilang Xie Xie. Awal yang baik sudah kami rasakan, kebaikan dan kejujuran di Beijing mulai kupercaya.


FORBIDDEN CITY HOSTEL

Hostel ini aku tau dari hasil browsing internet, alamatnya di No. 5 Nanheyan Street, Dongcheng District. Transaksinya langsung di TKP tanpa booking dulu, ada kamar langsung bayar.
"Nihao, Wan an, saya perlu satu kamar untuk dua orang, ada ?" kataku dalam bahasa Inggris. Di situ ada dua petugas hotel yang bisa bahasa Inggris, jadi aman nggak perlu pake bahasa isyarat. Per malam aku dapat harga 180 Yuan sekamar berdua, dengan fasilitas twin bed, TV color, air panas dingin, selimut tebal, water heater untuk masak air, telepon dan toiletary. Kamar kubayar langsung untuk enam malam, jadi nggak kepikiran untuk bayar hotel lagi.

Beres-beres barang dan mandi kemudian turun ke lobby untuk cari paket tour ke Great Wall dan Ming Thomb besok pagi. Harga tour sudah deal, berikutnya beli peta kota Beijing 8 Yuan dan balik ke kamar nyalakan rice cooker masak nasi. Hostel Forbidden City sangat strategis letaknya, kami merasa beruntung tinggal di sini karena mempunyai kelebihan sbb :

  • Staf-nya bisa bahasa Inggris 
  • Menyediakan paket tour
  • Harga kamar terjangkau
  • Ada cafĂ©-nya
  • Ke Forbidden City atau Tianamen cukup jalan kaki
  • Route bus banyak, tinggal naik/turun dari depan hotel
  • Naik subway juga dekat bisa di Wangfujing atau Tiananmen East
  • Dekat dengan pusat jajanan Wangfujing
  • Dekat dengan Mall Wangfujing
  • Dekat dengan night market Wangfujing (kuliner & souvenir)
  • Dekat dengan restoran muslim 
  • Di sekitar hotel tersedia laundry, massage dan toko kebutuhan sehari-hari.
Pokoknya rekomenditlah . . . Tidur dulu ya, Selamat malam.

Info : 

Flight dari Kuala lumpur ke Tianjin sudah tidak ada lagi. Yang sekarang ada, Kuala lumpur ke Beijing.



copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : 
alsatopass@gmail.com

7 comments:

Robbi Cahyadi said...

targetnya seratus negara ya pak cik hehe. salam flashpacker. cantik - cantik ya pramugari CRH nya, kayak artis mandarin gitu hehehe. next travelling kemana pakcik?

seratusnegara said...

salam flashpacker too.. semoga saya dan anda bisa jelajah 100 negara, amin. Next destination Macau, HK, SHZHN (oct'11) dan North Thai, Myanmar, Laos (apr'12)

Anonymous said...

ikutan dong...

Erda said...

Wah.. ok jg nih pak, tp koq istrinya ga di ajak ngetrip bareng pak. Kan seru tuh.. Hehehe

seratusnegara said...

@erda,

ayo ikutan kita sama2. Istri dan anak saya sering ikut kok. Kalau promo dan liburan sekolah waktunya sama mereka biasanya gabung.

Cheers

sendy said...

mau tanya Pak.. kalau di kereta tianjin-beijing, kalo kita bawa bagasi.. caranya gimana? tks

seratusnegara said...

hai sendy,

Bawa bagasi ga masalah, bisa ditaruh di atas, ditaruh dekat ujung tiap gerbong, dipangku atau cari bagian yg lowong dekat kursi kita. Santai aja lah...