BERAMAL LEWAT TULISAN

Monday, 6 June 2011

KAMPOENG ARAB, Timoer Tengah-nya Soerabaia










SECUIL INFORMASI TENTANG SURABAYA

Ibukota Provinsi Jawa Timur adalah Surabaya dikenal juga sebagai Kota Pahlawan. Disebut kota pahlawan bermula dari sejarah perjuangan rakyat Surabaya melawan penjajah Belanda di tahun 1945. 


Sejak dulu kota tua ini sangat penting posisinya sebagai pintu gerbang menuju bagian timur Indonesia. Surabaya semakin mencuat namanya setelah insiden perobekan bendera Belanda ‘Merah Putih Biru’ dirobek biru-nya menjadi Merah Putih, peristiwa itu terjadi di Hotel Orange (kini Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan. Ditambah lagi dengan pidato Bung Tomo yang berapi-api nama Surabaya semakin dikenal seantero negeri. 

Untuk terus mengenang perjuangan arek-arek Suroboyo dibangun sebuah tugu berbentuk paku raksasa menghadap ke angkasa di tengah halaman luas seberang Kantor Gubernur Jawa Timur. Di sekeliling halaman tersebut dilengkapi  museum sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo, tugu itu dinamakan Tugu Pahlawan yang menjadi icon penting Kota Surabaya.

Asal usul nama Surabaya menurut sejarahnya berasal dari kata ‘Suro’ (ikan sura) dan ‘Boyo’ (buaya). Masyarakat Kota Pahlawan yang panas itu selalu gigih berjuang menapaki kehidupan mereka, kalau dulu berjuang melawan penjajah, sekarang semangatnya yang dulu masih terpatri kuat dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.

Kota Metropolitan Surabaya disangga oleh kota-kota sekitarnya, awalnya ada istilah ‘Ger-bang-kerta-su-si-la’
Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan saat ini berkembang menjadi ‘Germakertasusila’ Bangkalan diganti dengan Madura.

Pada bulan mei tahun 2011 ini Surabaya berulang tahun yang ke 718. Selanjutnya mari kita explore bagian dari kota ini yaitu Kampung Arab sebagai Timur Tengahnya Kota Surabaya. Dirgahayu Kota Soerabaia.
 

 

LETAK KAMPUNG ARAB

Dikenal sebagai Kampung Arab, daerah ini di sebelah barat dibatasi oleh Sungai Kalimas dan di sebelah timur Sungai Pegirian. Di sebelah selatan ada Jalan Kembang Jepun, Jalan Panggung, Jalan Dukuh dan di utara ada Jalan Danakarya. Sebagai jalan utama Kampung Arab adalah Jalan KH. Mas Mansyur dan jalan ini atmosfir Timur Tengahnya dapat kita rasakan.


MENGAPA DISEBUT KAMPUNG ARAB ?

Memasuki daerah ini, tampak aktifitas orang-orang yang berperawakan dan berparas Timur Tengah. Mereka sudah lama tinggal turun menurun mendiami daerah ini, buyut-buyut mereka adalah orang yang pertama kali menjejakkan kaki di tanah jawa. Mereka tinggal berbaur dengan masyarakat Jawa dan menempati rumah-rumah khas tempo dulu yang tinggi dan berpilar. Sedangkan profesi mereka adalah sebagai pedagang.
Karena kental bernuansa Arab, maka orang menyebutnya sebagai Kampung Arab.



BAGAIMANA ke KAMPUNG ARAB ?

Start dari Jembatan Merah yang monumental itu dan oleh Gesang sempat diabadikan ke dalam lagu ‘Jembatan Merah’ menjadi titik sentral menuju ke Kampung Arab. 


Kampung Arab dapat ditempuh dari Terminal Antar Kota Antar Provinsi Bungurasih dengan bus Patas P-5 (Bungurasih – Jembatan Merah via Pasar Loak 4 ribuan), dilanjutkan naik becak ke Kampung Arab 5 ribuan; dari Bandara Juanda dengan taxi airport langsung ke Jalan KH. Mas Mansyur sekitar 100 ribuan; dari Bandara Juanda ke Terminal Bungurasih dengan Damri 15 ribuan dilanjutkan dengan Patas P-5; dari depan Stasiun KA Gubeng naik bemo line N ke Jembatan Merah atau line F turun di Pasar Pegirian 3 ribuan; dari Stasiun KA Semut naik becak langsung ke Kampung Arab 5 ribuan; dari Pasar Turi ke Jembatan Merah naik line Q 3 ribuan atau naik line D langsung turun di Jalan Nyamplungan; dan dari Pelabuhan Laut Gapura Surya Tanjung Perak naik bus P1 lewat Jembatan Merah atau naik bemo line K ke Jembatan Merah 3 ribuan.
Kalau bawa kendaraan sendiri dari Jembatan Merah arahkan kendaraan anda ke Jalan Kembang Jepun dan Jalan Dukuh, atau lewat Jalan dekat Pasar Pabean. Dari Jembatan merah mau jalan kaki juga bisa, menyusuri pinggir Kalimas ke utara sekitar 700 meteran belok kanan atau ke timur.

Nama Kampung Arab kurang begitu populer di telinga masyarakat Surabaya, biasanya kawasan ini sering mereka sebut Masjid Ampel, khusus kepada abang becak dan sopir taksi kalau mau ke sana bilang aja ke Masjid Ampel, Jalan KH. Mas Mansyur atau Jalan Sasak, karena nama-nama tersebut lebih dikenal mereka. 



OBYEK UTAMA KAMPUNG ARAB

Namanya juga Kampung Arab, suasana yang Islami dan Relijius menjadi ciri utama kawasan ini, ditandai oleh silaturahim yang erat kalau mereka bertemu (bersalaman, berpelukan atau cipika-cipiki), banyak kedai makanan timur tengah, toko minyak wangi, toko kitab, toko oleh-oleh haji dan toko busana muslim.

Anda membutuhkan aneka buku tentang Islam atau Al-Qur’an, parfum refill atau racikan sendiri ? Coba datangi Jalan Sasak atau Jalan Panggung, bisa eceran atau grosir. Begitu juga busana muslim, kain kiloan berkualitas dan oleh-oleh haji kurma, kacang arab, tasbih, sajadah, kopiah dll bisa anda beli di Jalan KH. Mas Mansyur, Jalan Sasak dan di sepanjang Jalan Ampel Masjid. Suasana di sekitar menyerupai suasana di Tanah Suci, ingat ‘Pertokoan Seng’ di Makkah ? Ya seperti itulah suasananya. Anda perlu  money changer,  aneka batu permata atau cincin? di Jalan Panggung tempatnya dekat pusat penjualan ikan segar Pasar Pabean. Di sekitar Jalan KH. Mas Mansyur juga tersedia travel pelayanan umrah dan haji, rumah sakit Al Irsyad dan sekolah Islam.

Disamping berdagang, penduduk di kawasan ini mempunyai beberapa usaha home industri memproduksi songkok, baju taqwa, gamis, tas dan mukena semuanya untuk keperluan shalat atau ibadah haji.

Yang utama di kawasan ini adalah Masjid Besar Sunan Ampel, masjid inilah yang menjadi magnet utama orang berbondong-bondong datang ke kampung ini untuk berziarah. Para peziarah datang dengan bus carteran dari berbagai daerah di Indonesia atau dari luar negeri, biasanya dalam paket wisata religi mengunjungi sunan-sunan di Jawa. Masjid Ampel ini menjadi icon Kampung Arab.



Masjid Sunan Ampel tidak tampak jelas dari bagian jalan manapun, karena masjid ini berada di dalam perkampungan yang dikelilingi rumah-rumah penduduk.

Konon pada jaman penjajahan kondisi ini sengaja dibuat begitu untuk menghambat syiar agama Islam. Menuju ke Masjid Sunan Ampel dapat melalui puluhan jalan besar dan kecil, sebut saja Jalan KH. Mas Mansyur, Jalan Danakarya, Jalan Sasak dan Jalan Nyamplungan. Itu baru jalan besarnya belum lagi harus masuk ke titik utamanya bisa lewat Jalan Ampel Melati, Ampel Maghfur, Ampel Lonceng, Ampel Suci, Ampel Mulia, Ampel Kesumba, Ampel Cempaka, Ampel Masjid, Ampel Rakhmat, Ampel Kembang, Jalan Nyamplungan I s/d XII, Jalan Petukangan, Jalan Sukodono dan Jalan Pegirian. Bagi yang telah kenal betul daerah ini, ke Masjid Ampel bisa lewat ‘jalan tikus’ yang ada diantara rumah-rumah tinggal penduduk.

Pada radius maksimum 2 km dari Kampung Arab, kita bisa singgahi House of Sampoerna, Jembatan Merah (JMP), Pasar Atom dan Kya-Kya Kembang Jepun (bernuansa etnik China), Stasiun Semut, ITC Mega Grosir Jalan Gembong, Pasar Grosir pakaian Kapasan, Pangkalan Angkatan Laut (ARMARTIM), Tugu Pahlawan, Kantor Pos Besar, Pasar Pabean dan Pasar Pegirian. Ada yang special pada hari minggu pagi tepatnya di depan Stasiun KA Semut sampai ke Tugu Pahlawan digelar pasar kaget khusus menjual fashion seken import, dipilih… dipilih cari yang bagus dan branded anda tak akan rugi.

Jangan lupa ke House of Sampoerna kita bisa mengelilingi Kota Surabaya gratis menggunakan fasilitas city tour dengan bus khusus berwarna merah dari Sampoerna. Thanks Sampoerna.


KULINER KAMPUNG ARAB

Tidak perlu susah payah membuat masakan timur tengah atau mencari sampai ke negeri asalnya, cukup datang ke Kampung Arab tepatnya di sepanjang Jalan KH. Mas Mansyur Surabaya. Di situ ada beberapa depot yang menjual kambing oven, kambing oven madu, nasi kebuli, nasi tomat, sate kambing, gule, kikil, dan roti maryam atau gule kacang hijau. Masakan kaya rempah yang selalu menggugah selera ini bisa didapat di ‘Depot Tujuh’ , Depot Mutlik dan di sebelahnya ada ‘RM Yaman’.Begitu juga dengan makanan kecilnya berupa kue khas arab, sambosa, kebab, martabak telor, kue khamir dan pukis arab.

Bukan saja masakan khas timur tengah yang dijual di kawasan ini, makanan khas asli Suroboyoan- juga ada disini, sebut saja rujak cingur, gado-gado, soto daging, soto ayam, semanggi, krengsengan, sate karak, tahu campur, lontong balap, sate kambing dan kikil 'Sedayu' di pojok perempatan Jalan Panggung. Minumannya es degan (kelapa muda), es tape, es kacang ijo, es ketan ireng (ketan hitam) dan es blewah. Ukh nyam… nyam…


PENGINAPAN

Mau stay di Hotel bintang atau yang budget juga ada disini, Hotel IBIS di Jembatan Merah, Hotel Grand Kalimas, Hotel Mesir, Hotel Kalimas, Hotel KAHA, Hotel Kamajuan di Jalan KH. Mas Mansyur, Hotel Kalimantan dan Hotel Akasia Grand, Hotel Andalus di ujung barat Jalan Danakarya. Hotel budget juga ada di Jalan Petukangan namanya  Hotel Walisongo.



GUDANGNYA BANGUNAN KUNO

Kawasan Surabaya Utara di sepanjang Sungai Kalimas adalah gudangnya bangunan kuno tempo dulu. Menurut sejarahnya Sungai Kalimas ini sangat sibuk lalu lintas kapalnya. Karena sungai ini bisa dilayari kapal-kapal rakyat yang mengangkut komoditi untuk diperdagangkan dari dan ke Kota Surabaya.

Sungai Kalimas ini dulunya sangat terpelihara sebagai urat nadi perekonomian Kota Surabaya. Di kiri kanan sungai ini terdapat puluhan pergudangan Belanda yang masih ada sampai sekarang. Arsitekturnya sangat indah dilihat, apalagi pada jamannya pasti sungguh mempesona karena semuanya masih utuh dilihat. Disitu juga ada lintasan rel kereta api yang tidak difungsikan lagi. Selain itu Kota Surabaya dulu punya trem listrik lho, hebat benar kota ini di masa lalu. I LOVE SOERABAIA.

Di Petekan dekat pintu masuk Pangakalan AL disitu ada jembatan yang bisa membuka dan menutup untuk melayani keluar masuknya kapal. Namun jembatan bersejarah itu sudah dipreteli sehingga tidak berfungsi lagi, saat ini kapal besar tidak bisa melewati jembatan itu.

Bangunan kuno yang dipakai sebagai rumah, kantor atau pergudangan banyak tersebar di sekitar Kampung Arab. Sebut saja di Jalan KH Mas Mansyur, Jalan Kalimas, Jalan Kebalen, Jalan Babakan, Jalan Kembang Jepun, Jalan Nyamplungan, Pasar Pabean, Jalan Kalisosok, Jalan Panggung, Jalan Bibis, Jalan Dukuh dan di sekitar Jembatan Merah, semua itu adalah gudangnya bangunan kuno. Tempat-tempat ini sering dipakai untuk foto-foto pre wedding dengan thema tempo dulu.





SPECIAL MASJID AMPEL

Seperti yang udah aku jelaskan sekilas di atas, kalau bawa kendaraan roda 2 atau 4 bisa parkir di barat masjid lewat Jalan KH. Mas Mansyur kemudian masuk ke Jalan Petukangan dari situ bisa tanya dimana Masjid Ampel ?

Kalau pake bus besar biasanya mereka parkir di sepanjang Jalan KH. Mas Mansyur atau area parkir khusus bus dekat RPH (Rumah Pemotongan Hewan) di Jalan Pegirian.
Bagi pejalan kaki nggak masalah masuk dari arah mana aja juga bisa, kalau pake sepeda motor nggak masalah namun disitu jalannya kecil-kecil jadi sepeda motor dilarang untuk dinaiki biasanya harus dituntun.


Masjid yang bagian timur dan baratnya terdapat makam para penegak Islam dan makam para syuhada haji yang meninggal tatkala pesawatnya jatuh di Colombo, ada yang dimakamkan di sekitar masjid. Makam utamanya adalah makam Sunan Ampel (R. Rakhmat) dan makam Mbak Sholeh, murid Sunan Ampel.

Setiap menjelang waktu shalat tiba beduk dipukul oleh petugas masjid sebagai pertanda masuknya waktu shalat, kemudian adzan dikumandangkan lewat pengeras suara. Sebelum ada pengeras suara adzan dikumandangkan dari atas menara masjid dan petugasnya harus menaiki tangga yang tinggi, hingga kini tangga tersebut masih ada.

Sebelum shalat, kita wudhu sejenak di tempat yang melingkar dan di bawahnya dikelilingi kolam air untuk membasuh kaki terakhir kali. Titipkan alas kaki pada orang-orang yang menawarkan jasa penitipan alas kaki atau dibawa ke dalam masjid tapi harus dibungkus dalam tas plastik. Di sekitar sana juga ada toilet untuk pria dan wanita.

Melaksanakan shalat dan berdzikir di masjid ini sangat nyaman yang membuat hati lebih tenang. Bagi kaum pria bisa beribadah di bagian dalam atau di teras masjid, sedangkan kaum wanita ada bangunan khusus di sebelah selatan masjid. Setelah melaksanakan shalat dan berdzikir serta berdoa untuk keselamatan semua, biasanya para peziarah mendatangi makam-makam pendahulu Islam di sekitar situ. Tidak ada entrance fee untuk masuk ke masjid atau tempat lainnya di kawasan ini, namun kalau anda ingin bersedekah atau ber-infaq disana banyak tersedia box ‘kotak amal’. Setelah menziarahi makam, banyak para peziarah yang minum air dari Masjid Ampel yang disediakan disitu.

Atmosfir yang berbeda pula bisa anda saksikan ketika dilangsungkannya ‘Haul’ Hari Ulang Tahun Sunan Ampel, seni budaya Islam sangat kental dipertontonkan oleh masyarakat sekitar dan para tamu yang hadir. Sangat semarak …..

Bagi yang belum pernah ke tanah suci apalagi bagi yang domisilinya tidak jauh dari Kampung Arab, sering datanglah kesini. Apalagi berkunjung di hari jum'at untuk jum'atan, datang lebih awal lebih baik untuk melihat orang datang berbondong-bondong ke Masjid Ampel. Suasana disini menyerupai suasana di Tanah Suci, jadi tempat ini sangat cocok sebagai tempat ber-adaptasi sebelum ke Tanah Suci.

Khusus bagi calon jamaah umrah dan haji, sebelum mereka berangkat ke Tanah Suci biasanya mereka mapir membeli oleh-oleh di Kampung Arab ini seperti kurma, kacang arab, tasbih, sajadah dan lainnya. Mereka tidak mau repot-repot membawa oleh-oleh jauh dari sana, yang dibelinya hanya oleh-oleh yang tidak ada di tanah air saja.



copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : 
alsatopass@gmail.com












2 comments:

blogger sahabat said...

wah,menarik pengalaman bapak.saya nanang 25 tahun.joyosuko malang..gmn caranya bisa keliling dunia di 100 negara pak?

seratusnegara said...

Hallo mas nanang, niatkan dulu dan mulai persiapan sedikit demi sedikit. Yes you can ...