Bukan Jawa Timur namanya kalau
tidak menyimpan segudang potensi wisata dan kuliner yang menggiurkan.
Jangan gara-gara alasan sibuk tidak
punya waktu, banyak orang melewatkan begitu saja waktunya. Tidak sempat
menikmati segala panorama indah meski berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Anda sudah tau apa itu Bukit Jamur
dan di mana lokasinya ? Penasaran ingin mengetahuinya, ayo kita telusuri
keberadaannya.
LOKASI BUKIT JAMUR
Bukit Jamur lokasinya ada di Desa
Bungah Kabupaten Gresik – Jawa Timur. Kalau dari Malang ke lokasi ini jaraknya
kurang lebih 125 Km, melalui tol dan pantura. Kalau dari Surabaya tentu lebih
dekat lagi, kira-kira hanya 25 Km saja.
Lebih tepatnya lagi, dari Gresik
lewat pantura, setelah menyebrangi jembatan yang cukup panjang di atas sungai besar
dekat Sembayat. Dari situ ada pertigaan antara jalan raya dari Gresik – Bungah Dukun
– ke Paciran. Sampai di sini ada dua pilihan, ingin belok kiri ke Bungah Dukun
(masuk dari Proyek Perumahan Pondok Bungah Indah) atau pilihan kedua, lurus saja
dan berhenti di muka Tiga Putra Sport Center.
Kebetulan aku anak bangsa yang
tinggal di Malang, jadi ke Bukit Jamur hanya memerlukan waktu 3 jam saja. Naik
bus dari Terminal Arjosari (Malang) ke Terminal Bus Purabaya Bungurasih
(Surabaya), perlu waktu 2 jam an, ongkosnya 15K. Setelah itu ambil bus dalam
kota Damri P8 AC jurusan Terminal Osowilangun, 35 menit, ongkosnya 7K. Dan yang
terakhir ambil minibus sejenis Elf/Colt yang sudah nggak mulus lagi bentuknya, 40
menit, 12K. Jadi dari Malang ke Bukit Jamur perlu ongkos angkutan umum 34K dan waktunya
3 jam lebih ditambah lama ngetemnya.
Dari dua jalan masuk menuju Bukit
Jamur, keduanya tidak ada kendaraan umum. Pilihannya hanya jalan kaki, pakai sepeda
motor atau mobil. Sebetulnya obyek ini berada di dalam proyek perumahan yang
masih diratakan lahannya. Jalan aksesnya semua berbatu kapur. Di musim kemarau
ini, tentu berdebu dan panasnya luar biasa menyengat.
Masuk dari kedua jalan raya Bungah Dukun atau Jalan arah Paciran Lamongan, jaraknya relatif sama, yakni 1 Kilometer. Karena lokasinya berada di dalam proyek perumahan, Bukit Jamur hanya dibuka untuk umum pada hari minggu saja. Kalau hari biasa tidak boleh untuk umum, kecuali diijinkan masuk oleh petugas proyek.
Masuk dari kedua jalan raya Bungah Dukun atau Jalan arah Paciran Lamongan, jaraknya relatif sama, yakni 1 Kilometer. Karena lokasinya berada di dalam proyek perumahan, Bukit Jamur hanya dibuka untuk umum pada hari minggu saja. Kalau hari biasa tidak boleh untuk umum, kecuali diijinkan masuk oleh petugas proyek.
Karena aku pakai Elf dari
Osowilangun ke Sembayat lewat Bungah Dukun, jadi aku turun di mulut jalan masuk
proyek perumahan. Dari situ jalan kaki di tengah terik panas matahari dan jalan
berdebu. Untung saja aku bertanya pada bapak tua yang sedang melintas di situ.
Dia bilang, “Ke Bukit Jamur jangan memutar jalannya, memotong jalan aja lewat
sini tidak jauh”. Benar saja, aku ikuti sarannya ternyata memang lebih dekat.
Harusnya aku bayar tiket masuk 3K. Namun aku bukan lewat jalan yang biasanya dilewati pengunjung, jadi gratis.
ASAL USUL BUKIT JAMUR
Bentuknya yang
unik mirip jamur raksasa. Kalau aku amati, itu bekas galian batu kapur yang
tidak dihabisi semuanya. Memang di sebagian besar daerah Gresik banyak batu
kapur dan pantas saja Semen Gresik sejak lama berdiri di situ.
Karena galiannya
tidak dihabisi, muncul gundukan menyerupai bukit-bukit mini. Mengapa bisa
berbentuk seperti jamur ? Bagian atas gundukan permukaannya lebih keras
dibandingkan lapisan di bawahnya. Kedua lapisan tersebut bertahun-tahun kena
terpaan hujan dan angin di tempat terbuka itu. Dan yang kalah hanya lapisan
bawahnya saja, sedangkan lapisan atasnya tetap seperti itu. Maka jadilah
lukisan alam yang ada sekarang ini, BUKIT JAMUR.
Aku tidak bisa bercerita banyak di sini. Tapi, silakan datang sendiri nikmati keindahan dan keunikannya. Buktikan, di sini seperti bukan berada di Gresik. Serius ...
Kalau mau ke sini, aku sarankan di bawah pukul 8 pagi atau menjelang senja sore hari. Itu semua semata-mata untuk menghindari panasnya terik matahari. Di lokasi ini sama sekali tidak ada tempat berlindung. Untuk wanita ada baiknya bawa payung.
Pengunjungnya tidak
begitu banyak. Sekali datang sekitar lima orang saja tapi datang dan pergi. Aku
angkat topi pada penjaga sepeda motor di area tersebut. Mas Supri, tidak mau
menarik jasa parkir di situ, meski dia menjaga motor-motor pengunjung dan
menutupinya dengan bekas banner agar sepeda motor tidak kepanasan. Katanya, “Saya
tidak mau minta Pak, tapi kalau diberi saya akan terima.”
email : alsatopass@gmail.com
Untuk lebih
mengenalnya, aku memakai jasanya buat mengantarkanku sampai jalan raya. Mas
Supri, sehari-hari sebagai penjaga proyek dan menyambi menjaga motor-motor
pengunjung di hari libur. Aku selipkan 15K padanya, kami pun sama-sama
mengucapkan terima kasih.
Karena obyeknya
hanya Bukit Jamur, aku cepat kembali ke Malang. Ambil angkot berwarna biru
sampai Pasar Tradisional Gresik 6K dan sambung angkot abu-abu jurusan Gresik –
Pasar Turi, turun di Terminal Osowilangun 6K. Kemudian seperti ketika berangkat
pakai Bus Damri P8 AC sampai ke Terminal Bungurasih 7K, lalu ke Malang pakai
bus ekonomi AC 15K. Akhirnya kutiba di rumah menjelang Maghrib.
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
No comments:
Post a Comment