Negara imut ini terdiri dari
kumpulan pulau karang di Samudra Hindia. Letak geografisnya jauh di bawah
India, lantas jauh di bawah Sri Lanka. Negara itu bernama Maldives (Baca :
moldifs).
Maladewa adalah sebutan lain dari
Maldives dengan ibukota Male (Baca : mali). Populasinya cuma 400 ribu orang
yang mayoritas Muslim. Para perempuannya berhijab, masjidnya banyak, ada
larangan berpakaian minim di tempat umum, ada larangan konsumsi miras di
sembarang tempat. Lantas pada setiap Jumat, aktivitas publik-nya sangat
terbatas. Boleh dikatakan banyak yang libur untuk menghormati hari besar
tersebut.
Perawakan dan wajah warga Maldives
mirip dengan India atau Srilanka. Kulitnya berwarna gelap baik perempuan atau
pun lelakinya.
Maldives berhasil menyabet gelar
World's Leading Beach Destination 2015 & 2016 dalam ajang World Travel
Award. Bisa dibilang negara yang besarnya hanya separuh luas Jakarta ini mampu
menyajikan wisata kelas dunia. Wisatawan mancanegara terus berdatangan ke sini
karena ingin menikmati pemandangan laut terbaik di dunia. Lautnya berwarna
hijau kebiruan, pasir pantai yang putih bersih plus biotanya yang nyaris
sempurna.
Rufiyaa (bukan Rupiah) atau MVR
sebagai mata uangnya. 1 MVR setara 850 Rupiah. Satu Dolar Amerika dapat 15
Rufiyaa. Hoho... Meski negaranya kecil tapi kurs nya jauh lebih besar dibanding
Rupiah. Soal listrik sama dengan Indonesia, pakai 220 V/50 hz. Jadi colokannya
juga sama.
Bahasa resmi yang digunakan adalah
Dhivehi. Bahasanya mirip-mirip dengan Bahasa Sri Lanka, Sinhala. Pelayanan umum
untuk turis pakai Bahasa Inggris. Sedangkan penduduk lokalnya juga mampu
berbahasa Inggris secara terbatas.
Mengunjungi negeri atol (kumpulan
pulau karang) yang satu ini, menjadi pelengkap jelajahan kami ke beberapa
negara di Asia Selatan sebelumnya. India, Sri Lanka, Bangladesh dan Nepal.
Yuk nikmati ciptaan Allah di negeri
ini, walau katanya semua serba mahal. Ga pa pa dicoba aja ... Don't think about
that. Lets go !
WOW ! PESAWATKU MENDARAT DI
LAUT
Kami bersama istri tercinta (05/03)
menumpang maskapai budget dari Surabaya - Kualalumpur - Male pada hari yang
sama. Kenapa pilih Maldives ? Karena penasaran aja dan mungkin ini destinasi
yang cocok sebagai hadiah pada istri yang ultah 'milad' beberapa hari lalu.
Walaupun sudah disiapkan berangkat,
tapi dengan berat hati harus meninggalkan cucu lucuku yang usianya belum cukup dua
bulan.
Tiket kami bukan flight thru
(penerbangan lanjutan). Di KLIA2, yakni Bandara Kualalumpur masih perlu masuk
ke lmigrasi. Meski dari waktu ketibaan masih ada waktu 4 jam untuk lanjut ke
Male. Andai bisa web check-in, sangat memungkinkan langsung ambil jalur transit
menuju gate ke Maldives tanpa harus masuk imigrasi.
Itu semua adalah rencana.
Kenyataannya, pesawat kami dari Surabaya telat berangkat satu jam. Lantas,
ketika terbang sekitar 40 menit pesawat mengalami gangguan teknis. Dan
diputuskan pesawat harus kembali ke Surabaya. Beruntung kami sudah menikmati
makan ketika terbang. Dan dapat makan lagi dengan pesawat berikutnya.
Andai pesawat dari Surabayanya on
time, penerbangan lanjutan kami dari Kualalumpur ke Male sangat bisa aku ikuti.
Karena tiketku bukan flight thru dan
kuatir tiketku bakal hangus. Maka aku cukup lapor pada petugas ticketing.
Alhamdulillah, segalanya jadi beres. Berangkat ke KL dilayani dengan pesawat
berikutnya. Dan tiket KL - Male dibuatkan untuk besok pagi sesuai permintaanku.
Kami puas dengan pelayanan maskapai Si Merah dari negeri jiran ini.
Tapi sayang, bookingan hotel di
Maldives di-charge meski aku sudah email agar tidak di charge, batal menginap
karena gangguan pesawat. Over all, rencana perjalanan masih
on the track walau harus kehilangan menginap semalam di Hulhumale.
Kami mendarat di laut.
Oh bukan bukan begitu...
sepertinya pesawat kami bakal nyemplung ke laut. Karena bandaranya berada
di atas atol kecil yang dikelilingi laut.
Dari KLIA2 diperlukan 4 jam untuk
mencapai Ibrahim Nasir International Airport (INIA atau Velana Nasir
Internasional Airport) di atas Pulau Hulhule yang sangat kecil. Perbedaan waktu
dengan Indonesia Bagian Barat yakni 2 jam.
Menggembirakan sekali bagi pemegang
paspor Indonesia. Untuk masuk ke negeri ini tidak diperlukan visa. Masuk
keluarnya cukup bawa paspor yang akan distempel oleh petugas imigrasi.
Perlakuannya persis seperti masuk negara-negara ASEAN. Memang Maldives menerima
hampir semua negara tanpa visa.
Banyak artikel yang mengulas tentang
pemakaian uang di Maldives. Mereka bilang jangan banyak-banyak beli Rufiyaa.
Beli secukupnya aja. Siapkan Dollar nominal 100, 50 dan nominal yang lebih
kecil. Sebagai cadangan, perlu juga bawa kartu kredit.
BLUSUKAN DI MALDIVES
Untuk keluar dari Bandara, ke
mana-mana harus pakai publik ferry, speadboat atau seaplane (pengoperasian
terbesar di dunia). Pesawat yang bisa take off/landing di air ini dilakukan
oleh Maldivian Air Taxi dan Trans Maldivian Airways. Kalau pakai moda seperti
itu biayanya lumayan mahal. Yang paling murah jika pakai ferry umum, karena
yang satu ini adalah angkutan lokal bukan private atau charter.
Dari Bandara Ibrahim Nasir di atas
Pulau Hulhule kita dapat langsung ke pulau-pulau lainnya dengan speadboat atau
seaplane. Kalau ga mau langsung bisa singgah dulu di Kota Male dengan ferry
umum bertarip 10 MVR. Dengan speedboat taripnya 35 MVR. Rata-rata waktu
tempuhnya cuma 10 menit.
Saat ini Bandara Velana sedang
diperluas. Terminalnya sedang di-upgrade lebih baik. Begitu juga pembuatan
jembatan dari Pulau Hulhule ke Male. Kalau malam tiba, lampu Led berwarna merah
di sepanjang konstruksi jembatan, menyala. Tulisannya "China Maldives
Everlasting Friendship". Nantinya dari Bandara ke Male tidak lagi
tergantung ferry dan boat seperti sekarang ini.
Awalnya, kami memilih stay semalam
di Hulhumale, sebuah pulau buatan yang mungil. Pulau buatan ini dihubungkan
oleh jembatan panjang dengan Pulau Hulhule (Nasir Airport).
Menuju ke sana cukup naik bus yang
terparkir di sebelah kiri pintu EXIT. Dari bandara ke Hulhumale ongkosnya 1.3
USD (20 MVR).
Menginap di situ, aku dapat rate di
bawah sejuta rupiah, melalui booking dot com. Penginapan di Maldives bervariasi
mahal, mulai dari yang budget sampai hotel kelas atas. Tarip sejutaan hingga di
atas sepuluh juta rupiah.
Tapi semuanya jadi batal karena
gangguan teknis pesawat ketika ke KL.
Pesawat tiba di Male pukul 10.40
pagi. Turun dari pesawat ke terminal cukup jalan kaki. Terminalnya kecil dan
jadul. Untuk terminal keberangkatan jauh lebih baik daripada terminal
kedatangan. Duty Free Shop-nya cukup lengkap. Tapi pesawat-pesawat berbadan
lebar banyak yang singgah kemari.
Yang harus kulakukan pertama kali
ketika menjejakkan kaki di bumi Maldives adalah ke toilet dan tukar duit. Aku
bertemu seorang gadis 'Mbak Haninah' bersama ibunya asal Pandaan. Ternyata kami bukan satu-satunya traveler asal Indonesia yang datang
kemari. Rupanya mereka berdua sejak dulu mempunyai passion yang sama yaitu
traveling. Teman dadakan ini akhirnya sepakat urunan taksi dari MTCC ke
Villingili Ferry Terminal. Ongkos taksinya 40 MVR dibagi empat jadi
masing-masing bayar 10 MVR
Selanjutnya dengan ferry lokal, kami
bertolak menuju Maafushi Island dari Villingili Ferry Terminal di Kota Male.
Tiketnya 2 USD atau 22 MVR (Maafushi - Male, tiketnya 30 MVR). Perjalanan
ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Rutenya dari Male-Gulhi-Maafushi-Guraidhoo.
Tiketnya jauh dekat sama aja.
Jangan takut bakal salah turun dari
ferry. Sebab petugas ferry akan membentangkan tulisan seukuran kertas folio
sambil berteriak, "Gulhi..... Maafushi......" Atau pulau lainnya.
Di Maafushi kami stay di Hotel Water
Breeze dan Maafushi Village yang kami pesan lewat booking dot com. Lumayan stay
disini sudah include sarapan dan diberi kebebasan untuk minum teh atau kopi
sesukanya.
Wisata ke Maldives cukup 4 atau 5
hari saja. Kecuali memang sengaja ingin berlama-lama di sana. Dan ingat jangan
ke sini pas akhir tahun. Itu waktunya peak season. Semua hotel dan penginapan
berlomba-lomba menaikkan harga.
R E S O R T S
Ya, inilah tempat yang menjadi
masalah bagi para backpacker yang sengaja ato tidak sengaja hanya memiliki
budget terbatas.
Kalau mau stay di resort mewah pasti
mahal. Sebab biasanya pelayanannya all in (makan sehari 3 kali, view yang
istimewa, fasilitas tour laut (ekskursi) dan biaya transfer private boat atau seaplane).
Meski begitu, ada yang mahal batas
bawah, menengah dan yang mahal batas atas. Selain stay di resort mewah bisa
juga stay di hotel-hotel biasa. Untuk tour laut (ekskursi) dan lain-lain bisa lepas cari
sendiri. Tapi hidup di Maldives memang tergolong mahal. Oleh sebab itu khusus
untuk backpackers harus bisa menyiasati agar setiap komponen diusahakan sendiri
supaya lebih murah.
M A A F U S H I
Pulau ini adalah terfavorit di
antara sekian banyak pulau di Maldives. Untuk mengeksplornya tidak bisa
sembarangan berpakaian minim. Di wilayah ini tersedia 'bikini area' untuk para
turis yang sengaja ingin berjemur, snorkeling, berenang atau jalan-jalan dengan
pakaian seadanya.
Puluhan hotel dengan berbagai kelas
tersedia di sini. Mereka menyediakan bermacam paket eksplor lautan, seperti
diving, snorkeling, fishing, lihat dolphin, lihat penangkaran penyu, lihat hiu, sewa kayak atau ke resort. Agak sulit membedakan
mana rumah biasa dan yang mana hotel. Sebab semuanya tampak menjadi satu.
Santai-santai di pinggiran Pantai
Maafushi pada sore hari sangat mengasyikan. Sambil menunggu sunset, aku
berenang di bikini zone bareng para bule. Tidak lupa bekerja sama dengan istri
untuk mengabadikan setiap momen yang indah.
Bila malam tiba, suasana tambah
ramai karena resto dan café pinggir pantai berlomba-lomba menyajikan
andalannya. Lampu warna-warni berkelap kelip menambah suasana sekitar pantai
lebih hidup.
MALE PADA SAAT KEADAAN DARURAT
Kami tidak lupa menjelajahi Kota
Male. Meski kecil, tapi menyimpan beberapa spot yang patut dikunjungi, seperti Museum Nasional, Golden Friday Mosque, Monumen Tsunami, Perkampungan Penduduk dan Pasar Ikan. Cukup menyusuri sepanjang bibir pantai sebelah timur, maka akan
dapat semuanya.
Kota Male yang mungil dapat
dijelajahi dengan berjalan kaki. Kalau mau pake taksi taripnya flat untuk ke
segala arah, yakni 30 Rufiyaa. Kalau ada bagasi tambah 5 MVR.
Lalu lintasnya rada semrawut. Orang menyebrang sembarangan, pengendara sepeda motor semua tanpa helm. Dan kendaraan
roda empat stirnya sebelah kanan, sama seperti di tanah air.
Bepergian pada Hari Jumat di
Maldives rada terbatas. Di antaranya tidak beroperasinya angkutan publik di
laut. Tapi ada alternatif lain, bisa sewa speed boat yang taripnya jauh lebih
mahal.
Hari libur Jumat, semua kantor
pemerintahan tutup. Dan semua jenis perdagangan usaha menjelang sampai selesai
Jum'atan tutup. Di Hari Jum'at lalu lintas terasa lebih longgar.
Kota Male berada dalam sebuah pulau
kecil. Jalan rayanya kecil. Hampir semua sepeda motor diparkir berjejer di
jalanan yang memakan setengah lebar jalan. Tidak ada lagi ruang kosong yang
tersisa di Male. Seluruh bangunannya bertingkat untuk menghemat tanah yang
sangat terbatas.
Kalau lihat di internet, hotel dan
sejenisnya tergolong mahal. Karena semuanya dikuasai situs penginapan seperti
booking dot com, agoda atau hostelworld. Padahal di lapangan masih banyak yang
bertarip jauh lebih murah berupa guesthouse atau inn. Begitu juga untuk makan,
berdua bisa hanya 60 ribu. Dua piring nasi putih, dua lauk ikan dan kari ayam
plus air mineral. Pokoknya dijamin kenyang.
Gonjang ganjing politik negeri
Muslim ini kerap terjadi. Walaupun demikian, sektor pariwisatanya dijaga tetap
berjalan. Sebab, sektor wisata menjadi tumpuan utama masuknya devisa negeri
ini.
Kunjungan kami ke Maladewa kala itu,
negara sedang dalam keadaan darurat. Para demonstran banyak yang ditangkapi
aparat keamanan.
Salah satu isunya adalah hutang
negara yang mencekik pada Tiongkok. Karena kesulitan melunasi hutang-hutangnya,
maka sangat berisiko negeri ini diambil alih oleh Tiongkok. Hik hik hik. Pada
saat yang sama, Tiongkok unjuk kekuatan di laut Hindia dengan mengerahkan
beberapa armada perangnya. India pun kuatir atas realita ini. Dan siap
mengimbangi China untuk membantu oposisi Maladewa.
Ini sebagai pembelajaran bagi kita
semua, negara jangan hobi berhutang. Akibatnya di kemudian hari kalau nggak
bisa bayar bakal menyusahkan hidup anak cucu kita.
Pas di Male, kami stay di sebuah
apartement yang kupesan online lewat AirBnB (apartemennya 300 meter dari counter ticket Male -
Airport). Kalau tinggal di sini bisa rada bebas untuk memasak, mencuci dll.
Pemilik apartment berada pada lantai yang sama dengan kami.
Hussain sangat ramah melayani
tamunya. Apapun keperluan kami, dia siap membantu dengan senang hati.
Berakhir sudah penjelajahanku di
Maladewa yang lebih populer disebut Maldives ini selama 6 hari.
Kusarankan sebelum ke Maldives
usahakan eksplor Karimun Jawa, Sabang atau Bintan dulu. Sebab Karimun Jawa dll
tidak kalah spektakulernya dengan Maldives. Karimun Jawa yang kecamatan aja
sudah begitu tertata dibanding Maldives yang sebuah negara.
Kalau ga mau repot, dari rumah cukup
bawa sandal jepit. Sebab benda yang satu ini termasuk salah satu benda yang
paling bermanfaat ketika berada di Maldives.
Tempat tinggal yang cukup murah dan memadai untuk backpackers di Maldives,
Male (Hussein) : WA
+9609992661
Maafushi (Usman) : WA
+9609808088
Jangan lupa bawa drone. Traveling
anda akan lebih berarti.
Menjelang kembali ke tanah
air, perlu 'Semalam di Malaysia' untuk melepas rindu kulinerannya. Dan
menyisipkan beberapa oleh-oleh buat keluarga di rumah.
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
No comments:
Post a Comment