BERAMAL LEWAT TULISAN

Thursday, 7 February 2013

BRUNEI, NEGARA ASEAN KE-10 TERAKHIR YANG AKU JELAJAHI


source : google


Mengalami beberapa kali perubahan jadwal penerbangan dari Airline tidak membuat aku gusar dan tetap ingin melanjutkan rencana traveling-ku. 

Memang menentukan pilihan destinasi & waktu terbang pada saat promo perlu kecermatan serta perhitungan yang matang, sebab kalau keputusan yang diambil tidak pas, resikonya siap menghadang di depan mata. Salah satunya adalah jadwal penerbangan yang dimajukan atau dimundurkan. 

Perubahan jadwal penerbangan bisa sampai 12 jam maju atau mundur, itu sudah biasa terjadi pada budget airline. Perubahan jadwal selalu diinformasikan ke telepon, sms atau email-ku. Oleh sebab itu, aku selalu memberikan data yang benar ketika booking tiket online.

Akhirnya dengan itinerary final yang aku susun, tiba saatnya untuk jelajahi bumi BRUNEI dan SABAH.


INTERAKSI DI LCCT

Jadwal yang dimajukan sekitar 12 jam tidak mempengaruhi itinerary yang telah aku susun. Namun waktu tunggu di LCCT yang semula hanya beberapa jam saja menjadi lebih panjang, total 16 jam.

Tiba di Low Cost Carrier Terminal 'LCCT' Kualalumpur 'KL' seharusnya pukul 00:00 tapi kali ini pukul 13:00 sudah harus nongkrong di sana gara-gara kena perubahan jadwal terbang. Mau ke KL atau sekitarnya sudah bosan. Karena sudah terlalu sering injak tanah Malaysia terutama KL. Terpaksa dengan senang hati aku harus menjalani waktu tunggu yang lama. Untuk killing time, pertama mengisi perut di Food Garden ujung LCCT.  Aku makan sepiring nasi putih dengan lauk irisan daging kering plus sayur brokoli, harganya 9 Ringgit Malaysia (RM).  Minumnya hanya beli sebotol air mineral 600ml 1,5 RM dan segelas teh celup plus gula sachet harganya 1,6 RM. Cobain nasi bumbu plus sepotong ayam goreng, harganya 8 RM.

Kedua, duduk di beberapa tempat sekitar LCCT dan pas waktu shalat tiba, aku menuju ke surau Bandara. Ketiga, mengobrol dengan beberapa traveler dari tanah air, Malaysia dan dari Palestina. Sebagai traveler pastinya sangat sering bertemu teman seperjalanan dari berbagai belahan dunia.

Begitu juga ketika aku berada di ruang tunggu Bandara Juanda Surabaya bertemu dengan tiga mahasiswi asal Pattani, Hadyai dan Yala, Thailand Selatan.  Mereka bercerita kepadaku kalau dia ambil kuliah Bahasa Indonesia di salah satu universitas swasta Islam di Surabaya. Kubilang padanya kalau aku sering ke Thailand. Ku sebutkan beberapa daerah yang pernah aku kunjungi dan menanyakan pada mereka tentang daerah dimaksud. Mereka bilang, “Kami nggak tahu daerah tersebut”. Lho kok anda nggak tau, itu kan negaramu sendiri.  Kubilang begitu. “Ternyata bapak lebih tau daripada kami, meski kami orang Thailand”. Pembicaraan singkat ditutup dengan saling senyum sambil menunggu saatnya boarding.

Selepas Shalat Isya di surau Food Garden LCCT, aku mengaji lalu tidur di situ sampai pukul 2 pagi. Ketika bangun aku manfaatkan tisu basah untuk menyeka seluruh badan agar lebih segar. Sebagai antisipasi menurunnya kebugaran tubuh, aku minum tolak angin herbal cair.

Pukul 4 pagi check in untuk siap terbang ke Bandar Sri Begawan pada pukul 06:45. Hal positif yang aku dapat selama menunggu di LCCT adalah belajar lebih sabar, lebih tau tentang Palestina dan tau tentang beberapa hal baru dari para traveler.


DOLLAR SINGAPURA NILAINYA SAMA DENGAN DOLLAR BRUNEI

Uang Dollar Singapore ‘$ SIN dapat dipakai transaksi luas di Brunei, nilainya sama dgn Dollar Brunei ‘$ BND’ atau disebut juga  Ringgit Brunei. Sebelum berangkat aku beli $ SIN dan RM, kurs-nya masing-masing 1 $ SIN = Rp. 8,150 dan 1 RM = Rp. 3,275.

Secara phisik, uang kertas negara Brunei boleh dikatakan cukup unik. Tulisannya ada tiga bahasa, Melayu, Inggeris dan Arab. Begitu juga sebutan nominalnya, misalnya ditulis SEPULUH RINGGIT dan 10$. 

Kalau punya $ BND atau $ SIN keduanya atau salah satu daripadanya tidak masalah untuk transaksi, bawa apa aja dijamin aman. Naik bus ongkosnya 1 $ Brunei, makan yang termurah 1 $ SIN dan minum termurah juga 1 $ BND. Penginapan termurah 10 $ BND. Yang mahal adalah kalau beli sayuran di supermarket tapi daging ayam murah. Harga barang-barang di pasar tradisional tentu lebih murah dibandingkan dengan super market. Harga hati ayam 1 box plastik kecil adalah 1 $ BND, sedangkan seikat kangkung atau buah pare harganya juga sama sekitar 1 $ BND. Lebih mahal sayuran dibanding hati ayam. Apalagi kalau ngenet di Warnet, 1 jam 1 $ BND dan nge-print 1 lembar harganya juga sama sangat mengejutkan 1 $ BND (8,150).

Kalau naik bus dalam kota, walaupun hanya bayar 1 $ BND tapi itu sama saja aku bayar Rp. 8,150 (mahal). Bus-bus mini di Brunei hampir semuanya berwarna ungu dan hanya ada satu dua saja bus mempunyai ukuran besar. Kalau bayar pakai uang 2 $ SIN maka sopir akan mengembalikan dengan selembar 1 $ BND atau dengan 2 keping uang logam pecahan 0,5 $ BND.

Barang-barang dari Indonesia harganya 2 kali sampai 3 kali lipat dibanding harga di tanah air. Kalau perlu uang Rupiah di Brunei bagaimana ? tukarkan saja uang $ BND dengan Rupiah di beberapa money changer. Kurs di sini memang cukup rendah, untuk 1 $ BND dihargai hanya Rp. 7,800 see(http://www.xe.com/)

BRUNEI, NEGERI YANG SEPI DIBERITAKAN, AMAN TENTRAM dan TIDAK PERNAH BIKIN MASALAH

Brunei bukan saja negeri yang kaya, tetapi negeri ini sangat tenang, aman dan teratur. Rakyatnya sangat mencintai pemimpinya, yaitu Sultan Hasanah Bolkiah beserta Keluarganya.

Ketika pesawat yang aku tumpangi mendarat di Brunei International Airport (Kode BWN), terlihat Bandaranya sepi dan sederhana. Maskapai penerbangan yang beroperasi di sana cuma Royal Brunei, Air Asia, Singapore Airlines, Malaysia Airlines, Cebu Pacific dan Saudia Airlines. 

Pembangunan phisik di Brunei tidak segencar negara-negara tetangganya, namun saat ini mereka juga ingin lebih maju dari yang lain. Saat ini pembangunan dilakukan dimana-mana, termasuk renovasi dan tambahan bangunan Bandara.

Waktu itu di Brunei hari menjelang siang, perbedaan waktu dengan Indonesia Bagian Barat hanya 1 jam saja. Lama juga aku mengantri di imigrasi untuk masuk Brunei, pembagian desk imigrasi kurang berjalan efektif. Suasana Bandara yang sepi dan sederhana membuat penasaran pengunjungnya, ditambah lagi dengan adanya bagian atap Bandara yang bocor akibat air hujan yang ditampung dengan ember semakin tambah penasaran, bagaimana Brunei sebenarnya. Semua tulisan nama dan informasi untuk umum ditulis dalami Bahasa Melayu, Inggeris dan memakai huruf Arab (bukan Bahasa Arab).

Hampir di semua jalan raya Ibukota Negara Brunei, Kota Bandar Sri Begawan, yang terlihat hanyalah kendaraan roda empat. Tidak ada orang yang berjalan kaki kecuali di mal atau terminal.

Brunei, adalah negara terakhir dari 10 negara ASEAN yang aku kunjungi. Sebelumnya aku telah menjejakkan kaki di sembilan Negara ASEAN lainnya Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar dan Philippines. Lengkaplah sudah perjalananku kali ini, Taregt berikutnya adalah ke Negara XX ? dengan syarat asal ada 3 unsur, money, timing and healthy.

Lebih jauh mengetahui tentang negeri yang terbilang unik ini, misalnya suasana kota. Keadaan yang tenang dan bisa dibilang sepi jika dibandingkan kota-kota besar di tanah Jawa. Kota Bandar Sri Begawan mulai terlihat denyutnya ketika warga Brunei berangkat atau pulang kantor. Trotoar di jalan-jalan raya hampir tidak ada orang jalan kaki,  semua bermobil. Sepeda motor saja hanya terlihat 1 atau 2 saja, itupun sepeda motor sport. Ratusan mobil berbagai merk mulai mobil harga biasa sampai yang mewah sangat biasa bersliweran di jalan-jalan.

Menjelang waktu Maghrib suasana kota sudah terasa sunyi kecuali di tempat-tempat tertentu seperti Mal di Gadong, restoran pinggir pantai dan Pasar Tamu Selera yang menjual berbagai makanan di waktu malam. Bagaimana dengan kendaraan umum untuk publik ?  Biasanya kendaraan umum seperti bus mulai pukul 6 sore sudah tidak ada lagi.  Setelah pukul 6 sore yang ada hanya taksi dengan tarip yang cukup mahal, atau taksi sapu (omprengan). Keberadaan  taksi sapu hanyalah orang-orang yang sudah biasa tau memakai jasa ini, karena kendaraan yang dipakai banyak juga tergolong mobil mahal. Tarip taksi sapu bisa ditawar mulai 2 $ BND sampai 3 $ BND, orang lain juga bisa naik bersama dengan ongkos masing-masing.

Walaupun kotanya sepi, semua pengendara sangat tertib dan patuh mentaati peraturan lalu lintas. Setiap ada orang yang menyebrang jalan, dari jauh kendaraan sudah mengurangi kecepatan dan berhenti memberi kesempatan pada penyebrang jalan. Tidak jarang mereka berhenti sebelum kita menyebrang. Dari informasi yang aku dapat, kalau mereka sampai menyenggol penyebrang jalan hukuman dan dendanya cukup berat.

Sama dengan di tanah air, mobil mempunyai kemudi di kanan dan memakai jalur kiri. Mobil di sini harganya murah, mulai dari 500 $ BND sampai yang milyaran juga ada. Tapi onderdil kendaraan harganya cukup mahal.

Apalagi yang ada di Brunei ? Tentang kebersihan kota adalah nomor 1, kemudian larangan merokok dan larangan meludah sembarangan selalu dipatuhi warganya. Negeri ini juga sangat welcome dengan para pendatang dan turis. Apalagi dengan tenaga kerja, mereka yang mencari dan membutuhkan. Mereka sangat senang kalau dapat tenaga kerja dari luar.

Pakaian warga Brunei tergolong sangat sopan apalagi kalau ada acara resmi, baik kaum lelaki dan wanitanya memakai busana yang tertutup. Kalau di tempat keramaian seperti mall, wanita  asli Brunei atau bukan, ada juga yang memakai busana minim tapi masih tergolong wajar. Tapi aku percaya tidak ada warga Brunei yang memakai pakaian minim.

Mempunyai urusan yang berhubungan dengan negara harus tau waktunya, karena hari kerja di Brunei adalah Senin sampai Kamis plus Sabtu sedangkan hari Jumat dan Minggu Libur. Selain itu ada ketentuan ketat untuk urusan bangun membangun, yaitu Izin Mendirikan Bangunan ‘IMB’. Bangunan di seluruh Brunei tingginya tidak boleh melebihi bangunan masjid yang tertinggi.


Ada keunikan lainnya, yakni nama-nama jalan di seluruh Brunei. Semuanya banyak memakai nama ‘SIMPANG XXX’, misalnya SIMPANG 131. Dan untuk kesejahteraan warga Brunei, bagi warga yang berusia 50 tahun ke atas dapat bantuan 200 $ BND setiap bulan dari pemerintah. Bagi seorang janda dan anaknya dapat bantuan juga dari pemerintah.


NGINEPNYA DIMANA ?

Penginapan atau kelas hostel harganya cukup mahal. Waktu itu aku nginap di Pusat Belia, yaitu Youth Center-nya Negara Brunei. Taripnya per malam cuma 10 $ BND atau setara dengan Rp. 81,500, ini adalah tarip termurah mungkin seantero Brunei. Sebagai contoh, Guest House di Bandar saja rate-nya 33 $ BND. Di Pusat Belia, dalam satu kamar terdiri dari beberapa bed ada yang 4, 6 dan 8 bed atau ada juga yang untuk family jadi bisa tidur campur. Sedangkan yang lain dilarang campur, artinya pria atau wanita dipisah dalam gedung yang berbeda.

Ke Pusat Belia dari airport bisa naik taksi atau bus ungu jurusan Bandar. Kalau ikut bus tunggunya cukup lama dan bayarnya cuma 1 $ BND. Sedangkan kalau naik taksi bisa kena 10 $ BND bahkan lebih. Ketika sedang menunggu bus jurusan Bandar, aku bertemu seorang Jawa asal Tulungagung, Mas Syaiful namanya.  Dia baru saja kembali dari kampungnya dengan pesawat yang berbeda denganku. Karena bus ke Bandar tidak ada, maka aku diajaknya menelusuri ‘jalan tikus’ agar cepat dapat akses naik bus. Menyebrangi jalan raya, menyusuri taman, sungai kecil dan hutan kota, sampailah kami di halte bus dekat airport mall. Dia heran melihatku, kebanyakan orang Indonesia datang ke negari ini biasanya untuk bekerja, sedangkan aku  sebaliknya hanya untuk melancong aja.

Dia menawariku bermalam di kontrakannya sekitar Berakas, tapi aku bilang janganlah nanti merepotkan. Masa baru kenal sudah merepotkan orang. Aku bilang bahwa aku akan nginap di Pusat Belia dekat Bandar. “Oke lah nggak apa-apa”, katanya sambil menunjukkan kepadaku arah bus menuju Pusat Belia. Kamipun berpisah dan naik bus yang berlainan arah.

Ketika naik bus ungu yang seperti Metro mini itu, hanya aku penumpangnya. Sopir asal India bersama temannya asal Jawa turut membantuku memberi informasi ketika aku tanya dimana letak Hostel Pusat Belia. Naik bus yang berkapasitas 22 tempat duduk plus sopir ini, ongkosnya 1 $ BND. Aku serahkan uang 2 $ SIN kepada sopir dan ia memberi kembalian kepadaku 1 $ BND atau 1 Ringgit Brunei. Ini aneh tapi nyata, uang negara lain (Singapura) berlaku sama dengan mata uang Brunei. Akhirnya aku ditunjukan harus turun di sini karena 50 meter di depan adalah Pusat Belia yang aku cari.

Swimming Pool Pusat Belia
Aku menemui Pak Firdaus di bagian alokasi kamar, mengisi form dan bayar 20 $ Brunei untuk menginap 2 malam di situ. Kuncipun dia serahkan kepadaku dan aku dapat kamar dengan 4 bed yang masih kosong, Cuma aku sendiri yang menempati kamar tersebut. Berikut adalah email Pak Firdaus, barangkali anda suatu waktu ingin stay di sini : jmuet@hotmail.com

Pusat Belia adalah milik Pemerintah untuk kaum muda Brunei. Kamar-kamarnya menyerupai asrama, dilengkapi kolam renang, ruang meeting, hall ruang makan dan fasilitas lainnya.

Jangan lupa untuk check in dilayani mulai pukul 8 pagi sampai dengan pukul 4 sore hari. Sedangkan check out sebelum pukul 12 siang. Apabila waktu check out tidak ada petugas, letakkan saja kunci pada ‘key drop box’.


TENAGA KERJA INDONESIA BISA LUMPUHKAN BRUNEI 

Penduduk Brunei hanya 400 ribu orang saja sedangkan tenaga kerja asing di negaranya cukup banyak, termasuk tenaga kerja dari berbagai belahan Indonesia.

Berbagai sektor non formal di Brunei dikerjakan oleh orang Indonesia. Yang terbanyak adalah dari Tulungagung, Banyuwangi dan dari beberapa kota di Jawa Timur, Jawa Tengah atau Jawa Barat. Secara spesifik, Kawasan Bandar 'dikuasai' orang Indonesia sedangkan Kawasan Gadong, yakni beberapa mal besar 'dikuasai' warga Brunei.

Sebut saja Mas Syaiful tadi atau Mbak Ifa asal Semarang yang mengelola kedai nuansa Indonesia di Pertokoan Bandar berlantai 7. Kedai Mbak Ifa menyediakan aneka macam produk Indonesia mulai obat-obatan ringan, minuman berenergi, jamu sampai bumbu pecelpun ada di situ.

Lain lagi dengan Pak Gunardi, seorang bapak asal Brunei yang beristrikan orang Indonesia dari Weleri, Semarang. Mereka berdua bersama para asistennya asal Jawa berusaha makanan olahan. Beberapa menu masakan Jawa semua ada di situ seperti pecel, lodeh, ayam goreng, perkedel, olahan daging atau soto ayam ada di situ. Semua makanan dipatok dengan harga hanya 1 $ BND. Untuk minumnya juga sama harganya sama 1 $ BND, misalnya minuman berenergi plus es (cap : carabao / 'kerbau' ), milo ice, es teh atau kopi susu. Harga air mineral 600 ml adalah 0,5 $ BND. 

Pak Gunardi mulai Shubuh sudah menyiapkan masakannya di Pasar Tamu Kianggeh sampai pukul 6 sore. Dia melayani para tamunya tenaga kerja asal Indonesia, turis asing, warga Brunei dan memenuhi pesanan rutin pabrik-pabrik di Bandar hingga ratusan box per hari.

Di Pasar Tamu Kianggeh nuansanya tidak seperti berada di Brunei, rasanya seperti di negeri sendiri karena hampir semuanya orang Indonesia. Jumlah tenaga kerja Indonesia di Brunei mencapai 50 ribu orang, disusul dari Bangladesh dan sisanya dari negara lain. Kalau saja Brunei ditinggalkan para pekerja asingnya, maka Brunei akan lumpuh karena hampir semua sector non formal digerakkan oleh tenaga kerja asing khususnya dari Indonesia.

Sektor-sektor yang ‘dikuasai’ orang Indonesia antara lain restoran/kedai makanan, transportasi, kedai internet, supplay tenaga kerja, dan segala macam pelayan baik toko atau di mall, pekerjaan konstruksi dan lainnya.

Para pekerja yang baru saja bekerja di Brunei dapat bayaran mulai 15 $ BND per hari  (Rp. 125 ribu) misalnya sebagai pelayan atau bekerja serabutan. Kalau berkerja sudah lama bayarannya sampai 25 $ BND di hari biasa dan 30 $ BND di hari libur. Orang asing setahuku tidak boleh berusaha di Brunei. Biasanya disiasati dengan mengawini pria Brunei, setelah itu baru bisa bikin kedai makanan misalnya.


HARUS KEMANA AJA WAKTU DI BRUNEI

Tidak perlu berlama-lama di Brunei, 3 hari cukup. Lalu kemana aja dalam 3 hari itu ? Target pertama adalah Masjid-Masjid yang indah diantaranya Masjid Omar Ali Saiffudien di daerah Bandar. Menuju ke Masjid ini dari Hostel Pusat Belia cukup jalan kaki sekitar 500 meter. Masjid yang putih bersih mempunyai beberapa menara, tersambung dengan jembatan yang menjorok ke kolam besar dan di ujung jembatan terdapat bangunan menyerupai perahu yang indah. Mencoba shalat berjamaah di Masjid ini dimulai dengan ber-wudhu membuat hati tenang dan tentram. 

Kemudian Masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah atau Masjid Kiulap di daerah Gadong, kalau dari Bandar naik Bus no. 01 langsung turun di depan masjid di Jalan Tutong. Jangan kaget kalau jalan-jalan dengan bus, karena kondektur bus hampir semuanya wanita asal Indonesia. 
Berikutnya Kampung Ayer, dari Bandar jalan kaki aja ke pinggir pantai atau dari kanal depan Pasar Tamu Kianggeh. Dari situ bisa naik boat menyebrang ke Kampung Ayer, ongkosnya 0,5 $ BND, kecuali kalau kita sengaja naik boat mau putar-putar sekitar Kampung Ayer taripnya bisa tawar menawar. Kampung Ayer adalah kampung nelayan yang terletak di depan Bandar. Kampung ini masih sederhana. Rumah-rumah dan lantainya terbuat dari kayu. Kampung ini seperti kampung terapung lainnya di Kalimantan Selatan.

Pasar Tamu Kianggeh adalah target berikutnya, pada pagi hari di pasar ini  banyak dijual buah dan sayur. Mereka berjualan di bawah tenda-tenda atau kios-kios yang bersih dan tertata rapi. Pedagang di sini didominasi oleh orang Jawa. Mereka menjual bahan-bahan untuk memasak atau makanan jadi cukup murah dibanding di supermarket atau kedai makanan lainnya. Pasar ini buka mulai pagi sampai menjelang Maghrib. Pasar lainnya adalah Pasar Tamu Selera yang juga khusus menjual makanan jadi, letaknya di depan Hotel Radisson tidak jauh dari Pusat Belia. Atau ada juga makanan jadi dijual di daerah Sumbiling.

Kuliner di Brunei cukup banyak tempatnya disamping tiga tempat tadi. Misalnya di pinggir pantai Bandar. Di situ banyak berjejer resto-resto dengan andalan masakannya masing-masing. Kuliner di sini yang paling favorit dan disukai adalah lele dan ayam penyet. Di sini juga didominasi oleh orang dari Jawa. Menikmati makanan di pujasera lantai 7 di Bandar dekat terminal bus juga bisa, harganya 3 sampai 5 $ BND. Kalau mau makan di mal, datanglah ke The Mall Gadong dengan Bus no 01 jurusan Gadong. The Mall adalah tempat belanja dan pusat hiburan masyarakat. Di lantai atas ada cinema yang bertarip 7 $ BND untuk dewasa dan 4 $ BND untuk anak-anak. 

Jika kita datang pada saat libur khususnya pada Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi itu adalah timing yang paling pas. Sebab ketika mulai masuk Bulan Rabiul Awal, suasana kota lebih semarak dengan hadirnya berbagai aktivitas warga dalam menyongsong Bulan kelahiran Nabi.

Sultan Bolkiah berpose di depan kameraku
Khusus pada Hari H nya, Peringatan dan perayaan dilakukan di lapangan negara depan Masjid Ali Omar Saiffudien. Acara ini diselenggarakan oleh negara secara meriah. Upacara selesai ditandai dengan dentuman meriam beberapa kali yang menggetarkan kota. Pada saat itu Sultan Bolkiah beserta keluarganya, pejabat pemerintahan dan masyarakat turun ke jalan. Sultan akan berjalan kaki mengelilingi Bandar menyapa rakyatnya. Alhamdulillah aku bisa bertemu dengan beliau walau hanya sebentar saja. 

Para warga Brunei menyambut hari ini dengan kegembiraan yang luar biasa, kantor-kantor tutup, lalu lintas umum juga ditutup atau dialihkan. Kantor, toko, mal dan sektor swasta lainnya tutup sementara. Mereka buka lagi di siang hari ketika acara sudah selesai. Karnaval di jalan-jalan juga lebih semarak, yang dilakukan oleh puluhan group berpakaian tradisional Melayu Brunei. Mereka melantunkan lagu-lagu Islami, shalawat atau bacaan menyanjung Nabi Muhammad SAW. Untuk lomba karnaval ada jurinya untuk menentukan siapa pemenangnya.

Kalau ada acara kenegaraan seperti ini misalnya, pidato Sultan atau Pejabat Negara suaranya disalurkan lewat instalasi kabel yang sudah tersedia ke penjuru kota. Sehingga pesan-pesan dari pemimpin negara dapat didengar masyarakat melalui loud-speaker di jalan-jalan utama Bandar.

Masyarakat yang mampu, menyediakan makanan, minuman, buah-buahan dan souvenir yang melimpah untuk dibagikan gratis pada rombongan Sultan dan masyarakat. Tidak ada satupun dari mereka yang berebutan menerima pemberian gratis ini. Hampir semua rombongan memakai pakaian adat Melayu Brunei, yakni songkok hitam, baju tangan panjang, celana panjang dibalut dengan sarung mulai dari pinggang hingga lutut.

Itulah kisah singkat perjalananku ke Brunei Darussalam, selanjutnya besok pagi aku akan tinggalkan negeri ini menuju Kota Kinabalu dan Sandakan di Wilayah Sabah, Malaysia.

Sumber gambar 'map ASEAN' dari google


Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN 
email  : alsatopass@gmail.com     

1 comment:

Benagustian said...

wah saya bisa merasakan bagaimana makmurnya negara ini lewat tulisan bapak.. pemimpin yang dicintai, rakyat yang makmur damai dan berkah kekayaan materi :D