Setelah semua urusan check in dan dokumen selesai, coba masuk ke departure hall. Sekarang ini AA mulai ketat mengawasi barang bawaan ke kabin, kalau yang dibawa kelihatan besar dipastikan susah lolos dan disuruh ditimbang. Melebihi ketentuan berat 7Kg barang harus dikurangi dan harus dibagasikan tentu nambah biaya lagi.
Waktu pemeriksaan paspor di imigrasi nggak ada masalah walaupun masuk ke Malaysia tadi pagi pukul 9 dan keluar Malaysia pukul 16 sore di hari yang sama. Pada saat pengisian form kedatangan masuk Malaysia aku tulis sebagai ‘transit’ dan kolom address di Malaysia kuiisi ‘None’. Ada ketentuan baru lainnya kalau bawa cairan seperti odol, jelly, aneka cream atau cairan tidak boleh lebih dari 100ml. Lebih dari 100ml harus pakai transparan bag dan total semuanya tidak boleh lebih dari 1 liter (1000 ml).
Urusan menunggu pemberangkatan di waiting room berakhir, para penumpang diminta bergegas menuju ke pesawat. Tentu sebagian besar penumpang didominasi oleh orang India, sisanya campuran antara orang bule, Malaysia dan bangsa lainnya termasuk saya. Okupansi penumpang di pesawat mencapai 95% yang berarti full.
Dibawa terbang bersama Air Bus 330-300 Flight Air Asia X (D7) 2506 menuju New Delhi selama 5 jam dan 30 menit sungguh mengasyikan. Waktu itu berangkat dari KL pukul 17.40 dan tiba di Delhi pukul 20.40, difference time antara KL dengan Delhi 2,5 jam lebih dulu KL. Pesawat tiba beberapa menit lebih awal dari jadwal, keluar melalui garbarata (belalai gajah) menuju arrival hall dan berjalan kaki mungkin sejauh 800 meteran sampai desk imigrasi. Untuk menuju kesana disediakan escalator biasa dan escalator yang berjalan datar (auto walkways), memang agak jauh jaraknya. Walaupun gitu rasa capek hilang sekejab setelah melihat megahnya bandara IGIA (Indira Gandhi International Airport) yang dilapisi karpet tebal yang mewah pada seluruh lantainya. Berapa meter tuh karpet yang dibutuhkan untuk membungkus semua lantai bandara ? pastinya ribuan meter.
IGIA, Indira Gandhi International Airport saat ini merupakan salah satu bandara terbesar ke-6 di dunia sejajar dengan Dubai, Bangkok, Singapore, Beijing dan Mexico City. Sebagai bandara yang besar di sekitarnya banyak fasilitas yang disediakan, automatic walkways, clinic, duty free shop, cafe, bank/money changer, parkir yang luas, train express link, sistem check bagasi, counter check in yang banyak, recharge station untuk HP, shuttle bus, STD/ISD booth. IGIA terdiri dari Terminal 1 untuk layanan domestik, terminal 2 dan 3 untuk layanan internasional.
VISA ON ARRIVAL (VoA)
Sementara penumpang lain mengurus pemeriksaan paspor pada jalur biasanya, sedangkan aku mengurus di bagian Visa on Arrival lokasinya nyelempit masuk. Pertama cuma ada 2 orang yang ngurus visa, seorang New Zealand dan aku, kemudian datang 4 orang lagi semua wanita kebetulan dari Indonesia. Disitu ada 2 desk, pertama aku diterima seorang petugas yang bertanya dari negara mana. Kemudian dia tanya kepada rekan kerjanya yang lain, Indonesia bisa VoA nggak? Mulai dari situ aku dah nggak yakin bener akan dapat pelayanan yang bagus. Semua petugas kelihatan bingung, pertama dokumenku dipegang oleh yang satu kemudian di-over lagi ke lainnya tanpa ada kemajuan yang berarti. Kelihatannya mereka bener-bener baru belajar terbukti salah satu dari mereka mengajari yang lain apa-apa yang harus dikerjakan.
Sebagai informasi kalau mau ngurus visa India bisa datang ke kedutaan India di Jakarta namun karena domisiliku di Malang pasti biayanya lebih dari 60US$, makanya aku pilih Visa on Arrival.
Dia memintaku untuk ke desk sebelahnya untuk bayar, aku keluarin 60US$. Dia nggak mau US$ harus ditukar ke rupee dulu yang dihargai 1US$ hanya 40,95Rs. Dia memintaku tuk bayar di desk itu, nggak taunya itu adalah money changer (nggak ada tulisan money changer). Kalau di dalam terminal kedatangan ratenya 1US$ bisa dapet 45-47Rs, kita semua dikerjain. Kebetulan aku sama sekali nggak bawa Rupee, hanya bawa dollar maksudnya kalo ditukar di Delhi bisa dapet lebih gede. Rencanaya begitu tapi kenyataan berkata lain, dikerjain duluan sama orang imigrasi. Semua jadi serba salah, mau nggak diturutin atau protes takut visa nggak dikeluarin, jadi dengan terpaksa turutin kemauannya.
Untuk VoA dia minta pas photo, tiket dan copy paspor kemudian isi form dengan kolom-kolom : data pemegang paspor, data penerbangan, berapa lama di india, kemana aja, nginep dimana, kalau di hotel namanya apa, alamatnya dimana, kamar nomor berapa, mana bookingannya, bawa uang berapa, ikut operator tour apa. Form yang bisa aku isi akan aku isi namun kalau isian tinggal di hotel mana datanya aku bohongin, aku isi dengan data yang aku dah siapin yaitu hotel kelas menengah lengkap dengan alamatnya (kelas 600 ribu keatas). Padahal aku nggak nginep disitu mana mampu bayarnya, bag aja cuma bawa 1.
Alhamdulillah walau lebih dari satu jam terjebak disitu, dari 6 orang tadi aku adalah orang pertama yang berhasil dapet VoA. Visanya cuma distempel doang, kurang bonafitlah dibandingkan dengan negara Kamboja yang masih berkembang tapi Visanya oke seperti Amerika atau China. Kemudian aku tanya pada 4 wanita dari Indonesia, gimana nich apa perlu aku bantu untuk kalian? Kalo tidak ada lagi aku pamit pergi ya meninggalkan anda. 'Hhem... okelah pak nggak apa apa kita urus sendiri aja', katanya. Aku bergegas keluar tanpa diperiksa imigrasi lagi, pada jalur pemeriksaan paspor sudah tidak ada lagi orang yang antri, semua sudah selesai dari tadi, yang tersisa hanya yang urus VoA aja.
Di luar terminal kedatangan aku ambil shuttle bus ke kota, dengan penuh keyakinan aku ambil bus ke ISBT Kashmire Gate (Inter State Bus Terminal) bayar 100Rs. sebenernya aku baru pertama kali ke India tapi nggak taulah kenyataannya doaku dikabulkan agar selalu dimudahkan dalam perjalanan ke India ini. Setelah 1 jam naik bus, aku sampai di ISBT Kashmire Gate, terminalnya kumuh banget, krodit orang dan krodit kendaraan. Ada rickshaw (becak), auto rickshaw (bajaj), bus modern, bus kuno, taksi, angkot semua tumpah ruah di sekitar situ. Aku jalan kaki puterin satu kali kawasan terminal, sama sekali nggak ada penginapan. Hari sudah semakin malam sekitar pukul 23.30 tapi belum dapat penginapan, ambil keputusan cepat buka daftar hotel yang aku punya dan panggil auto rickshaw. Hallo coba antar aku ke hotel ini, berapa ? dia minta 200Rs, aku tawar jadinya 100Rs. Hotel yang dituju nggak ketemu, hampir 30 menit puter2 kesana kemari. Tapi aku lihat banyak hotel disekitar situ, aku minta turun disini aja dan aku test dengan PD tetap bayar yang 100Rs (20 ribu) tadi, ternyata dia oke oke aja nggak masalah. Aku tanya ke beberapa hotel rate-nya berapa dan aku putuskan mengambil yang murah dan baik. Ternyata tanpa disengaja itu adalah salah satu kawasan tinggalnya turis, Alhamdulillah diselamatkan Allah lagi. Dah jam 1 malem nich, istirahat dulu akh …
KAROL BAGH
Kawasan Karol Bagh diatas pukul 11 malam memang kelihatan sepi, tidak banyak aktifitas terlihat disitu. Denyut aktivitas mulai ada di pukul 6 pagi sampai sebelum pukul 11 malam, banyak orang berangkat kerja di kawasan sekitar, berangkat kerja melalui station metro Karol Bagh, toko-toko mulai buka, travel, money changer, resto, juga para PKL yang menjual pakaian, sepatu, aksesoris, makanan minuman, mainan anak-anak, koper dan tas. Semakin petang Jalan yang ada semakin sesak dipenuhi penjual, pembeli, pejalan kaki dan hiruk pikuknya kendaraan yang lewat situ lengkap dengan hingar bingarnya bunyi klakson yang tidak pernah berhenti.
Di Karol Bagh banyak bertebaran hotel-hotel murah, menengah dan mahal. Salah satu hotel disana adalah Hotel Crest inn di Jalan W.E.A Saraswati Marg, rate-nya per kamar untuk 2 orang 1500Rs (300 ribu) termasuk breakfast atau Hotel Radiance di W.E.A. Ajmal Khan road, rate-nya 1000Rs (200 ribu) tanpa breakfast. Di kebanyakan hotel pakai internet free dan minta map delhi atau map jalur delhi metro juga free. Untuk hotel yang budget lift-nya cukup unik tidak seperti lift-lift yang ada biasanya, namun liftnya terbuka dan mempunyai pintu terali luar dan terali dalam lift. Tukar uang dollar US di money changer sekitar sini per dollar dihargai 42Rs dan makan seperti menu vegetable biryani sekitar 80Rs (16 ribu) dan minum ‘chai’ the India sekitar 20Rs (4 ribu). Ini kita berada di salah satu kawasan old market di Delhi, Karol Bagh. Nikmati sensasinya . . .
Strategisnya kawasan ini pastinya membantu menekan cost per harinya, untuk hotel, makan, belanja dan transportasi. Hotel kita bisa pilih mau yang rate berapa, transportasinya mudah ada bus, rickshaw (beca dayung), autorickshaw (bajaj), Delhi Metro (MRT) dan taksi. Mau ke Station MRT terdekat yakni Karol Bagh tinggal jalan kaki aja kemudian kita bisa menuju ke berbagai destinasi di Delhi.
OLD DELHI
Kebanyakan orang bilang kota New Delhi hanya Delhi saja, kupikir memang benar sebab disana ada dua Delhi, Old Delhi dan New Delhi jadi sering disebut Delhi saja.
Kota tua Delhi sampai kini menjadi bagian dan menghiasi kota besar New Delhi. Kawasan old misalnya district Chandni Chowk, Old Delhi Railway Station, Red Fort dan Jamma Masjid begitu kental sebagai masyarakat Old Delhi. Kesan semrawut, tidak teratur, kumuh, kotor itulah yang tampak di kawasan ini, semua seperti dibuat apa adanya. Berjalan diantara ribuan orang di jalan menjadi kesan tersendiri yang unik. Di sepanjang jalan atau space-2 yang ada selalu dipenuhi oleh orang berjualan, buah-buahan, air minum dan makanan sebagai jualan kelas PKL. Lalu lintasnya tidak ada yang mengatur semua tumpah ruah disitu siapa yang sigap dan cerdas atau yang kuat dia yang bisa cepat lolos dari kesemrawutan itu. Seperti pernah aku baca tulisan rekan dalam browsing internet, orang India tidak bau kalau mereka ada di negaranya tapi banyak orang bilang mereka menimbulkan bau kalau mereka ada disini. Memang benar aku merasakan itu, dan itulah yang terjadi. Jangan-jangan mereka juga merasa bau dekat kita sewaktu kita ada disana. Unik... unik...
Banyak halte di sepanjang jalan Old Delhi, bukan halte untuk tunggu bus melainkan tempat ‘pipis’ buang air kecil yang menyerupai halte, alamak baunya terbang kemana-mana. Ada juga halte lain namun lebih kecil yaitu kran-kran air untuk minum, karena populasi yang begitu besar sehingga diperlukan kran di jalan, walaupun seadanya dan mungkin tidak hygenis.
Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan aku harap jangan sampai seperti Old Delhi, aku kuatir karena kekumuhan dan kemiskinan dapat menimbulkan kerawanan sosial. Hal tersebut bisa dilihat nyata disana, banyak yang betul-betul miskin. Padat... padat...
Melihat makanan dan minuman yang di jual di pinggir jalan sangat menggiurkan, pingin coba rasanya namun aku ingat dan pernah baca suatu rilis kota-kota di dunia yang paling berisiko salah satunya kota-kota di India (risiko diare). Memang benar mereka berjualan ditempat terbuka, alat-alatnya tidak hygenis, air yang dipakai nggak tau ambil dari mana, banyak lalat dan debu bebas berterbangan. Be carefull please...
NEW DELHI
Keadaan sebaliknya dengan Old Delhi, di New Delhi lebih teratur dan lebih bersih. Di sekitar India gate, gedung parlemen, istana presiden atau sekitar station metro Central Secretariate memang lebih bersih, teratur dan lebih hijau. Disamping ada Old Delhi Railways Station ada juga New Delhi Railway Station (NDRS), namun keduanya selalu dipadati penumpang kereta api.
DELHI METRO
Moda transportasi di Delhi ada yang modern seperti MRT di Singapore, LRT di Kuala Lumpur, BTS di Bangkok, di Delhi disebut Delhi Metro. Delhi Metro merupakan angkutan missal yang menjangkau Old Delhi dan New Delhi termasuk daerah ujung-ujungnya seperti Noida, Dwarka, Jahangirpuri, Badarpur dan Huda. Jam operasi moda yang satu ini mulai pukul 6 pagi sampai 11 malam, dengan minimum fare 8Rs dan maksimum 30Rs.
Cara naiknya sama dengan BTS di Bangkok, pertama beli koin di salah satu station kemudian bilang mau ke tujuan mana, biayanya berbeda-beda menurut tujuannya. Bisa juga pakai kartu prepaid smart card atau smart token, minimum 50Rs – maksimum 800Rs tambah security deposit 50Rs (akan direfund bila kartu kembali). Ada juga kartu untuk turis untuk 1 hari 100Rs, 3 hari 250Rs dan security deposit 50Rs (akan direfund bila kartu kembali). Smart card bisa diisi ulang di Customer Care Center dan kartu berlaku 1 tahun. Setelah beli koin selanjutnya menuju pintu masuk melalui pintu detector dan barang bawaan discanner, kemudian tempelkan koin ke mesin detector pintu masuk, pintu akan terbuka. Kalau perjalanan benar-benar udah finish, waktunya untuk keluar melalui mesin detector koin dengan memasukkan koin ke dalamnya.
Rangkaian Delhi Metro ada yang khusus untuk wanita, begitu juga untuk menunggu trainnya juga ada tempat khusus, labelnya ‘Women Only’
MOMENT of TRUTH @INDIA
Banyak orang bilang kalau aku ‘crazy’ datang ke India sendirian, kataku ‘What’s wrong with me and Why?' Kesan pertama di India teringat nonton film India, seperti gitulah hampir nggak ada bedanya antara film dan kenyataannya.
http://www.airasia.com/
lonely planet book (india)
www.hotelraunak.com
http://www.hostelbookers.com/
http://www.ihatetaxis.com/
copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
2 comments:
Bagus banget tulisannya. Saya juga akan berangkat sendiri ke India, ada beberapa pertanyaan membayangi, terutama tentang visa on arrival. Tulisan ini banyak memberi gambaran di sana. Thank you sudah berbagi pak.
Maksh bro. Welcome to India. Yang diperlukan disana adalah percaya diri, jaga kesehatan, pilih makanan & minuman yg bersih.
salam
Post a Comment