BERAMAL LEWAT TULISAN

Wednesday, 29 April 2015

SAMBIL  MENYELAM  MINUM  AIR, 
KE  BANDUNG  &  KONFERENSI  ASIA  AFRIKA KE-60


Sudah lama nggak ke Bandung. Kebetulan ada event Konferensi Asia Afrika ‘KAA’, yang puncak acaranya diadakan di Bandung. Ya sambil menyelam minum air-lah.

Rencana dadakan dicetuskan pada pukul delapan pagi. Aku bilang pada puteraku, “Apa kamu mau ke Bandung bareng Bapak ? Kebetulan ini ada event KAA yang dilaksanakan sepuluh tahun sekali. Jadi belum tentu kita bisa menyaksikan pada sepuluh tahun lagi. Maka jangan lewatkan kesempatan ini”.

Puteraku mengiyakan ajakanku, padahal dia baru beberapa hari lalu tiba dari Bali. “Kalau begitu ayo kita beli tiket kereta api di mini market ‘ind*maret’“, ajakku. Ternyata, mini market tersebut tidak bisa melayani pemesanan pada hari H, pesannya minimal satu hari sebelumnya. Akhirnya, aku harus ke Stasiun kecil Blimbing yang jaraknya sekitar 2 km dari tempat tinggalku. Isi form dan tulis pesanan kelas ekonomi AC (pp), aku dapat harga yang paling rendah yakni 160 ribu.

Kereta Api ‘KA’ Malabar jurusan Malang – Bandung Kota berangkat pukul 16.00 WIB dan tiba menurut jadwal pada pukul 08.25 WIB. Kami siap jelajahi Kota Bandung dengan wajah berbeda karena banyak kemajuan di bawah kepemimpinan Walikota baru Bro Ridwan Kamil.


PERSIAPAN  PUNCAK  KAA  BANDUNG

KA Malabar tidak bisa masuk ke Stasiun Bandung Kota dan tertahan di Stasiun Kiaracondong di Bandung Timur dengan masa yang belum bisa ditentukan. Ini disebabkan karena ada gladi resik KAA. Tanpa pikir panjang, kami turun di stasiun ini dan naik angkutan kota ‘Angkot’ ke Terminal Cicaheum (3K).


Hanya beberapa saat saja istirahat, kami menuju kawasan Jalan Asia Afrika dengan Bus AC Trans Metro Bandung 'TMB' (3K). Kesibukan H-2 sangat tampak jelas, semua pihak bekerja terus menerus sesuai tanggung jawabnya. Tampak persiapan aparat keamanan, media, tim kesenian, tempat menginap, catering, ornamen konferensi outdoor/indoor, monumen, transportasi, souvenir dan gedung tempat berkumpulnya para delagasi negara-negara Asia Afrika. Semua team membawa peralatannya masing-masing. 


Gladi resik dan latihan beberapa bagian terus dilakukan agar semuanya berjalan lancar pada waktunya. Sidak pemeriksaan oleh berbagai pihak dari unsur pemerintah dan panitia juga gencar dilakukan dari waktu ke waktu. Perhelatan akbar kelas dunia ini, persiapannya hanya satu bulan. Pekerjaan untuk acara KAA ini sangat banyak. Diantaranya harus membuka jalan lurus yang melintasi jalur KA,  jalan dimaksud adalah Jl. Otto Iskandar Dinata ‘Otista’ langsung lurus ke Gedung Pakuan (untuk jamuan makan siang para delegasi KAA).


Puncak  acara KAA dilaksanakan di Kota ini untuk mengenang semangat negara-negara di Asia Afrika menghapuskan penjajahan, sesuai Deklarasi Dasa Sila Bandung. Puncak acara dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 sebagai kelanjutan acara sebelumnya di Jakarta.

Kami tidak membahas dan bercerita tentang sejarah KAA pada tahun 1955 hingga kini. Aku hanya terus mengambil semangatnya saja sejak tahun 1955, tahun 2005 dan sepuluh tahun kemudian di tahun 2015 ini. Acara sepuluh tahunan ini rencananya akan digelar lagi pada tahun 2025. KAA tahun 2015 ini adalah peringatan yang Ke-60.
   

BANDUNG  LEBIH  MAJU

MASJID RAYA BANDUNG

Beberapa tahun yang lalu, kawasan Masjid Raya Bandung masih amburadul, namun kini jauh lebih baik dan ‘bersih’ dari segalanya. Taman halaman muka masjid terhampar rumput hijau sintetis dan kursi-kursi taman yang menjadi primadona anak-anak dan keluarga. Sebentar lagi juga akan selesai sebuah bangunan untuk perpustakaan. Kawasan ini juga dikover oleh sinyal wifi yang cukup kuat.

Lainnya, telah hadir taman-taman baru tematik seperti :

1.  TAMAN JOMBLO (TAMAN PASUPATI), di bawah Jembatan Pasupat
2.  TAMAN VANDA, Jl. Merdeka Bawah
3.  TAMAN FOTOGRAFI, Jl. Anggrek
4.  TAMAN PUSTAKA BUNGA CILAKI, dekat Gdg. Sate Jl. Diponogoro
5.  TAMAN MUSIK, Jl. Belitung
6.  TAMAN FILM, di bawah jalan layang Pasupati Tamansari
7.  TAMAN LANSIA, Jl. Cisangkuy dekat Gedung Sate

Dua monumen baru ada di ujung barat dan timur Jalan Asia Afrika diresmikan pada saat puncak acara KAA ke 60, Monumen Bola Dunia Asia Afrika dan Menara Asia Afrika. Di sepanjang Jalan Otista tepatnya depan Pasar Baru, jalan ini dihiasi 1000 payung warna warni. Obyek ini menambah semarak dan menjadi obyek wisata baru buat wisatawan dan warga Bandung.

Halte-halte angkot semuanya diberi nama dan ada informasi jurusan angkot yang lewat di situ. Untuk tertibnya berlalu lintas, Unit Satuan Lalu Lintas Poltabes Bandung bersama Pemerintah Kota membuat Ruang Henti Khusus ‘RHK' untuk sepeda motor ketika berhenti di belakang lampu merah. Semua kendaraan roda dua masuk berhenti di kotak berwarna merah ini, sedangkan kendaraan roda empat (mobil) semua berhenti di belakang RHK. Jadi lalu lintas tampak lebih rapi dan tertib.

Di kawasan sekitar Gedung Merdeka, kini sudah menjadi area yang cocok untuk berjalan kaki yang lebih enjoy. Misalnya di Jl. Braga, Jl. Asia Afrika dan jalan di sisi Sungai Cikapundung. Di semua area ini nuansanya bergaya Eropa dan penuh dengan jejak sejarah menentang kolonialisme.



BANDROS, adalah Bus Wisata keliling kota. Bandung Tour on The Bus ‘BANDROS’ bus yang mempunyai design unik menyerupai Bus Wisata Gratis Sampoerna di Surabaya. Menggunakan bus ini sekarang biayanya 10K, beroperasi mulai pukul 8 pagi setiap hari kecuali hari jum’at.



Kalau jalanan tidak macet, bus ini dapat mengelilingi ikon-ikon Kota Bandung tidak lebih dari 90 menit saja. Tiket Bandros dapat diperoleh di depan Gedung Pendopo Alun-Alun Bandung. Rasakan layanan Bandros Merah atau bandros Kuning yang akan menempuh rute : Alun-Alun - Jl. Banceuy - Jl. Braga - Jl. Lembong - Jl. Sunda - Jl. Banda - Jl. Diponegoro - Jl. Dago - Jl. Kepatihan - Alun-alun.

TRANS STUDIO BANDUNG, tempat hiburan dan berbelanja yang terletak di Jl. Gatot Subroto (Gatsu). Untuk menuju kemari bisa ditempuh dengan beberapa angkot dari jurusan yang berbeda. Pada kawasan ini terdapat Trans Studio, Trans Studio Mall (TSM), Trans Hotel dan Masjid besar. Tiket masuk khusus ke dalam Trans Studio senin s/d  jum’at 170K dan Sabtu, Minggu atau hari libur tiketnya 270K.




BUS KOTA, semua bus yang lama sudah diremajakan dengan bus-bus baru ber AC. Bus Trans Metro Bandung (TMB) dan DAMRI. Taripnya masing-masing 3K untuk TMB dan 3,8K /4,9K untuk DAMRI. Disamping moda transportasi umum, tersedia juga Bus Sekolah berwarna kuning.

Itulah sebagian kemajuan phisik Kota Bandung, namun masih banyak potensi lain yang bisa dibangun dan dibenahi. Kesemrawutan lalu lintas di sebagian titik Kota Bandung masih ada yang harus diperbaiki. Kebersihan dan ketertiban di pinggiran kota masih harus terus digalakan. Tarip angkot juga harus ditertibkan, karena tarip yang tidak pasti sangat mengganggu kenyamanan penumpang. Kabel-kabel listrik dan telepon pada jalan-jalan protokol perlu diletakkan di bawah tanah, sehingga tidak ada lagi kabel yang menyebrang jalan yang merusak pandangan mata. Halte-halte bus di Kota Bandung yang mirip halte Busway TransJakarta tidak difungsikan lagi (mangkrak). Tapi sayang, biayanya mahal tapi tidak berfungsi. Otomatis pintu bus TMB atau DAMRI juga tidak difungsikan, untuk naik dan turun semuanya melalui pintu depan bus. Meski kebanyakan penumpang sudah tau tarip bus, namun tidak ada karcis yang diberikan oleh kondektur.


ACARA  PUNCAK  KAA  KE-60

Pada H-1 Puncak Peringatan KAA Ke-60 di Bandung, semua akses masuk sekitar Jl. Asia Afrika plus Jl. Otista sudah ditutup dan disteril aparat keamanan. Banyak arus lalu lintas dialihkan ke jalan-jalan alternatif dan otomatis hal ini menimbulkan kemacetan di mana-mana. Bukan itu saja Toko-toko dan perkantoran di Ring-1 sudah banyak yang tutup.

Berikut adalah rangkaian agenda acara delegates dan festival KAA Ke-60 :
  • Solidarity Day, penghormatan bagi Soekarno dan Mandela di Taman Jomblo, Taman Kate, Taman Film, Taman Bawet dan Taman Kampung Pulosari (21/04).
  • Pameran Foto KAA 1955, di Paris Van Java Mall (21-26/04).
  • Asian African Meet & Greet, di Paris Van Java & Cihampelas Walk (21-26/04).
  • Konser 20,000 pemain angklung oleh tua muda dan warga asing untuk dicatat dalam Rekor MURI serta Guinness World Records sebagai konser angklung terbesar di dunia, di Stadion Siliwangi (23/04).
  • Historical Walk dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka (24/04).
  • Upacara penandatanganan simbolik Bandung Message (24/04).
  • Shalat Jum’at di Masjid Raya Bandung (24/04).
  • Bagi delegasi yang tidak menjalankan ibadah Shalat Jum'at menunggu di Aula Gedung Merdeka dengan suguhan pertunjukan seni budaya (24/04).
  • Peresmian Monumen Asia Afrika yang berada di Alun-Alun Kota Bandung (24/04).
  • Selepas Jum’at, para delegasi menuju ke Gedung Pakuan untuk jamuan makan siang (24/04).
  • Festival Asian African Parade, yaitu pawai musik dan kostum di Jl, Asia Afrika (25/04).
  • Festival of Nations, yaitu penampilan Budaya Asia Afrika & penutupan, di Jl. Dago (26/04).


   Jl. Asia Afrika yang menjadi sentral acara puncak KAA, terus dibenahi sebagai persiapan akhir, untuk lalu lintasnya dilakukan buka tutup dan ditutup total mulai H-1 (23/04) s/d H+2 (26/04). Setelah acara puncak (24/04) selesai, masyarakat sudah boleh mendatangi lokasi tersebut hanya dengan berjalan kaki tanpa kendaraan. Hanya kendaraan delegasi yang keluar dari Hotel Savoy Homann, aparat keamanan dan panitia yang masih lalu lalang di area tersebut.



   Paska selesainya acara di Jl. Asia Afrika, masyarakat tumpah ruah hingga Jum’at tengah malam. Individu dan keluarga mengabadikan area ini dengan kamera ponsel, DSLR dan Video lengkap dengan tripod baik amatiran maupun profesional. Panggung2 acara, pasukan keamanan dan sarana pendukung semuanya mulai dibongkar, diangkut atau ditarik ke markasnya.



   PEMECAHAN REKOR MURI &  GUINNESS WORLD RECORDS 20,000 PEMAIN ANGKLUNG

Kami larut dalam acara pemecahan rekor 20.000 orang memainkan angklung secara serentak pada hari kamis tanggal 23 April 2015 di Stadion Siliwangi Kota Bandung. Tentu bukan kami saja yang berpartisipasi dalam acara ini, para pelajar kota Bandung adalah yang mendominasi acara, ada warga asing, undangan dan masyarakat umum juga ikut nimbrung di acara ini.


Stadion Siliwangi mulai dipenuhi peserta sejak pagi. Mereka satu persatu didata panitia ketika masuk. Masing-masing diberi sebuah angklung yang ada kodenya 'Maluku, Papua, Kalimantan atau lainnya', kaos dan sekotak snack.

Ada dua tenda besar bertengger di lapangan dalam stadion, satu untuk panitia dan pemandu acara sedangkan yang satunya lagi untuk para tamu undangan seperti perwakilan delegasi dari negera peserta KAA, Menteri Pariwisata, Gubernur Jawa Barat, Walikota Bandung, Menejer Persib dan undangan lainnya. Seperti tampak hadir yang duduk di barisan kursi bagian depan datang dari Bangladesh, Kamboja dan Thailand sambil memegang bendera kecil negaranya masing-masing.




Angklung adalah musik tradisional terbuat dari bambu. Asal alat musik ini datang dan banyak dimainkan masyarakat Jawa Barat. Sejak dulu masyarakat sudah mengenal angklung, tidak saja di Jawa Barat tapi bangsa Indonesia sudah tau alat musik tradisional ini. Memainkannya sangat mudah meski baru pertama kali memegangnya. Cukup dipegang pada posisi yang benar dan digoyang bergetar, maka angklung mengeluarkan nada tertentu.

Sebelumnya, sudah ada pemecahan rekor Guinness seperti di New York, Australia dan di Jakarta. Namun jumlah pemainnya hanya beberapa ribu saja.

Acara sempat molor dari jadwal karena Juri MURI dan Guinness World Records harus tau pasti jumlah peserta. Kalau sudah masuk stadion, tidak boleh ada satu peserta pun yang keluar stadion sebelum pencatatan rekor selesai. Apabila panitia tau seperti itu, maka resikonya bisa didiskualifikasi. Panitia diberi kesempatan oleh Juri untuk mengatur dan menghitung ulang jumlah pesertanya yang memainkan angklung. Tidak tanggung-tanggung, Walikota pun turun tangan memandu dan terus memberi semangat di tengah-tengah teriknya panas matahari. Tujuannya hanya satu, lancar dan sukses menoreh rekor baru.

Hampir tengah hari, acara baru dimulai. Diawali dengan sesi latihan membawakan beberapa lagu yang dipandu oleh Pakar Angklung, Udjo Ngalagena. Beliau sebagai dirijen memandu yang tampak dari dua layar lebar di kiri dan kanan panggung. Kemudian latihan memainkan lagu yang sesungguhnya 'We are the world'. Sesi latihan semuanya berjalan lancar.

Kini saatnya mempersembahkan acara inti yang bertajuk Angklung World of The Records 2015. Alhamdulillah sukses dan sudah tercatat sebagai Rekor MURI, sedanhkan dari Guinness World Records masih harus menunggu keputusan rapat team Records di Inggeris. Semoga dalam waktu dekat kita semua akan menerima kabar baik dari Inggeris.


JUMATAN  BERSAMA  DELEGASI  KAA

Pagi sekitar pukul 09.30 kami sudah hadir di Masjid Raya Bandung, Jl. Dalem Kaum. Akses jalan yang dibuka hanya terbatas pada Jl. Dalem Kaum dan Jl. Dewi Sartika. Yang boleh masuk hanya mereka yang bertujuan Shalat Jum'at di Masjid Raya dan harus melalui beberapa pemeriksaan aparat keamanan.

Penjagaan yang super ketat pada semua lokasi bertujuan hanya untuk mengamankan tamu negara dan para pimpinan negara RI. Beberapa pemeriksaan pada setiap individu dan barang bawaannya. Puluhan petugas keamanan dilengkapi dengan senjata laras panjang, panser, anjing pelacak dan metal detektor. Jamaah yang hendak masuk masjid harus melepaskan tas, jaket atau benda yang dianggap berpotensi membahayakan, semua harus melewati gerbang metal detektor.

Di dalam masjid telah dikapling dan dipagar betis oleh Pasukan Pengamanan Presiden 'Paspampres' yang berseragam baju koko putih dan bersongkok hitam. Sedangkan petugas pengaman yang berada di luar mengenakan kemeja batik dan bersongkok hitam. Praktis, hanya Paspampres dan panitia saja yang leluasa bergerak di area ini.



Sekitar pukul 11.10 WIB, pejabat negara yang pertama hadir adalah Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Beliau datang lebih awal karena beliau akan bertindak sebagai Khatib Shalat Jum'at. Setelah itu beberapa saat kemudian mulai berdatangan jamaah lainnya seperti Perdana Menteri Malaysia, Ketua KPU, Ketua BAPPENAS, Panglima TNI, KASAU, KAPOLRI, Menteri POLHUKAM, Menteri PAN/RB, MENAKER, MENPORA, Hidayat Nur Wahid, Presiden RI Jokowi dan Wapres RI Jusuf Kalla.

Waktu Shalat Jum'at sudah tiba dan adzan pun telah dikumandangkan. Saatnya Khatib naik mimbar berkhutbah dalam tiga bahasa : Indonesia, Inggeris dan Arab. Inti khutbah adalah sejak KAA 1955 hampir semua negara di Asia Afrika telah menghirup udara kemerdekaan, kecuali Palestina. Oleh karena itu khatib mengajak negara-negara Asia Afrika terus mendorong memerdekakan Palestina dan tidak putus-putus berdoa kepada Allah SWT. agar hal tersebut bisa terwujud. Usai Jumatan, para jamaah yang hadir berkesempatan menyalami para delegasi dan pejabat negara RI di bawah penjagaan yang ketat. Kami pun larut melakukan hal yang sama, menyalami beliau-beliau satu persatu.

Itulah sekelumit cerita perjalananku ke Bandung sambil menyaksikan event internasional KAA Ke-60. Semoga kita bisa bertemu sepuluh tahun mendatang pada 2025. In shaa Allah, amin 3X YRA.







Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN 
email  : alsatopass@gmail.com 






No comments: