Setelah pamitan dengan anak dan
isteri, aku meluncur dengan angkot CKL ke Landungsari, Terminal Barat Kota Malang. Angkotnya cuma 2500 Rupiah, sedangkan Bus Mini ‘Puspa Indah’ ke
Jombang 14 Ribu Rupiah. Perjalanan 2,5 jam ke Jombang cukup menyenangkan
melewati liku-liku celah gunung dan perbukitan di sekitar Kota Batu, Pujon sampai
Kandangan dan akhirnya melalui jalan datar di Ngoro kemudian sampai di Kota
Santri, Jombang. Kali ini aku ingin menjelajahi beberapa spot di Jakarta,
Bekasi, Slawi-Tegal, Purwokerto, Yogjakarta dan kembali ke Malang. Waktunya cuma 4 harian. Let’s go guys
….
JOMBANG KOTA SANTRI
Bus tiba di dalam Kota Jombang
sekitar pukul sebelasan. Untuk menuju Stasiun Kereta Api ‘KA’ Jombang
perlu angkutan lain seperti becak atau angkot. Aku pilih naik angkot yang cuma
2 ribu, kalau pake becak 5 ribuan. Udara terasa berbeda dengan Malang, di sini panasnya
cukup menyengat. Apalagi aku harus antri di loket yang minim atap untuk
menukarkan tiket sementara yang kubeli di Alfamart menjad tiket asli. Tiket
asli udah di tangan selanjutnya hanya menunggu KA datang yang akan berangkat pukul 13.09.
Jumatan selesai menjelang pukul
satu siang. Aku bergegas kembali ke stasiun. Sebelum masuk aku sempatkan
membeli roti dan sebotol green tea. Tiket dan KTP-ku diperiksa petugas saat
masuk area dalam stasiun untuk menunggu KA tiba.
GAYA BARU MALAM SELATAN (GBMS)
Rangkaian KA GBMS memasuki
jalur satu sesuai jadwal. Aku dapat di gerbong nomor satu
persis di belakang lokomotif. Walaupun ini adalah KA ekonomi (K3) yang harganya
hanya 110 ribu (note : mulai september 2013 tarip turun s/d 50%), namun di setiap gerbong dilengkapi 6 unit AC split yang telah
dimodifikasi. Colokan listrik juga ada di sekitar tempat duduk. Pendek kata naik
KA ekonomi saat ini terasa lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Toilet yang
bersih dan suplai air yang lancar serta larangan merokok bagi penumpangnya
menambah betah naik KA ekonomi saat ini.
GBMS berangkat dari Stasiun Gubeng Surabaya sekitar pukul dua belas siang. Jalur perjalanannya melewati Mojokerto, Jombang, Kertosono, Madiun, Solo, Yogja Lempuyangan, Kebumen, Purwokerto, Cirebon, Jatinegara, Senen dan terakhir di Stasiun Jakarta Kota. Kereta ini tidak berhenti di Cikampek, Karawang dan Bekasi, oleh sebab itu bagi penumpang yang ingin ke Karawang misalnya paling dekat harus turun di Stasiun Jatinegara. Kemudian harus kembali lagi ke Karawang dengan KA atau bus.
GBMS berangkat dari Stasiun Gubeng Surabaya sekitar pukul dua belas siang. Jalur perjalanannya melewati Mojokerto, Jombang, Kertosono, Madiun, Solo, Yogja Lempuyangan, Kebumen, Purwokerto, Cirebon, Jatinegara, Senen dan terakhir di Stasiun Jakarta Kota. Kereta ini tidak berhenti di Cikampek, Karawang dan Bekasi, oleh sebab itu bagi penumpang yang ingin ke Karawang misalnya paling dekat harus turun di Stasiun Jatinegara. Kemudian harus kembali lagi ke Karawang dengan KA atau bus.
AREA JAKARTA
KOTA
Stasiun Beos merupakan stasiun KA
peninggalan kolonial Belanda yang cukup terpelihara dan perlu dijaga
kelestariannya sebagai warisan bangsa. Arsitektur gaya
tempo dulu yang sangat indah banyak menghiasi bagian dalam dan luar stasiun ini. Untuk menyempurnakan
Stasiun Beos perlu sentuhan lebih lanjut seperti memisahkan dan memperluas toilet dan mushala yang kurang nyaman. Ruangan tersebut dibuka mulai
pukul empat pagi dan sebelum waktu tersebut, ruangan ini dikunci. Walaupun free tapi ada
penjaganya yang duduk di sekitar pintu keluar, jadi sungkan juga kalau nggak
bayar.
Stasiun Beos melayani pemberangkatan
dan kedatangan KA Gumarang ke Surabaya, Srayu Pagi ke Kroya, Gajayana ke
Malang, GBMS ke Surabaya Gubeng, Tegal Arum ke Tagal dan KA Komuter ke beberapa
jurusan pendek area Jabodetabek.
Situasi di sekitar Stasiun Beos
cukup aman walaupun berada di utara Jakarta
yang katanya orang rada rawan. Untungnya, saat ini di dalam stasiun hanya boleh
dimasuki para calon penumpang. Orang yang tidak bekepentingan dilarang masuk oleh petugas sekuriti.
Di depan pintu keluar sebelah kanan
stasiun sejak subuh sudah ada penjual makanan dan minuman untuk sarapan.
Sebut saja soto ayam, bubur ayam, ketoprak, siomay dan aneka gorengan juga
ada di situ. Semangkuk soto ayam dihargai 10 ribu dan segelas kopi instan
harganya 2 ribu Rupiah. Sambil sarapan aku bisa memandangi gedung-gedung tua
yang menawan dan penuh kisah historisnya. Memandangi Stasiun Beos saja sudah
takjub belum lagi Museum Bank Mandiri, Museum Fatahilah dan bangunan
perkantoran peninggalan masa penjajahan. Kawasan kota tua ini cukup luas mulai dari Glodok,
sekitaran Stasiun Beos, Kampung Bandan, Pasar Ikan sampai mendekati kawasan Ancol. Semoga
Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI bisa merehabilitasi dan menjaga warisan bangsa
ini.
BUSWAY JAKARTA
Busway di Jakarta yang dominan
berwarna kemerahan terdiri dari armada tunggal dan gandeng (couple), namanya
TransJakarta. Menurutku moda ini sangat membantu pemakainya karena bisa lebih cepat sampai di tujuan. Memang karena busway mempunyai
jalur sendiri. Kalau saja awalnya dulu jalan biasa dibuat bersama-sama dengan jaur busway tentu Jakarta tidak semacet
sekarang. Sayangnya jalur busway saat ini adalah mengambil bagian jalan biasa yang
sudah ada lebih dulu, sehingga jalan biasa menjadi lebih sempit.
Mengelilingi Jakarta dengan busway pada hari
libur lebih nyaman karena penumpangnya tidak begitu banyak.
Melihat-lihat icon ibukota sangat menyenangkan hati seperti Museum Fatahiah,
Monas dan Kawasan Istana, Bundaran HI
atau Kawasan Senayan. Sebagai orang yang pernah tinggal lama di Jakarta tentu
ngetrip ini akan membuka kenangan lamaku.
KE SLAWI TEGAL YUK
Enaknya di Terminal Bus Bekasi
tiketnya beli di agen resmi. Pilihan jatuh ke Bus Sinar Jaya. Ambil bus AC
jurusan langsung ke Slawi. Harga Tiketnya 45 ribu dan berangkat sekitar pukul
tujuh malam. Selain Bus Sinar Jaya ada juga pilihan lain Dewi Sri, Laju Prima
atau Dedy Jaya.
Sinar Jaya armadanya banyak
walaupun kondisinya tidak begitu istimewa. PO ini memiliki berbagai jurusan khususnya ke Jawa Tengah di bagian utara dan selatan seperti Tegal, Slawi,
Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Purworejo, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara
dan Pekalongan.
Melewati pantai utara mulai dari
Cikampek, Cirebon,
Brebes, Tegal dan Slawi. Waktu tempuhnya sekitar tujuh jam dan beristirahat
makan di daerah Losari. Di restoran yang mempunyai area parkir yang luas
ini terlihat puluhan Bus Sinar Jaya parkir
berbaris rapi. Ratusan penumpang ada yang langsung makan dan ada juga
yang ke toilet dulu. Keluar toilet setiap penumpang wajib bayar 2 ribu Rupiah. Dapat
dibayangkan berapa uang pemasukan dari jasa toilet saja, mungkin bisa sejutaan
dalam sehari semalam. Luar biasa … Tiket Bus Sinar Jaya ada undiannya, tulis
nama dan identitas lainnya lalu masukan ke dalam kotak undian. Di sini juga
terlihat petugas bus memeriksa manifes penumpang, memotret dan melaporkannya ke
posko lewat HT.
SEKILAS MENGENAL KOTA SLAWI
Esok paginya udah tersedia nasi
uduk dan secangkir kopi untukku. Kemudian meninjau furniture dan rumah joglo
dari jati tua kemudian meninjau pengembangan Lele Sangkuriang, ternak kambing,
pohon sengon (albasia) dan tanaman buah di dalam kebun sahabatku. Sambil sekilas
mempelajari seluk beluk pengembangan lele aku juga mencoba mendalami hal
lainnya.
Siangnya sudah disajikan lotek
asli Tegal yang katanya cuma 3 ribuan sebungkus. Bersamaan dengan lotek telah
tersedia juga segelas teh asli Tegal yang sepet-sepet natural. Terima kasih ya
Allah betapa Engkau telah memberi kenikmatan yang begitu banyak kepadaku.
Alhamdudillah.
Seperti diketahui, Kabupaten Tegal dengan ibukota Slawi mempunyai beberapa potensi unggulan di wilayahnya.
Industri logam sudah sangat terkenal sebelumnya, pengusaha ‘Warteg’ Warung
Tegal dan industri teh seperti Gopek, Tong
Tji, Sosro, 2 Tang dan puluhan merk merupakan produk unggulan lainnya. Kalau melewati pabrik 'Teh Gopek' misalnya, bau harum aroma teh sangat menyengat hidung dan rasanya ingin berlama-lama menciumnya. Kulinernya yang
terkenal disamping teh poci gula batu, ada juga sate kambing ‘Batibul’ bawah
tiga bulan atau ‘Balibul’ bawah lima bulan, tahu
plethok, lotek (Seperti pecel) dan mendoan tempe. Sedangkan siapa saja tokoh dari Tegal yang
terkenal saat ini, dialah Menteri Pertanian Pak Suswono dari Desa Kalisapu,
Master Limbat dari Desa Dukuhsalam dan Dalang Ki Enthus Susmono. Yang
mengasyikan sesungguhnya adalah memperhatikan gaya bahasa orang Tegal ‘Ngapak’atau 'Banyumasan'. Kota Tegal sendiri yang berbatasan langsung dengan Slawi mempunyai julukan Kota Bahari, karena posisinya ada di tepi pantai utara Jawa. Di kota inilah asal usul terbentuknya Korp Marinir.
Slawi sebagai ibukota Kabupaten
Tegal, pada saat musim mudik menjadi tempat aliran lalu lintas sebagai jalan
alternatif dari Brebes – Slawi kemudian ke selatan menuju arah Purwokerto. Aku
sempatkan melihat Monumen Poci yang berada tepat di depan Masjid Agung Slawi
Jalan A. Yani. Kemudian ke Taman Rakyat letaknya di depan Terminal Bus Slawi.
Sempatkan juga ke Alun-Alun Sawi ‘AAS’ yang berada berhadapan dengan Kantor Bupati Tegal. Alun-alun yang hijau dengan penataan taman yang apik menambah indah kota ini. Menurut informasi yang kudapat mengendarai
mobil atau sepeda motor harus ekstra hati-hati karena tidak sedikit orang
berkendara agak sembrono. Masak sih ?
Menikmati sate kambing bersama
teh poci gula batu sangat populer di mata para pengunjung. Sate Batibul atau
Balibul dijual per kodi (20 tusuk),
namun bisa juga kalau mau beli setengah kodi (10 tusuk). Harga per kodi
kisarannya 50 ribu. Bumbunya adalah kecap yang dilengkapi irisan bawang merah,
tomat hijau dan cabai. Setelah menyantap sate khas Tegal, lalu menyeruput teh poci gula batu. Oh surga dunia.
MENUJU PURWOKERTO
Selepas sarapan dan menyeruput
teh Slawi, aku diantar Pak Giat ke tempat lewatnya bus jurusan Purwkerto.
Padahal sahabatku sudah menangkap seekor ayam jago dan telah dimasaknya
untukku. Namun apa mau dikata aku harus meninggalkan Slawi agar tidak
ketinggalan bus di Purwokerto.
Ke Purwokerto aku naik bus kecil
yang ongkosnya 18 ribu, contohnya bus kecil AC 'Alvin Jaya' jurusan Cirebon - Purwokerto. Ada juga yang lebih mahal misalnya pake bus besar AC jurusan Cirebon - Yogja via Slawi, tapi di Ajibarang kita akan dioper dengan bus kecil ke Purwokerto. Perjalananku akan menempuh jarak sekitar 75
an kilometer selama kurang lebih 2,5 jam. Bus melewati kota-kota kecil seperti
Lebaksiu, Bumiayu, Ajibarang dan Purwokerto.
Tibalah aku di Kota Satria
Purwokerto sekitar pukul satu siang. Di Terminal aku bertanya kepada salah satu penjual
depot makanan, "Bus ke Malang pukul berapa ?" Ternyata bus ke Malang
berangkat pukul dua siang. Wah udah mepet nih waktunya, aku harus segera beli
tiket di loket. Aku masuk ke agen Bus Zena, ahamdulillah tiket masih ada. Harga
tiketnya
90 ribu dan berangkat pukul dua
siang. Disamping Zena ada Handoyo (92 ribu, 40 seat 2 x 2, LCD, toilet, AC, Selimut / bantal, 1 x makan gratis, pokoknya yang ini lebih bagus) dan Rosalia (sekitar 120 ribu, fasilitas sama cuma makannya aja ini di resto Padang). Bus Zena dan Handoyo sama-sama
berangkat pukul dua sedangkan Rosalia berangkat sekitar pukul sembilan pagi dan pukul empat sore.
Sebenarnya aku ingin bertemu
teman di Purwokerto yang sudah lama tidak ketemu tapi waktunya tidak
memungkinkan. Aku cuma pamit lewat telepon kalau aku nggak bisa mampir. Sesaat
sebeum bus berangkat aku sempatkan makan siang di depot dalam terminal, nasi
campur dan dua gelas es teh botol aku bayar 13 ribu. Di area terminal yang hijau, besar dan bersih, aku sempatkan beli beberapa besek getuk goreng buatan Sokaraja. Satu besek beratnya 1/2 Kg dan harganya 11 ribu, di sekitar Purwokerto getuk ini ada juga yang harganya 25 ribu per kilo. Di sekitar Terminal Bus Purwokerto tidak ada locker penitipan tas, kalau mau titip tas bisa di masjid yang letanya di ujung terminal. Jasa penitipan tas ini bayarnya suka rela dan kita sendiri yang memasukkan uangnya ke dalam seperti kotak amal. Di sini juga disediakan peminjaman sarung atau mukena untuk shalat. Akhirnya waktu berangkat
telah tiba, tepat pukul dua bus meninggalkan Kota Purwokerto melewati Banyumas, Gombong, Kebumen,
Kutoarjo, Purworejo menuju Yogjakarta. Perjalanan memakan waktu 5 jam untuk
sampai di Yogjakarta.
Kalau mau naik bus ini harus ke petugas lebih dulu untuk minta nomor kursi kemudian bayar tiketnya di atas bus. Setelah bus meninggalkan Kota Yogja selanjutnya bus akan berhenti di garasi sekitar Jl. Raya Wates desa Gamping untuk mengambil dan pemeriksaan penumpang. Begitu juga di sekitar Kebumen, bus berhenti untuk memberi kesempatan awak bus dan penumpang istirahat, beli oleh-oleh atau ke toilet.
Kondisi bus yang bersih, seat yang empuk, LCD monitor mini 3 buah di deretan kiri dan 3 buah di deretan kanan serta LCD besar di samping sopir. Setiap penumpang akan diberi air mineral kemasan kecil dan dari dari garasi ada fasilitas antaran gratis di dalam Kota Yogja atau ke Bandara Adi Sucipto. Dengan jadwal keberangkatan setiap 30 menit, bus ini selalu tinggi kepadatan penumpangnya. Bus yang tersedia adalah ber-seat 45 (2 x 2) dan bus ber-seat 2 x 1. Ini adalah terobosan pelayanan bus antar kota yang baik yang bisa dijadikan standar pelayanan transpotasi bus di kota lain. Bravo Efisiensi.
Banyak cara dari Yogja menuju Malang, bisa pake bus,
travel atau KA. Dengan bus seperti yang
aku sebutkan tadi yakni Zena, Handoyo atau Rosalia. Dengan travel juga bisa pilih Rosalia, Surya atau travel lainnya. Sedangkan KA ada Malioboro
(ekonomi / executive), Gajayana (executive), Malabar (ekonomi / bisnis /
executive) atau Matarmaja (ekonomi). Untuk KA, silakan lihat di http://teamtouring.net/jadwal/bus/
Bus Zena melanjutkan kembali
perjalanannya dari Yogjakarta menuju Malang.
Route yang dilewati adalah Klaten, Solo, Sragen, Ngawi, Madiun (Saradan),
Nganjuk, Kertosono, Jombang, Mojosari, Japanan, Pandaan kemudian Malang. Perjalanan selama
8 jam dengan istirahat makan gratis dari Zena di RM Surya di daerah Saradan. Sedangkan Bus Handoyo fasilitas makan gratisnya di RM Kurnia Jawa Timur di Ngawi.
Akhirnya sekitar pukul 4 pagi aku
tiba di Terminal Bus Arjosari, Malang.
Anakku sudah menunggu menjemputku dengan sepeda motornya. Dan kami semua bisa
berkumpul kembali dengan keluarga untuk bercengkerama lagi. Sebagai tanda
terima kasih pada anakku, uang 50 ribu aku berikan padanya sebagai uang
pengganti ojek. Itu adalah 3 x lipat ongkos naik ojek. Dia tersenyum
menerimanya. "Terima kasih Bapakku", katanya.
Sebelum aku mengakhiri kisah perjalananku ini, ada alternatif lain menuju Malang dari Slawi Tegal. Rutenya lewat Utara Jawa dengan bus. Anda bisa mencoba pakai bus EZRI yang pool-nya ada di Jl. Gajah Mada, Tegal tepatnya di depan Bank Bukopin. Tarip dari Tegal ke Malang Rp. 180.000 dan berangkat pukul 19.00.
Dengan KA juga bisa dilakukan, seperti KA Majapahit (Ekonomi AC) yang dulu namanya Senja Kediri kemudian berubah menjadi Senja Singosari dan akhirnya menjadi KA Majapahit. Rutenya dari Malang - Blitar - Kediri - Kertosono - Madiun - Semarang (Tawang) - Pekalongan - Tegal - Cirebon dan Jakarta (Pasar Senen).


email : alsatopass@gmail.com
Sebelum aku mengakhiri kisah perjalananku ini, ada alternatif lain menuju Malang dari Slawi Tegal. Rutenya lewat Utara Jawa dengan bus. Anda bisa mencoba pakai bus EZRI yang pool-nya ada di Jl. Gajah Mada, Tegal tepatnya di depan Bank Bukopin. Tarip dari Tegal ke Malang Rp. 180.000 dan berangkat pukul 19.00.
Dengan KA juga bisa dilakukan, seperti KA Majapahit (Ekonomi AC) yang dulu namanya Senja Kediri kemudian berubah menjadi Senja Singosari dan akhirnya menjadi KA Majapahit. Rutenya dari Malang - Blitar - Kediri - Kertosono - Madiun - Semarang (Tawang) - Pekalongan - Tegal - Cirebon dan Jakarta (Pasar Senen).
email : alsatopass@gmail.com
1 comment:
salut salut pak, keren.. :D
Post a Comment