Di penghujung Bulan Agustus 2012,
aku memenuhi undangan JTV Malang untuk mengisi Acara Bincang Bincang jam tayang
16.30 WIB. Ini adalah kali kedua kami (beserta putera) tampil di Acara
Bincang-Bincang JTV Malang. Pada tampilan terakhir ini aku hanya seorang diri
(tanpa putera) namun didampingkan dengan seorang Photographer professional asal
Malang , Mas
Bambang Sugiarto.
Dialognya kurang lebih sebagai berikut :
Presenter Acara Bincang-Bincang,
Mas Tio (JTV) : apa yang melatarbelakangi Bapak punya aktivitas seperti itu ?
Mas Bambang menjawab ‘Saya melihat banyak sekali peninggalan sejarah bangsa ini yang tersebar seantero nusantara belum tergali maksimal’, jawabnya. ‘Selama ini detail berbagai peninggalan sejarah di Indonesia banyak dieksplor oleh photographer asing sehingga mereka mempunyai data dan dokumentasi yang lengkap, sedangkan kita tidak’, katanya.
Kini giliranku menjawab, 'Allah menciptakan dunia beserta isinya ini untuk ditinggali umat manusia. Maka saya ingin menjelajahi bumi ini selain tempat dimana saya dilahirkan. Tentunya dengan biaya yang murah. Kemudian menikmati, mensyukuri dan men-share kepada orang lain'.
Mas Bambang menjawab ‘Saya melihat banyak sekali peninggalan sejarah bangsa ini yang tersebar seantero nusantara belum tergali maksimal’, jawabnya. ‘Selama ini detail berbagai peninggalan sejarah di Indonesia banyak dieksplor oleh photographer asing sehingga mereka mempunyai data dan dokumentasi yang lengkap, sedangkan kita tidak’, katanya.
Kini giliranku menjawab, 'Allah menciptakan dunia beserta isinya ini untuk ditinggali umat manusia. Maka saya ingin menjelajahi bumi ini selain tempat dimana saya dilahirkan. Tentunya dengan biaya yang murah. Kemudian menikmati, mensyukuri dan men-share kepada orang lain'.
JTV : ‘Sejak kapan Bapak
melalukan backpacker sebagai hobby ?’. Aku menjawab kalau tujuan domestik sudah
saya lakukan sejak SMP, sedangkan untuk ke Luar Negeri ‘LN’ pertama saya lakukan pada tahun 1995.
JTV : ‘Bagaimana bisa Bapak
melakukan backpackeran seperti ini ?’. Hal ini saya lakukan semuanya dengan mandiri, biaya saya kumpulkan sedikit demi sedikit, kemudian
menentukan tujuan traveling sesuai dengan biaya yang ada. JTV : ‘Kapan Bapak terakhir melakukan
backpacking dan kapan ada rencana lagi ?’. Terakhir pada bulan Juli 2012 kami (beserta
anak dan isteri) traveling ke Manila dan Davao di Filipina. Pada Januari 2013 saya berencana akan ke Brunei, Kota Kinabalu, Sandakan dan ke Bongao Pulau
Tawi-Tawi, Mindanao Filipina Selatan.
JTV : ‘Apa suka dukanya
backpacking ke LN ?’. Semua urusan backpacking saya atur
sendiri sehingga waktu dan budget harus sesuai dengan yang direncanakan, jangan sampai meleset atau kehabisan uang. Setelah itu selalu menjaga kebugaran tubuh jangan sampai sakit. Ada kalanya harus mencari dan memilih makanan yang halal di negara yang bukan
mayoritas Muslim, itu merupakan seni tersendiri.
JTV : ‘Apa saja yang Bapak
lakukan untuk ikut mempromosikan Indonesia di manca negara ?’. Aku
selalu ngobrol berbaur dengan berbagai kalangan di LN dan saling bertukar cerita
sambil menyelipkan berbagai potensi wisata keindahan alam Indonesia . Kemarin sewaktu ke
Filipina kami bawa kuliner khas Ngalam seperti kripik tempe dan bumbu pecel. Tak lupa juga membawa
ratusan sticker keindahan Indonesia ,
Al Qur’an dan sajadah untuk Masjid-Masjid serta beberapa lembar uang kertas
Rupiah. Semua itu aku bagikan ke
orang-orang di Filipina seperti kru pesawat, sopir taksi, turis, para pedagang
dan petugas hotel termasuk Paspamres Istana Malacanang. Dalam perjalanan backpacking ke LN sedapat mungkin kami memakai batik karya anak bangsa. Semoga Indonesia lebih
dikenal dunia.
JTV : ‘Kita ini kan
dianggap negara dunia ke-3, bagaimana tanggapan orang-orang Negara yang Bapak
kunjungi terhadap orang Indonesia
?. Tanggapannya biasa saja, kalau lihat wajah mereka kan sulit membedakan kita orang mana. Karena
wajah kita hampir sama dengan wajah bangsa-bangsa Asia Tenggara, kecuali kalau
ke selain Asia . Maaf tapi mereka lebih mengenal Malaysia daripada Indonesia. Mereka sering bertanya ‘Anda dari Malaysia
?’. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi, mungkin saja Malaysia lebih
intens mempromosikan negaranya di berbagai TV dunia seperti di National Geographic Channel.
Oleh sebab itu, adalah tugas kita bersama memajukan pariwisata Indonesia
baik pemerintah, swasta maupun perorangan.
Kebanyakan orang di luar sana memandang orang Indonesia adalah bangsa yang ramah. Sejak kecil saya sering mendengar hal ini sampai sekarang. Namun saya kuatir, mereka hanya ingin meninabobokan kita sehingga kita terlena dengan pujian tersebut. Kenyataannya mereka
lebih ramah daripada kita dan mereka selalu melayani apa yang kita butuhkan, sehingga sebagai turis kita merasa puas.
JTV : ‘Bapak kesulitan nggak
ketika di LN dan mungkin kita dianggap ‘kampungan’ oleh orang sana ?’. Akh nggak lah negara kita kan juga sudah maju
kecuali kalau dibandingkan dengan Singapura, Hongkong atau Jepang yang teknologinya lebih maju dari kita. Cukup belajar sekali dua kali aja sudah beres, misalnya
bagaimana cara naik MRT atau lainnya. Setelah itu semua menjadi biasa dan tidak masalah, kita selalu bisa menyesuaikan diri. Apalagi kalau kita tinggal di perkotaan Indonesia , hal tersebut tidak terlalu sulit untuk beradaptasi.
Beberapa pertanyaan yang senada dilontarkan
juga kepada Mas Bambang dan dijawab : ‘Suka duka sebagai Photographer yang banyak
mengabadikan keindahan alam Indonesia ,
bangunan bersejarah khususnya candi-candi adalah memerlukan dana yang besar. Disamping
itu masih sedikit sekali orang yang mau konsen mengabadikan, memelihara dan
mengembangkan aset sejarah bangsa ini untuk dijual sebagai objek turisme’,
katanya.
Mas Bambang selanjutnya
mengisahkan pengalamannya ketika mau memotret di salah satu candi di Jawa, dia
pernah dilarang memotret padahal sudah bayar tiket masuk. Petugasnya bilang
harus ada ijin ini dan itu karena Petugas jaga melihat Mas Bambang banyak
membawa peralatan photography-nya. Padahal tadi sebelumnya ada orang asing
dibiarkan bebas masuk memotret candi dari berbagai angel. Ironis memang, sampai-sampai
Mas Bambang harus bersitegang dengan Petugas.
Pengalaman lain adalah ketika dia
ingin memotret candi pada waktu senja menjelang maghrib. Di sekitar candi tidak
ada penerangan sama sekali, sehingga dia harus menarik kabel listrik sepanjang
300 meter untuk menerangi obyeknya.
Sarana kebersihan di sekitar
candi juga sangat minim, misalnya pernah terjadi ketika turis asing bingung
ingin membuang sampah kecil harus dibuang kemana karena sama sekali tidak ada
tempat sampah. Terpaksa si turis menggenggamnya sampai ke dalam mobil.
Kemudian Mas Bambang menceritakan
bahwa obyek turisme di Malang Raya sangat banyak dan bisa dijual lebih luas ke
luar. Menurutnya, Malang
raya pernah dianggap Belanda mempunyai konsep tata ruang yang bagus dan mereka
malah mencontohnya untuk pembangunan di negerinya. Padahal tata ruang di Malang raya pada waktu itu
mereka sendiri yang membangunnya.
Banyak bangunan bersejarah di Malang raya yang sangat
berarti sebagai aset bangsa. Namun ada beberapa hal yang mengganggu, misalnya banyak
kabel listrik dan telepon yang ada di depan obyek-obyek bersejarah tersebut yang
mengganggu view aslinya. Hal tersebut sangat menyulitkan para photographer mengabadikan
obyek tersebut walaupun mengambil dari beberapa angel, katanya. Berbeda dengan
di Eropa semua instalasi ada di bawah tanah (underground) jadi obyek seperti
bangunan bersejarah dapat dinikmati secara utuh.
Pertanyaan JTV Terakhir : ‘Apa
saran Bapak untuk memajukan pariwisata Indonesia di LN ?’. Mengutip
nasehat JF Kennedy ‘Jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan kepada anda,
tapi tanyakan apa yang sudah anda berikan kepada negara’, inilah yang terus aku upayakan ketika di LN. Walaupun baru sedikit, misalnya hanya membagikan kripik tempe, bumbu pecel dan sticker saja, yang penting negara ini bisa lebih dikenal
di manca negara. Saran saya adalah secepatnya perbaiki infrastuktur seperti akses jalan dan ketersediaan listrik menuju spot-spot
wisata di berbagai lokasi. Segala macam tarip juga harus ditentukan yang pasti sehingga
semua hal tadi bisa membantu turis lokal maupun asing untuk merencanakan perjalanannya lebih
akurat.
Sebagai penutup aku sepakat
bersama Mas Bambang untuk berkolaborasi mempromosikan Indonesia di LN. Aku akan minta
foto-foto hasil karyanya dalam bentuk post card, kemudian akan aku distribusikan ke
manca negara.
TERIMA KASIH JTV REK …..
copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
1 comment:
wah keren banget.
Post a Comment