Siapa yang tidak kenal dengan sebutan Kota Pahlawan, Ibukota Jawa Timur, atau kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta ? Itulah Surabaya.
Sebagai kota pusat perdagangan, bisnis, sejarah dan pendidikan, Surabaya juga sebagai pintu gerbang menuju bagian timur Indonesia. Hampir semua armada angkutan darat, laut dan udara yang akan menuju timur Indonesia selalu transit di Surabaya.
Surabaya yang dulu lain dengan yang sekarang. Kini semuanya jauh lebih baik, lebih hijau dan rapi dibandingkan sebelumnya. Ayo jelajahi kota ini lebih dalam, walau hanya beberapa jam saja, murah meriah tapi bisa dapat segalanya.
KONSENTRASI DI UTARA SURABAYA
Menapaki awal tahun baru 2014 (15 Januari'14), aku mulai menjelajah lagi meninggalkan kota asalku, Malang menuju Surabaya. Cukup naik Kereta Api Penataran pergi pulang dan turun di stasiun paling akhir, Stasiun Surabaya Kota (Semut). Tiket pp hanya 8 ribu saja yang kubeli sehari sebelumnya di Stasiun Blimbing. Waktu tempuh ke Surabaya sekitar 3 jam.
Mengapa ke Surabaya Utara ? aku sangat mengagumi bangunan-bangunan kuno peninggalan kolonial yang masih ada di Surabaya. Di bagian utara inilah gudangnya cagar budaya bangunan kuno, yang terdiri dari perkantoran, pabrik, jembatan, pasar atau penjara ciptaan masa lalu.
Bila ingin naik bus juga bisa, naiknya dari Terminal Arjosari. Tiketnya sampai Terminal Bungurasih 13 ribu untuk Bus ekonomi seat 2 x 3 dan 25 ribu untuk Bus Patas AC seat 2 x 2. Tapi untuk menuju utara Surabaya harus sambung bus kota lagi. Cara yang paling cepat adalah naik Bus Patas P5 jurusan Jembatan Merah, turun di Tugu Pahlawan. Ongkosnya 5 ribu, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Jadi dari Malang ke Surabaya Jembatan Merah waktunya hampir sama dengan naik Kereta Api.
Aku usahakan tiba di Surabaya pagi-pagi, sekitar pukul 7 atau 8. Apa pasal ? karena jam segini mulai dari depan Stasiun Surabaya Kota (Semut) sampai depan Kantor Gubernur Jawa Timur / Tugu Pahlawan, ada Pasar Kaget atau Pasar Senggol atau Pasar Minggu. Disebut begitu karena pasarnya muncul dadakan, berdesak-desakan dan hanya buka pada hari minggu saja mulai pagi hingga pukul 11 an.
Apa saja yang ada di sana ? Lengkap betul yang dijual di situ. Yang paling banyak dijual adalah pakaian second hand (bekas) dari negara lain. Kondisinya masih bagus hingga 85 prosen dan harganya sangat murah, rata-rata hanya 10 sampai 50 ribuan saja.
Pakaian baru juga ada, makanan, minuman, sepatu, mainan anak, tas atau jaket, semua ada di situ. Mulai habis shubuh, suasananya penuh sesak dengan para pembeli atau orang yang sengaja hanya lihat-lihat saja. Pakaian semacam ini di Makassar disebut ‘Cakar’ Cap Karung dan di Pasar Kodok Tabanan Bali disebut ‘OB’ Obral. Membeli pakaian second harus tau caranya. Tanya dulu berapa per potongnya. Kemudian jangan bayar satu satu, tapi kumpulkan dulu beberapa potong, lalu bayar semuanya dengan harga yang bisa didiskon lagi.
Mengapa ke Surabaya Utara ? aku sangat mengagumi bangunan-bangunan kuno peninggalan kolonial yang masih ada di Surabaya. Di bagian utara inilah gudangnya cagar budaya bangunan kuno, yang terdiri dari perkantoran, pabrik, jembatan, pasar atau penjara ciptaan masa lalu.
Bila ingin naik bus juga bisa, naiknya dari Terminal Arjosari. Tiketnya sampai Terminal Bungurasih 13 ribu untuk Bus ekonomi seat 2 x 3 dan 25 ribu untuk Bus Patas AC seat 2 x 2. Tapi untuk menuju utara Surabaya harus sambung bus kota lagi. Cara yang paling cepat adalah naik Bus Patas P5 jurusan Jembatan Merah, turun di Tugu Pahlawan. Ongkosnya 5 ribu, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Jadi dari Malang ke Surabaya Jembatan Merah waktunya hampir sama dengan naik Kereta Api.
Aku usahakan tiba di Surabaya pagi-pagi, sekitar pukul 7 atau 8. Apa pasal ? karena jam segini mulai dari depan Stasiun Surabaya Kota (Semut) sampai depan Kantor Gubernur Jawa Timur / Tugu Pahlawan, ada Pasar Kaget atau Pasar Senggol atau Pasar Minggu. Disebut begitu karena pasarnya muncul dadakan, berdesak-desakan dan hanya buka pada hari minggu saja mulai pagi hingga pukul 11 an.
Apa saja yang ada di sana ? Lengkap betul yang dijual di situ. Yang paling banyak dijual adalah pakaian second hand (bekas) dari negara lain. Kondisinya masih bagus hingga 85 prosen dan harganya sangat murah, rata-rata hanya 10 sampai 50 ribuan saja.
Pakaian baru juga ada, makanan, minuman, sepatu, mainan anak, tas atau jaket, semua ada di situ. Mulai habis shubuh, suasananya penuh sesak dengan para pembeli atau orang yang sengaja hanya lihat-lihat saja. Pakaian semacam ini di Makassar disebut ‘Cakar’ Cap Karung dan di Pasar Kodok Tabanan Bali disebut ‘OB’ Obral. Membeli pakaian second harus tau caranya. Tanya dulu berapa per potongnya. Kemudian jangan bayar satu satu, tapi kumpulkan dulu beberapa potong, lalu bayar semuanya dengan harga yang bisa didiskon lagi.
MAKANAN KHAS SURABAYA
Aku ke Pasar pakaian second hanya lihat-lihat saja, mulai dari ujung jalan yang satu ke ujung jalan lainnya. Kemudian mengabadikan beberapa obyek di sekitar situ seperti Stasiun Semut, Gedung Bank Mandiri, Kantor Pos, Kantor Pelni, Tugu Pahlawan, Viaduct (jembatan kereta api) dan Kantor Gubernur Jawa Timur.
SURABAYA HERITAGE TRACK
Meninggalkan pasar kaget, aku melewati Kantor Pos Besar Kebonrojo, Jalan Kepanjen yang banyak penjual makanan dan minuman khas Surabaya, Gereja Katholik kuno 'Kelahiran Santa Perawan Maria', Kantor PTPN XI di Jalan Merak, selanjutnya melewati bekas Penjara Kalisosok dan diakhiri di House of Sampoerna ‘HoS’ di Jalan Kebalen.
HoS ini adalah tujuan utamaku. Ke sini hanya ingin naik bus gratis menyusuri icon dan cagar budaya Surabaya tempo dulu. Di samping itu ingin melihat Museum yang berisi riwayat keluarga dan perusahaan Rokok Sampoerna, pabrik pelintingan rokok, Art Galery dan Cafe.
Inilah peran besar swasta pengusaha yang sebelumnya memproduksi rokok merk Dji Sam Soe, Aga dan Sampoerna ini, ikut menjaga warisan budaya bangsa dan memajukan pariwisata Indonesia. Walaupun belakangan merk Sampoerna sebagian besar sahamnya dimiliki Philips Morris. Hal ini tidak menyurutkan pengusaha turun menurun sejak jaman penjajahan Belanda hingga sekarang, menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk diwariskan pada kita semua agar lebih mengenal warisan bangsa Indonesia. Terima kasih Sampoerna, walaupun usaha rokok semacam ini masih menjadi kontroversi terutama ancaman untuk kesehatan.
Namanya juga tour gratis, tentu saja banyak peminatnya. Dari buku tamu yang kulihat, disamping banyak diisi oleh tamu dari berbagai daerah tanah air, ada juga dari luar negeri. Mengunjungi kawasan ini jangan kuatir tidak dilayani baik karena gratisnya. Semua tamu akan di 'servis' oleh keramahan satpam, crew Museum, crew Heritage track Bus dan crew Art Galery.
Karena semuanya gratis kecuali merchandise dan cafe, maka aku harus ikuti aturan yang ada. Disamping harus tertib dan tepat waktu, khusus di lantai dua Museum ada larangan untuk mengambil gambar baik potret atau video. Ikuti aja agar lancar semuanya.
Bila ingin menikmati bus wisata ‘Surabaya Heritage Track’, hindari hari Sabtu dan Minggu. Hari-hari tersebut biasanya penuh 'full booked' sampai sebulan ke depan. Aku ambil hari biasa aja, kecuali hari senin memang tidak ada layanan tur.
Bus ini setap hari melayani tiga shift, mulai pukul 9.00 pagi, pukul 13.00 dan pukul 15.00. Masing-masing berdurasi antara 1 sampai 2 jam dan menjelajahi 3 rute.
Rute I (1–1,5 jam), HoS – Tugu Pahlawan – PTPN XI – HoS.
Rute II (1,5–2 jam), HoS–Tunjungan–City Hall/Surya Park– East Java Cultural Center–PTPN XI–HoS
Rute III (1,5–2 jam), HoS–Tunjungan –City Hall/Surya Park–Gd. Kesenian Jawa Timur–PTPN XI–HoS
Cukup puas menikmati layanan dari Keluarga Sampoerna ini, semoga saja bisa diikuti oleh kalangan swasta lainnya untuk kemajuan Indonesia.
MEMANFAATKAN SISA WAKTU
Karena hari masih terang, aku berjalan kaki dari HoS menuju Kawasan Mal Jembatan Merah Plaza ‘JMP’. Menuju ke sini melewati jalan di samping tembok tinggi bekas Penjara Negara Kalisosok, yang dulu pernah dihuni oleh sejumlah ‘penjahat’ kelas kakap.
Sebelum memasuki JMP, aku menikmati bangunan kuno cagar budaya, seperti Jembatan Merah, Gedung Internatio dan Gerbang China Town ‘Kya Kya’ Jalan Kembang Jepun. Memanfaatkan waktu yang ada, aku sempatkan keliling mal JMP, shalat dan membeli minuman.
Tak jauh dari Mal JMP ada angkot, di sini disebut ‘bemo’ lin R (warna coklat susu) menuju Pantai Kenjeran. Ongkosnya 4 ribu dan memerlukan 30 menit perjalanan. Aku tidak mampir ke Pantai Kenjeran yang penuh sesak dipadati pengunjung dari berbagai tempat. Tapi dari Terminal Kenjeran aku memilih ke Jembatan Suramadu dengan lin R2 yang ongkos dan waktu tempuhnya sama dengan lin R. Lin R2 tidak sampai ke dekat Jembatan Suramadu, jadi aku terpaksa sewa ojek pergi pulang 10 ribu. Enaknya, Pak ojek mau membantu memotretku dengan latar belakang jembatan sepanjang 5 km itu.
Karena kepanasan di jembatan, pulangnya aku mampir ke kedai es kacang hijau. Semangkuk aku bayar 4 ribu saja. Pak ojek mendrop aku di pangkalan lin R2 jurusan JMP melalui Stasiun Semut untuk kembali ke Malang dengan kereta api. Awalnya, kalau mau aku bisa saja langsung dari JMP ke Suramadu dengan Lin R2. Tapi aku pilih lin R sekalian ingin tau perkembangan Taman Rekreasi Pantai Kenjeran.
Sebetulnya, aku ingin shoping singkat di ITC Mega Grosir di depan Pasar Atom atau di Pasar Turi 'PGS'. Tapi karena budget sangat terbatas, terpaksa penjelajahanku selama 10 jam di Kota Pahlawan dengan biaya hanya 50 ribuan harus aku akhiri sampai di sini. Puaslah hatiku.
email : alsatopass@gmail.com
Sebetulnya, aku ingin shoping singkat di ITC Mega Grosir di depan Pasar Atom atau di Pasar Turi 'PGS'. Tapi karena budget sangat terbatas, terpaksa penjelajahanku selama 10 jam di Kota Pahlawan dengan biaya hanya 50 ribuan harus aku akhiri sampai di sini. Puaslah hatiku.
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
1 comment:
Waah, lumayan lengkap info jalan-jalannya. Terima kasih sharingnya, jadi masukan untuk jalan-jalan di Surabaya...
Post a Comment