Tapi
terbangnya masih 12 jam lagi. Daripada nunggu lama di airport,kuputuskan untuk
istirahat di George Town.
Dari airport ke George Town setidaknya perlu waktu 1 jam an. Bus Rapid No 401 membawaku meluncur ke George Town, untuk stay 6 jam di hotel kenalanku, 'numpang' tidur dan mandi. Untuk itu aku cuma merogoh kocek 20 ringgit. Murah, lumayan bisa istirahat di situ. Badan jadi bugar untuk terbang ke Phuket malam nanti.
Tiga
jam sebelum terbang, aku segera tinggalkan hotel menuju Bandara International
Penang. Akhirnya dalam 1 jam 5 menit pesawatku sudah menapakkan rodanya di
International Airport Phuket Thailand.
Penumpang di pesawat bule semua, kecuali aku satu-satunya penumpang yang berambut hitam keputihan
karena faktor usia dan sudah mulai renta. Urusan di Bandara semuanya lancar.
Petugas Imigrasi dan yang lainnya welcome semua.
KEINDAHAN PANTAI PA TONG
Saatnya
menuju Pa tong, kota yang kesohor karena keindahan pantainya. Meski
sudah malam, masih ada dua konter di Bandara Phuket penyedia transportasi ke berbagai arah. Aku
pilih van minibus yang muat 12 orang. Keluar dari pintu 5 sudah banyak van yang
siap berangkat. Per orang ongkosnya 180 Bath atau sekitar 80 ribu. Sebelum
keluar bandara, aku sempatkan top up paket internet kartu dtac yang diberi sobatku ketika
bertemu di Penang. Aku top up paket untuk 10 hari harganya 300 Bath.
Kalau
sama sekali belum punya kartu dtac, bisa beli di konter bandara. Beli kartu
khusus untuk turis (Happy Tourist Sim). Unlimited internet dan paket bicara
yang ditawarkan bermacam-macam ada 7, 10, 15 atau 30 hari. Yang termurah 299
Bath untuk 7 hari.
Kehidupan
malam di Pa tong mirip Kuta, Pattaya atau Khao san road. Ramai dan gemerlap.
Bar, restoran, panti pijat, pejalan kaki dan penyedia jasa lainnya menyatu
dalam denyut Pa tong. Begitulah kehidupan Pa tong merupakan paduan dunia
hiburan dan keindahan alam yang dikemas untuk dijual.
Selama
di Pa tong aku tinggal di Bearpacker Hostel dekat kantor imigrasi. Kalau naik
angkutan umum para sopir sudah tau semua. Hostelnya rekomendit, super bersih,
ekonomis, modern, smart door, ada lift dan fasilitasnya lengkap termasuk
menjual paket tour. Ke pantai sangat dekat.
Kalau
mau leha-leha bisa singgah di lantai paling atas. Di situ ada kolam renang,
cafe atau sekedar untuk merokok juga bisa. Tutup mata rapat-rapat ya kalau ke
pool site di siang hari. Wkwkwk
Sebagai
indikasi kalau sebuah kota itu banyak digandrungi turis mancanegara, tandanya
adalah ramai, banyak sekali ATM, Money Exchange, bar, banyak biro travel
dan turis dimanjakan dengan berbagai fasilitas.
Di
Thailand rata-rata jalannya lebar mulus, terang di malam hari, banyak van
sebagai angkutan yang nyaman untuk
turis. Tamu selalu dimudahkan. Masyarakatnya total menggarap parawisata di
seantero negeri. Pantas saja jumlah kunjungan turis selalu di urutan teratas.
Untuk
makan yang halal aku harus jalan kaki lebih dari dua kilometer setiap hari. Resto
halal banyak di sekitar Masjid Nurul Islam. Ada manfaat yang aku dapat setiap
hari di Pa tong, bisa makan yang halal, bisa berolah raga jalan kaki dan bisa
shalat berjamaah di masjid itu. Ada sih yang jual makanan kecil bertanda halal
di dekat hostel, tapi aku kurang mantap membelinya.
Transportasi
di Phuket itu susah-susah gampang. Kalau nggak tau caranya, pasti kena yang
mahal. Ojek dibilang taxi motor, angkot dibilang taxi mobil. Ongkosnya tawar
menawar.
Jasa
pijat (massage) sudah ditawarkan sejak petang. Puluhan tempat pijat tersebar di
mana-mana. Para wanita dengan genitnya menawarkan jasanya pada pejalan kaki
yang lewat. Semuanya wanita, ada yang biasa dan ada yang berpakaian seksi.
Itulah denyut Pa tong yang nggak pernah mati. Termasuk pantainya yang selalu
ramai dipadati turis mancanegara.
Ternyata
bukan menjelang malam saja massage ditawarkan. Di awal pagi pun mereka sudah
rapi dan bersolek seronoh menawarkan jasanya. Ya, seperti orang masuk kerja
saja. Kalau mata tidak kuat melihat, nunduk aja lebih aman. Sebab di sini mau
lihat wanita yang berbusana lengkap atau yang berbusana 'kehabisan bahan' ada
di mana-mana.
Umumnya kita,
kalau pagi biasa nya minum kopi atau teh. Tapi di Pa tong pagi-pagi sudah banyak yang nongkrong
bareng minum bir. Mau perempuan atau lelaki sama saja minum bareng.
Paling
pas kalau bisa bangun pagi ketika jalanan di Pa tong masih sepi. Aku sempatkan jogging di
sepanjang pantai yang pasirnya berwarna putih. Lantas cari tukang kopi dorong di sekitar situ,
menyeruputnya sambil lihat suasana di sekitar Pantai.
PHUKET CITY
Hari
ini bakal ke Phuket Town. Cukup naik bus yang menyerupai truk dan dilengkapi
tempat duduk panjang di kanan kirinya. Nyetopnya di depan kantor polisi Pa tong
Beach. Ongkosnya 30 Bath. Turun terakhir di downtown dekat pasar buah dan
sayur.
Hanya
sedikit berjalan kaki aku dapat hotel Downtown Inn. Dan stay di situ selama dua
malam. Untuk dua hari aku minta diskon. Alhamdulillah per malamnya diberi
diskon 50 Bath. Kamarnya besar, ada TV, kamar mandi, wifi dan dekat dengan
pasar. Lantas aku segera ngucek-ngucek pakaian yang kotor agar bisa dipakai
lagi.
Pas
lihat perutku di beberapa foto kok kelihatan buncit. Wah berarti harus
dibenerin nih pola travelingnya. Alhamdulillah selama di Phuket aku paksakan
berjalan kaki setiap kali makan di resto halal yang jaraknya empat kilometer pp.
Habis makan langsung shalat di sekitar situ. Alhamdulillah sekarang difoto
sudah slim lagi. Berhasil ....
Hari
ini istimewa banget, semua urusan dimudahkan Allah SWT. Yang pertama dapat bus
ke Phuket city dengan bus biasa bukan taxi. Lalu begitu turun bus langsung
dapat hotel murah plus diskon, yang ketiga pas nanya dimana masjid terdekat
malah diantar ibu-ibu pake sepeda motor dan yang terakhir dapat makan dengan
harga yang termurah selama di Phuket. Ya bagiku itu sesuatu. Terima kasih Ya
Allah.
Hanya
jalan kaki 50 meteran disebelah Downtown Inn sudah ketemu Old Town of Phuket.
Bangunan masa lalu dan Museum ada di sini. Malamnya digelar pasar malam yang
kontennya entertainment, aneka macam kuliner dan souvenir khas Phuket. Pasar
malam ini digelar pada Phuket Walking Street. Biasanya ada pada malam minggu
dan senin. Sungguh menarik, ramai, heboh dan mendidik.
Menurutku,
Downtown Inn adalah pilihan yang tepat. Di depan pintu hotel adalah pasar pusat
buah dan sayuran (Downtown Fresh Market). Bayangkan saja ketika keluar hotel
sudah disajikan puluhan durian yang segede gaban. Nanas, semangka, mangga atau
pepaya ada semuanya di pasar ini. Menurut si penjual durian, per kilo dia jual 130
Bath atau sekitar 50 ribu.
Maksud
hati ingin kembali lagi ke resto Muslim di depan Masjid Jamek Phuket. Aku hanya
mengandalkan GPS. Ternyata malah kesasar jauh selama 1 jam. Bukannya tidak
sanggup berusaha ke sana, tapi aku nggak mau memaksakan diri. Akhirnya aku
nyerah dan memanggil ojek, dia minta 50 Bath. Aku oke kan tanpa kutawar sedikit
pun. Tarik Mang....
Pulangnya
aku diantar Si Abang pemilik resto tanpa bayar. Aku minta turun di Ibu penjahit
yang kemarin mengantarkanku ke masjid jamek dengan sepeda motornya. Dia kuberi
hadiah jilbab titipan istriku melalui tangan suaminya. Jazakallah Abang dan
Ibu.
Dari
Downtown ke Old Bus Terminal (Terminal 1), jaraknya cukup jauh satu kiloan.
Namanya juga terminal lama, tempatnya sepi. Ada beberapa hotel di sekitar situ.
Namun demikian terminal itu masih difungsikan. Ke Surathani, Hadyai atau Krabi
naiknya dari sini. Termasuk Bus Airport yang berwarna orange berangkatnya juga
dari sini. Bus Airport terjadwal tapi tidak 24 jam. Taripnya 100 Bath. Van atau
minibus dan taxi tersedia juga di terminal ini, masing-masing taripnya 180 dan
500 Bath. Monggo dipilih...
Menyantap
makanan sehari-hari bisa berganti-ganti menunya tergantung selera. Tapi nasi
yang utama, bisa ditambah ikan, daging atau sayur. Hampir sama dengan di tanah
air, cuma nama dan taste nya yang berbeda. Sekali makan plus minum olahan, es
teh ataubes kopi ditarip antara 50-100 Bath.
Makan
menu apa pun akan dikasih lalapan ketimun, irisan kacang panjang plus sambal.
Dan otomatis diberi segelas es batu. Nanti tinggal kita tuangkan air putih dari
ceret yang diberikan secara gratis.
OJEK DRIVER |
Hari
ini adalah hari terakhirku di Phuket. Sebelum pukul 12 siang aku sudah
siap-siap menuju Phuket Old Terminal (Bus Terminal 1).
Namanya
Bang Karim, Tukang Ojek di Phuket. Dia mengantarkanku ke sana.
Aku
minta Saam sip Bath (30 Bath) tapi dia minta 40 Bath dan aku oke kan.
Setelah
dia tanya dari mana asalnya ? Kujawab dari Indonesia. "Oke 30 Bath aja...
Kita bersaudara," katanya.
Sampai
di terminal kami sama-sama ucapkan terima kasih dan dia mendoakanku. Lantas
kuberikan dia 3 buah pisang yang manis sebagai shadaqah hari ini. Dia pun tersenyum
bahagia.
TERBANG KE BANGKOK
TERBANG KE BANGKOK
Hanya
bayar 100 Bath Bus Airport meluncur mengantar kami menuju Phuket Airport. Aku
berhenti Terminal Domestik sebab mau terbang ke Don Mueang Bangkok pada petang
hari.
Pas
scan tas ku di airport, aku curiga kok petugasnya pada senyum-senyum dan sambil
bicara dengan temannya. Mungkin dia lihat ada pisang di dalam tas ku.
KETEMU SAHABAT |
Dia
bilang, "Kalau pas di Thailand
Selatan ada kesulitan apa-apa silakan hubungi saya." Terima kasih son.
Tiba
di Don Mueang Airport sedikit telat. Langsung aku menuju Stasiun Kereta Api di
seberang bandara lewat jembatan penghubung. Pas sampe loket untuk beli tiket,
keretanya datang. Iya betul, itu kereta yang ke Stasiun Hua Lamphong Bangkok.
Nggak pake ba bi bu, aku setengah lari menuju kereta. Seketika itu pun kereta
meluncur. Enaknya gitu di Thailand, beli tiket bisa langsung naik. Kalau lagi
kepepet banget, naik aja lalu bayar resmi di atas. Sebab kondekturnya pegang
tiket juga khusus untuk emergency seperti itu.
Ke
Bangkok tiketnya cuma 20 Bath atau 9 ribu rupiah. Ditempuh dalam satu jam saja.
Untuk hotelnya, tinggal nyebrang lewat underground tunnel. Di situ banyak hotel
tinggal pilih. Istirahat dulu akh di hari ke-20. Zzzzz ....
LOP BURI
Ga ada target tertentu di Bangkok ini. Sebab aku sudah berkali-kali ke sini. Cuma santai-santai aja duduk di stasiun, cari makan atau nongkrong di lobby hotel. Tapi besoknya iseng-iseng main ke Lop buri pakai kereta dari Hua Lamphong. Jarak tempuh tiga jam dan tiketnya 50 Bath.
Di
Lopburi tujuannya hanya ke Monkey Temple dan beberapa temple yang ada di dalam
kota. Aku ke 'candi monyet', keluar stasiun cukup jalan kaki ke kanan. Tepat di
depan stasiun pun ada sebuah candi, lalu ke kanan sedikit ada candi lagi dan
akhirnya aku bertemu Monkey Temple.
TUK2 di HUA LAMPHONG |
Mereka
bergerombol hingga naik ke lampu lalu lintas, palang pintu kereta api atau
mengejar para pengunjung yang kelihatan bawa makanan. Tempat tinggal mereka ada
di dalam monkey temple. Para pengendara di jalan raya juga harus waspada, sebab
monyet-monyet berkeliaran sanpai ke tengah jalan. Ya begitulah.... namanya juga
binatang.
Di
Lop buri aku cuma mengelilingi kota, masuk ke dalam pasar tradisional sambil
membeli makanan dan minuman yang aman menurut aku. Ketika hampir waktunya
kembali ke Bangkok, aku berusaha tiada hari untuk mencari makanan yg halal.
Akhirnya
kutemukan kedai kecil berwarna jingga berada di seberang rel Stasiun Lop buri.
Arahnya melintasi rel - ke kiri 50 m - per3 an pertama ke kanan 30 m - per3an
pertama ke kiri 35 m, di situlah kedainya yang tersembunyi di dalam kampung.
Alhamdulillah
masjidnya juga dekat situ. Namanya Masjid Nurul Muslimin Lop buri Thailand.
Selepas aku shalat jama Dhuhur dan Ashar, aku bertemu dan berangkulan erat
dengan Muh. Rifiq, Imam Masjid asal Myanmar yang bermadzab Hanafi. Bercerita
singkat dan mengabarkan tentang kebaikan.
Kereta
menurut skedul sebentar lagi berangkat menuju Bangkok. Aku harus bergegas ke
stasiun yang tidak begitu jauh dari masjid. Sebab tiket pulang belum kubeli.
Hampir sama lamanya dengan waktu berangkat, aku merapat di Hua Lamphong sekitar
pukul 6 petang.
Seperti
di hari sebelumnya, pagi-pagi aku berjalan kaki menuju tempat sarapan yang jaraknya
200 meteran dari hotel. Kemudian menambah kekuatan Bath-ku dengan menukarkan
uang Rupiah di Currency Exchange Hua Lamphong Station. Rate
Kurs-nya mahal, 1.000 Bath aku tukar dengan 550 Ribu Rupiah. Kalau kemarin waktu di Medan, 1.000 Bath kutukar 480 Ribu Rupiah. Ga pa pa itu sudah biasa dan ga masalah hanya untuk jumlah yang sedikit.
Kurs-nya mahal, 1.000 Bath aku tukar dengan 550 Ribu Rupiah. Kalau kemarin waktu di Medan, 1.000 Bath kutukar 480 Ribu Rupiah. Ga pa pa itu sudah biasa dan ga masalah hanya untuk jumlah yang sedikit.
Hari
ini juga iseng, habis beli tiket kereta api ke Surat Thani, aku naik bus no 29 ke
MBK 'Mak Bong Krang'. Karena bus nya jadul ongkosnya juga murah, 6.5 Bath. MBK itu mall tempat
orang shoping, tempat ini juga dianggap salah satu syurga belanja bagi orang
Indonesia.
Aku
tergoda juga, berhubung budget sudah menipis tapi inget cucu. Mau ga mau tarik
tunai kartu kredit di ATM. Mesinnya bahasa Thai, coba-coba aja dan berhasil kutarik.
Lumayan bisa ngoleh-olehi cucu tercinta.
Saatnya
bernostalgia di tempat nongkrong Kota Bangkok, yang biasa orang selfie, yaitu
di interchange MBK, Siam Paragon dan Gedung Art Center. Di situ cuma sekedar melepas kangen dan belanja tipis-tipis untuk cucu dan istri tercinta. Lantas cari surganya makanan halal di Phechaburi Soi 7.
Aneka makanan ada di situ dan bisa sekalian shalat di Masjid Darul Aman. Aku
pilih tom yam daging ayam, minum jus strobery dan pentol baso bakar. Semuanya
itu nggak sampai 50 ribu tapi perut 'hampir meledak'
Pulangnya,
aku naik bus nomor 113 yang karcisnya 9 Bath lalu turun di Hua Lamphong. Dan
Zzzz istirahat tidur lagi.
12 JAM KE SURAT THANI
Awal pagi aku siapkan diri untuk ke Surat Thani dengan kereta api. Sarapan sudah, check out hotel sudah, titip barang di loker stasiun sudah, makan siang, makan buah dan minum es green sudah. Itu semua kulakukan pada langgananku setiap hari sekalian pamit meninggalkan Bangkok. Saatnya hanya menanti keberangkatan kereta pada pukul 15.45 WB 'Waktu Bangkok'.
Surat Thani diguyur hujan ketika kereta merapat di stasiun. Hari pun masih shubuh.
Kendaraan umum belum ada yang beroperasi untuk menuju ke berbagai jurusan. Yang
paling pas harus menunggu sejenak di Stasiun Surat Thani yang tidak begitu
besar.
Surat
Thani memiliki 3 terminal bus/angkutan umum. Talad Kaset 1 untuk dalam kota,
Talad Kaset 2 untuk luar kota dan terminal baru untuk bus jarak jauh seperti
Bangkok dll. Jarak antara Talad Kaset 1 dan 2 tidak jauh, hanya kurang dari 200
meteran.
Kemarin
browsing ringan-ringan dan dapat Hotel My Place. Di bawah hujan gerimis, kubuka
GPS, maka ketemulah My Place@ Surat Hotel yang rekomendit buat para traveler
(semua syarat-syaratnya masuk). Aku stay sebagai titik awal menuju Koh Samui
dan Krabi.
Menurut
informasi yang kudapat dari internet. Di Surat Thani banyak scam 'aksi
tipu-tipu' khususnya mark up harga/ongkos menuju Koh Samui. Sehingga kalau kita
tidak tahu bakal kena harga yang berlipat. Waspada waspadalah....
Hari
ini aku bangun agak siang setelah keretaku tiba di waktu shubuh. Untuk
memulihkan tubuh yang kecapean dan melek di kereta agar tidak kelewatan.
Lumayan bisa tidur sejenak sehabis mandi.
Mata
agak sembab sedikit karena habis bangun tidur. Aku mencari masjid terdekat
pakai GPS. Maksud hati bisa shalat dan sekalian cari makan di situ. Ternyata
karena hari ahad, kedai makanan tutup. Tapi alhamdulillah aku dibantu oleh
jamaah setempat yang bernama Ilyas untuk mengantarkan ke kedai halal yang lain.
Ilyas
kebetulan barusan istirahat kerja dan shalat di Masjid Central Surat Thani,
lalu bertemu denganku. Maunya sih dia ngantar ke mana-mana, namun kutolak
dengan halus karena sebentar lagi dia harus masuk kerja lagi. Terima kasih
Nak... engkau telah mengantar bapak, semua kebaikanmu dibalas Allah SWT.
Aamiin.
Sehabis
istirahat siang, sorenya aku ke night market yang mulai buka pukul 4.
Suasananya ramai sekali. Berbagai kuliner ada di sini, yang biasa atau yang
ekstrim. Sushi, seafood, tart hias yang cantik, kebab... pokoknya nggak bisa
kusebut satu persatu.
Aku
malah beli jagung rebus, green tea milk shake dan buah nanas. Lantas
penjelajahan aku lanjutkan ke pinggir Sungai Ta pee (Ta pi). Nongkrong atau jjs
di situ sangat cocok. Sebab sarana olah raganya tersedia, pemandangan sungainya
apik dan penjual jajanan juga ada di situ. Di pinggiran sungai ini tampak
beberapa kapal penumpang bersandar siap mengantar penumpang pada malam hari.
Jurusannya Surat Thani ke Koh Tao atau ke Koh Samui.
PENASARAN LIHAT KOH SAMUI
Setelah stay dua malam di Surat Thani, aku meninggalkan kota ini menuju Donsak (55 km) lalu pakai ferry menyebrang ke Koh Samui. Tiket gabungan (angkutan+ferry) ini kubeli di hotel seharga 270 Bath. Keberangkatan tiap satu jam.
Sebenarnya
bisa saja ambil yang lebih murah, dari Talad Kasei 1 pakai Songthew (50 Bath ga
tau berangkatnya kapan). Lalu beli tiket ferry di penyebrangan sekitar 75 Bath.
Tapi cara yang satu ini melelahkan dan membingungkan. Apalagi di ruas jalan
menuju Donsak ada beberapa pemeriksaan oleh aparat keamanan Thailand.
Lebih
baik beli tiket di hotel minivan + ferry, sebab kita akan bingung kalau beli
secara partial. Pelabuhannya beda-beda antara Donsak, Seatran ferry atau Raja.
Kalau beli paket dari hotel, kita akan terima 2 tiket. Yang pertama untuk
minivan dan yang kedua berupa kartu magnetik untuk masuk ke kapal ferry. Gampangnya
kalau pakai cara yang ini, kita cuma duduk manis tapi semuanya aman. Sebab
untuk tidak bingung itu ada harganya.
Tepat
pada waktunya Seatran mulai meninggalkan pelabuhan dan mengarungi lautan di
Teluk Siam selama 90 menit. Aku memilih duduk di dek atas agar bisa lebih
leluasa melihat pemandangan lautnya. Di setiap dek bisa memilih duduk terbuka
atau duduk di ruangan ber-AC.
Tiba
di Nathon pier, aku berjalan lurus ke luar sampai ketemu pertigaan. Kota Nathon
(Downtown) ada di kanan pertigaan. Di situ ada hotel budget, pasar malam, biro
travel dan persewaan sepeda motor. Sebagai transit untuk penyesuaian lebih baik
stay di sini dulu. Sebab semuanya lengkap ada di kota kecil ini. Selanjutnya
untuk mengeksplor Koh Samui, bisa besoknya atau sengaja ingin menginap di
sekitar Chaweng Beach, Bhoput atau Lamai Beach.
Esok
paginya aku ke Lamai pakai songthew (angkot). Naiknya dari ujung dermaga ke-3 atau yang
paling selatan. Ongkosnya 100 Bath. Ga perlu repot-reput, cukup kasih tau
alamatnya yang akan dituju. Maka sopir songthew akan mengantar kita sampai
ditujuan.
Aku
menginap di New Hut Bungalaw yang rumahnya berwarna warni. Bungalaw tersebut
tepat di depan Pantai Lamai. Artinya, buka pintu langsung injak pasir putih
yang menghampar. Harga per kamar untuk dua orang bervariasi antara 300 - 500
Bath. Itu tergantung pada toilet, AC atau fan sebagai pembedanya.
Alhamdulillah
di dekat penginapan ada kedai halal makanan khas Thailand. Rata-rata 1 porsinya
60 Bath plus nasi dan plus standar air es. Wifi nya juga kenceng banget.
Karena
menginap hanya semalam, aku manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Menjelang siang,
sore dan esok paginya jelajahi Pantai Lamai sambil sesekali berendam di situ.
Esoknya
selepas check out, mampir makan dulu di kedai halal. Koh Samui semalaman
diguyur hujan sampai pagi. Rencana jogging di pantai terpaksa batal. Semalam
itu deburan ombaknya keras sekali disertai angin. Hingga pintu kamarku
terdengar glotak glotak kena angin.
Menjelang
tengah hari, aku lanjutkan naik songthew menuju Nathon Pier. Dan menunggu di
situ, sebab sore ini mau langsung balik ke Surat Thani dilanjutkan dengan bus
menuju Hatyai.
Tiket
kubeli satu paket dari Koh Samui hingga Hatyai. Yah... kemahalan sedikit sih
harganya, tapi ga pa pa itu sudah rizki dia.
Waktu
keberangkatan ke Hatyai masih beberapa jam lagi. Aku nunggu di agen kecil milik
Ibu Kay di aula kantor ferry Lomorayah. Hujan pun tidak kunjung reda. Tapi
tampak aktivitas keberangkatan/kedatangan ferry tetap berjalan sesuai jadwal.
Untuk
lebih efesien, aku dibonceng sepeda motor oleh Ibu Kay menuju Terminal Koh
Samui di tengah guyuran hujan. Di situ resi pada waktunya akan kutukar dengan
tiket asli di loket agen bus.
Apresiasi
pada Pemerintah Daerah Koh Samui, Surat Thani - Thailand. Di pulau wisata yang
kecil ini dan penuh dengan hura-hura masih bisa menyediakan tempat shalat untuk
Ummat Muslim.
Hal
tersebut terdapat pada Terminal Bus Koh Samui yang cukup besar dan bersih, bus
berbagai jurusan ada di sini.
Tampak
terminal ini seperti kantor instansi dan sangat sepi pengunjung. Akan terlihat
ramai nanti pada saat bus datang menunggu calon penumpang yang telah booking
tiket. Semua bus berangkatnya on time.
Busku
juga on time berangkatnya menuju dermaga Raja, Donsak. Di atas ferry yang
tergolong versi lama ini mampu membawa bus, truk trailer dan mobil-mobil kecil.
HALO HATYAI
Bus masuk di Hatyai pukul dua pagi dan terpaksa aku mencari makan dan minum di dekat terminal sambil menunggu datangnya pagi.
Di
hotel beruntung sekali aku bertemu dengan Wong Solo bernama Mas Aziz. Kebetulan
dia sewa motor di Hatyai dan aku dibonceng dibawa ke beberapa spot seperti
Masjid Central Songkla, Big Budha di puncak bukit dan Wat stainless steel.
Sekitaran
pukul sembilan pagi aku menuju Terminal Bus Hatyai. Maksudnya mau ke Pattani.
Pakai minivan tiketnya 100 Bath. Semula Bangdee (panggilan untuk Hamdi) akan
menunggu saya di Masjid Pattani. Tapi karena beliau ada urusan kerja dan tempat
tinggalnya jauh di Yala, maka beliau meminta tolong dan mengutus temannya
bernama Husnee.
Aku
dijemput dan diajak ke resepsi pernikahan saudaranya di dekat Masjid Raya
Pattani. Alhamdulillah aku bisa banyak kenal warga Pattani, tau bagaimana acara
pernikahan itu dan bisa mencicipi segala macam jenis makanan khas Pattani.
Aku
pun dibawa ke Masjid Raja Pattani dan Masjid Raya Pattani. Di situ (Masjid
Pattani), aku bertemu Imam Masjid Raya Pattani. Lantas karena sore ini aku
harus berada di Narathiwat, Husnee mengantarkanku ke Terminal Bus Pattani.
Ongkos minivan ke Narathiwat 110 Bath ditempuh dalam waktu 1 jam lebih sedikit.
Ketika
menuju Pattani dan Narathiwat, aku harus melewati sepuluhan pos pemeriksaan
militer. Karena pemerintah Thailand berpikir 'demi keamanan'. Itulah ZONA MERAH
PATTANI.
NARATHIWAT
Kedatanganku di Narathiwat disambut dengan hujan tiada henti. Alhasil aku hanya bisa cari makan yang tidak jauh dari hotel. Aku coba tom yam, roti bakar srikaya dan kopi susu panas.
Esok
harinya jelajahi pasar tradisional yang masih saja dijaga oleh tentara
bersenjata lengkap. Lantas sarapan nasi air, pempek dan aneka sea food ringan.
Sedangkan di pasar tradisional aku beli sekilo duku yang sedang musim di
Narathiwat.
Aku
mampir makan di PKL halaman masjid milik seorang ibu. Panggilannya Kak Natroh
yang berusia sekitar 40 tahunan. Terlahir dari Bapak asal Narathiwat Thailand
dan Ibu asal Kelantan Malaysia.
Beliau
berjualan di halaman madrasah Kompleks Masjid tertua di Narathiwat, Yum Iyah
Mosque. Jualannya hanya sabtu dan ahad saja. Sebab jum'at sekolahan libur.
Di
hari lainnya beliau mengelola kedai makan dan 8 motor tandem sejenis tossa
untuk disewakan. Di sini dinamakan chaleng (motor angkut multi fungsi).
Usahanya
tampak biasa saja sebagai orang kalangan bawah di Narathiwat. Tapi beliau sudah
berhaji berkat rajin menabung dari hasil usahanya tersebut. Dan beliau rajin
bersedekah setiap hari. "Bapak makan saja tak usah bayar, ini sebagai
sedekah saye pagi ini. Jangan begitulah Pak.... masak Bapak tak mau makan kalo
tak bayar ?"
Begitulah
dialog kami berdua yang ikut disaksikan oleh para pembantunya yang sejak lama
ikut bersama Kak Natroh.
Hari
ini tujuanku ke Sungai Kolok. Pas keluar hotel, tiba-tiba ada yang nawari ojek.
Langsung aja aku minta diantar ke Terminal Bus Narathiwat. Kubayar dia 40 Bath.
Untuk
perjalanan 1 sampai 3 jam, di Thailand dominan dilayani oleh minivan. Mobilnya
baru-baru dan pelayanannya bagus. Meski naik dari terminal, waktu tiba di kota
tujuan semua penumpang diantar sesuai yang diminta.
SUNGAI KOLOK PINTU MASUK KE KELANTAN
Ongkos ke Kolok sebutan orang selatan 70 Bath. Lebih kurang dalam 1 jam, minivan tiba dan berhenti di depan Kantor Imigrasi Kolok. Untuk keluar Thailand bisa langsung ke petugas imigrasi yang bertugas di dalam seperti pos. Mulai turun dari minivan, banyak ojek menawarkan jasanya untuk menuju sampai kantor imigrasi di seberang jembatan sana. Kebetulan saja kedua kantor imigrasi kedua negara hanya dibatasi oleh jembatan di atas Sungai Golok.
Karena
jaraknya tidak terlalu jauh, aku cuma jalan kaki menuju Imigrasi Malaysia di
Rantau Panjang. Urusan keluar masuk kedua negara ini lancar-lancar aja. Dan
akhirnya aku harus berjalan lagi keluar sampai di sekitar terminal kecil Rantau
Panjang.
Di
situ aku hanya menunggu bus menuju Kota Bharu. Habis, kupikir di Rantau Panjang
tidak ada yang bisa dilihat. Yang ada cuma masjid indah bergaya China seperti
Masjid Cheng Ho.
Tak
lama bus yang ditunggu datang. Bus Cityliner No 29 jurusan Rantau Panjang ke
Kota Bharu. Ongkosnya 5,1 Ringgit. Ditempuh lebih kurang satu jam. Bus ini
melewati Pasir Mas, sebuah kita kecil tapi lumayan mulai ramai sebagai kota
kecamatan.
Untuk
penginapannya aku pilih di dekat Terminal Bus Kota Bharu. Stay di dekat situ
banyak keuntungannya, ke mana-mana jadi gampang. Apalagi lusanya aku mau ke
Penang. Jadi ga perlu ongkos lagi, tinggal jalan beberapa langkah ke terminal.
Di
Kota Bharu juga sedang dilanda hujan. Pas udara cerah aku menuju Masjid
muhammadi dekat kediaman Raja Kelantan. Masjid ini sudah lama berdiri sehingga
menjadi masjid warisan tempo dulu. Phisik bangunannya sungguh masih terawat dan
dikelola dengan baik.
Ikon
yang lain adalah menara di tepi Sungai Kelantan yang cukup lebar. Ada juga
menara jam di tengah taman bundaran dekat Musium Kelantan yang menjadi ikon
kota lainnya. Masjid cukup banyak di Kota Bharu dengan arsitektur yang berbeda-beda.
Contohnya Masjid Al Baro'ah yang berhimpitan dengan Pasar Besar Siti Khadijah.
Bangunan
perkantoran banyak yang didesign berkubah menyerupai masjid, padahal bukan
masjid. Penamaan segala macam papan nama semua tertulis dengan bahasa latin dan
Arab. Warganya memakai Bahasa Melayu Kelantan yang berbeda dengan negara bagian
lainnya di Malaysia. Sedangkan warganya banyak yang memakai kupluk (kopiah)
haji. Itu bagi yang lelaki. Wanitanya memakai kerudung plus busana Muslim.
Hari
Jum'at sebagai hari libur. Sedangkan hari Ahad masuk seperti hari normal. Di
mana-mana banyak papan peringatan tentang menutup aurat dan ada zonanya wajib
menutup aurat.
Kelantan
saat ini dipimpin oleh seorang Raja yang pada Bulan November 2018 ini berusia
49 tahun.
Untuk
mobilisasi warganya tersedia bus umum yang bagus dinamakan Cityliner. Cara
bayarnya langsung pada sopir. Tidak perlu membayar pakai uang pas. Sebab
nominal besar pun ada kembaliannya. Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di
Malaysia, di Kota Bharu dimungkinkan penumpang naik turus sesuai permintaan
kita disesuaikan dengan tempat berhenti yang aman.
Makan
minum sehari-hari posisinya hanya di sebelah hotel. Sarapan dan makan siap
selama dua hari selalu di situ. Pemilik kedai sering ngobrol denganku dan menunjukkan
masjid terdekat untuk shalat. Setiap kali makan aku selalu diberi harga khusus
yang murah.
Aku
terkejut ketika mau bayar yang yang terakhir, dia nggak mau terima. Dia
menolak. "Ini sedekah saya. Sampai ketemu lagi." katanya. Dia pun
sempat menyeka air matanya. Walau sebagai lelaki, mataku ikut basah melihatnya.
Sebelum
menuju ke Penang, aku blusukan ke Pasar Besar Siti Khadijah. Shalat Dhuha di
masjid sebelahnya dan beli sekilo buah duku yang berlimpah karena lagi
musimnya. Akhirnya aku menunggu di agen bus Transnasional hingga waktu
berangkat tiba.
Bus
yang cukup mewah 30 seat 2 x 1 mesinnya sangat halus nyaris tak bersuara.
Tau-tau aku bangun berhenti istirahat makan, lalu dilanjutkan hingga tiba di
Terminal Sungai Nibong Penang pukul 4 pagi.
Mau
ke hotel pakai Bus Rapid, bus nya belum ada. Mau shalat Shubuh waktunya belum
masuk. Jalan satu-satunya hanya menunggu sehingga keduanya bisa terlaksana
sehingga tidak ada yang dikorbankan.
Bus
Rapid di Terminal Antar Propinsi Sungai Nibong tersedia Lane-nya. Yang kutunggu
adalah Bus No 401 tujuan Jetty via Lebuh Chulia Street. Sebab aku tetap akan stay di
hotel yang sama ketika awal tiba di Penang.
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
2 comments:
keren pak...
sy ngbayangin, saat sy seusia bapak ini nanti, sy masih dberi kesempatan utk jalan2 kaya bpk...
hehe..
sehat2 terus y pak,
biar bisa terus jalan2 dan sharing cerita perjalnnny.. (:
Keren pak ...
Post a Comment