Tiket pp dari Surabaya ke Jeju Island (Korea Selatan) via Kuala lumpur sudah ada di email (always yang promo). Tapi ada sedikit yang mengganjal pikiranku. Pasporku expire kurang dari 7 bulan lagi. Kalau baca² di berbagai artikel sih masih aman tapi banyak versinya. Bikin kuatir juga, daripada berisiko tinggi ditolak berangkat lebih baik paspor kuperpanjang. Semoga lancar² aja sebab waktunya tinggal 2 minggu lagi. Bismillah...
. J . E . J . U .
Ada serunya juga menunggu selesainya perpanjangan paspor dalam waktu yang agak mepet. Alhamdulillah... paspor baruku selesai 3 hari sebelum keberangkatan. Aku bersama istri memilih Jeju Island sebagai destinasi jelajahanku. Kenapa Jeju ? Karena pemegang paspor RI kalau ke Jeju bisa tanpa Visa (bukan main land Korea seperti Seoul atau Busan). Pulaunya bisa dieksplor habis dalam 4 - 5 hari saja. Tentang keindahannya jangan diragukan lagi. Jeju itu Hawaii-nya Korea Selatan yang bisa disetarakan dengan Pulau Bali.
Walaupun mengeksplornya pada segala musim tapi keindahan Jeju tidak pernah berkurang sedikit pun. Itulah mengapa kami memilih Jeju. Mau ke mana aja di Jeju sangat gampang. Transportasi, akomodasi dan telekomunikasinya tersedia baik. Meski di Jeju tidak ada subway atau train tetapi semua bisa diakses sangat mudah dengan bus, taxi atau travel.
Annyeonghaseyo....
Ketika pemeriksaan imigrasi lancar² aja. Cuma ada sedikit pertanyaan. Untuk lancarnya pemeriksaan dokumen, kami siapkan kartu imigrasi yang diisi lengkap sesuai aturannya. Begitu juga dengan barang bawaan yang minimal dan tidak membawa apa² yang dilarang masuk ke Jeju. Hal itu semua turut memperlancar kunjungan kami masuk Jeju Island.
Setelah terbang selama 6 jam dari Kuala lumpur (KLIA2). Di Airport Jeju aku harus membereskan tiga hal utama : Pertama, beli Simcard untuk 5 hari. Harganya 27.500 Won (1 KRW = 12 Rupiah). Belinya di Gerai SK Telecom sebelah Tourist Information Center dekat pintu keluar Arrival. Meski di bus, hotel dan di berbagai tempat tersedia wifi. Tidak ada salahnya aku beli Simcard tersebut untuk jaga² dan memudahkan segala aktivitas selama di Jeju. Yang kedua, ambil segala brosur Jeju yang bisa mendukung perjalanan kami. Dan yang ketiga, beli Tmoney (popcard) kartu alat bayar berbagai keperluan seperti untuk naik bus atau taksi. Harga kartunya 2.500 Won. Lantas isinya terserah mau di top up berapa. Belinya di GS25 Mart depan Gate-1.
JEJU MASIL GUESTHOUSE
Kami stay di Jeju Masil Guesthouse, 3 menit jalan kaki ke Intercity Bus Terminal. Stay di sini sangat strategis. Mau keliling Jeju cukup dari terminal ini aja. Dari Airport kami naik bus dalam kota melewati 4 halte bus dan halte yang ke-5 adalah halte Jeju Intercity Bus Terminal.Untuk memudahkan informasi bus, aku install aplikasi 'naver map' yang dapat memonitor pergerakan berbagai moda transportasi. Bayar bus bisa pakai uang tunai atau pakai Kartu Tmoney. Dengan Tmoney cukup 'tap' ketika naik dan turun. Dan harganya lebih murah dibanding tunai. Ingat lho ... pintu busnya ada di sisi kanan sebab stirnya ada di sebelah kiri.
Waktu Jeju (GMT+9) beda 2 jam dengan Waktu Indonesia Bagian Barat (GMT+7). Mata uang Korea Selatan, Won (KRW) aku sengaja beli di Malang. Kebetulan harganya cukup murah 12 Rupiah untuk 1 KRW nya.
Welcome to Jeju. Lets go berpetualang yang sebenarnya...
Stay di Jeju Masil Guesthouse memang strategis. Disamping dekat terminal, di sekitarnya banyak gerai untuk memenuhi kebutuhan kami seperti GS25, 7 Eleven atau CU. Fasilitas lainnya tersedia mushala kecil di lantai satu dan pakaian tradisional Korea (hanbok) yang bisa dipakai secara gratis. Di setiap kamarnya dilengkapi arah kiblat. Enaknya lagi, di Guesthouse ini pelayanannya ramah dan menyenangkan. Petugasnya siap merespon apa saja yang kami perlukan. Ada ruang untuk shalat dan ada dapur khusus Muslim. Peralatan masaknya lengkap termasuk bahan baku makanan untuk masak disediakan di sini.
Untuk harga² di Korea tampaknya mereka tidak masalah. Sebab kurs uang mereka jauh lebih tinggi daripada Korea. Bahan baku makanan di guesthouse tersedia karena banyak tetamu yang sengaja meninggalkannya untuk pengunjung berikutnya. Begitu seterusnya kebiasaan ini dilakukan. Saling membantu dalam kebaikan sesama Muslim. Untuk mencuci pakaian disediakan dua mesin cuci plus deterjennya (free). Dan mesin pengeringnya boleh dipakai bayarnya cuma 3.000 KRW buat kapasitas besar. Habis itu bisa disetrika pada ruangan di sebelahnya. Pokoknya cakep deh guesthouse ini.
Khusus urusan makan memang menjadi masalah untuk Muslim. Sebab cuma ada satu dua saja restoran yang menyediakan makanan halal. Kalau untuk Non Muslim nggak jadi masalah, tinggal pilih aja mana yang disukai. Masalah lain yang cukup mengganggu adalah sistem WC yang menggunakan tissue pada saat pup bukan pakai selang air atau gayung seperti kebiasaan di tanah air. Tapi masalah ini bisa disiasati dengan berbagai cara. Misalnya saja pakai bekas gelas mie instan. Aku percaya kita² ini banyak akalnya untuk mengatasi masalah seperti ini. Wkwkwk
SEONGSAN ILCHULBONG
Sekitaran pukul 08.30 pagi hari kami buru² ke terminal menuju Seongsan Ilchulbong. Aku ambil Bus No. 211 dan turun di halte Ilchulbong Entrance. Bayarnya pakai Tmoney Card yang bakal dipotong 1.150 KRW. Waktu tempuhnya 1.5 jam. Dari halte Ilchulbong dilanjutkan jalan kaki menuju counter ticket. Tiket masuknya 5.000 KRW.Seratus meteran sebelum counter terdapat kedai kopi dengan tampilan yang menarik. Lokasinya persis di sebelah Starbuck. Aku beli hot coffee yang lagi promo (1.500 KRW). Lumayan bisa diminum pelan² hingga puncak Bukit Ilchulbong karena panasnya tetap terjaga.Ilchulbong ini ditetapkan sebagai World Heritage UNESCO.
Untuk menikmati peak ini banyak pelancong yang sengaja menginap di hotel² sekitarnya. Tujuannya agar bisa melihat sunrise/sunset yang indah dari peak Ilchulbong.Pulangnya kami tidak lupa mampir ke lokasi women diver (Heanyeo). Arahnya belok ke kanan sebelum signboard 'End of Admission', lalu turun ke bawah hingga bibir pantai. Disinilah tempat para penyelam wanita menangkap cumi², kerang dan ikan dengan alat tradisional sederhana. Hasil tangkapan bisa disantap langsung pada resto kecil di sebelahnya. Biasanya cumi² atau kerang dipotong-potong lalu disantap mentah².
Pulangnya melewati jalan yang sama. Namun haltenya ambil yang ada diseberangnya. Menurut timetable yang terpampang di dinding halte, bus 211/212 tidak lama lagi akan datang. Bus menuju Jeju City ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Begitu tiba di guesthouse langsung mandi, shalat lantas langsung jalan lagi ke Dongmun Market. Dari halte Jeju Bus Terminal naik Bus 315 dan turun di halte yang ke-6. Dengan bantuan GMap menyusuri jalan menuju Dongmun.
Pasar yang cukup bersih dan teratur rapi didominasi oleh kimchi, jeruk Hallabong, seafood dan kudapan khas Korea. Sebagai contoh sebotol juice Hallabong 100% ukuran 300 ml harganya 4.000 KRW. Kalau yang tidak pure 100% harganya 2.000 KRW. Selepas dari Dongmun lalu menuju Swalayan Grosir Martro. Kami belanja di situ membeli berbagai kebutuhan untuk makan beberapa hari. Tuna kalengan, roti sandwich, yogurt, sawi putih menjadi pilihan kami. Ke swalayan ini kami sengaja membawa kantong belanjaan dari guesthouse. Benar saja kalau belanjaan mau dikantongi plastik, ada biayanya 700 KRW atau sekitar 85 ribu Rp.
JEJU FOLK VILLAGE
Hari itu hujan turun sedari pagi. Hal itu tidak mengurangi niat kami menjelajahi spot berikutnya. Adalah Jeju Folk Village menjadi tujuan kami. Lagi² cukup berangkat dari Jeju Intercity Terminal kami dengan mudah menjangkau lokasi Jeju Folk Village.Tiket masuknya 11.000 KRW untuk individual. Sedangkan untuk group 9.000 dan untuk anak² tiketnya di bawahnya lagi.
Kami mulai memasuki gerbang ala Tiongkok lantas menuju toko di dalam kawasan buat beli jas hujan. Hujannya luar biasa deras disertai angin kencang. Jas hujan harganya 5.000 KRW. Di sinilah lokasi jejak pelestarian tradisi kehidupan warga Korea Selatan khususnya Jeju. Memelihara sapi, babi atau ayam menjadi salah satu pekerjaannya. Tinggal di dalam rumah dari 'batu kali' yang disusun rapi dan beratap semacam jerami dikuatkan oleh ikatan tambang yang teratur. Rumah² asli masyarakat ini menjadi tampak kokoh. Dalam satu halaman rumah terdiri dari bangunan untuk tidur, bangunan dapur, bangunan untuk home industri dan kandang ternak. Dan di sekelilingnya untuk berkebun.
Untuk kembali ke Jeju kami harus menunggu bus di halte yang lokasinya tidak jauh dari parkiran. Sudah dua hari ini hujan lebat dan angin kencang melanda Jeju. Ini akibat Topan Tapah di Tiongkok Bagian Timur. Pepohonan banyak yang patah, jarak pandang pun terbatas, banjir dan penerbangan banyak yang di cancel. Cuaca ini berdampak besar pada kami yang otomatis tidak bisa ke-mana². Kami hanya bisa menuju ke spot yang bersifat indoor.
SEOGWIPO
Hari berikutnya kami nekat ke kota bagian selatan, Seogwipo. Dengan Bus warna biru (slow) No. 281. Kalau naik yang warna merah (ekspress) taripnya lebih mahal. Memilih No. 281 adalah yang tepat, sebab jalurnya lebih pendek memotong dari utara ke selatan. Kalau lewat jalur memutar ke barat atau ke timur tentu lebih jauh dan lama. Tapi melewati jalur tengah jalannya ber-kelok². Kurang dari 1,5 jam bus sudah tiba di Terminal Seogwipo. Cuaca di Seogwipo lebih parah hujan disertai anginnya sangat kencang. Ombak tinggi juga menghantam keras di pantai sekitaran Seogwipo. Aku hanya bisa curi² waktu ketika cuaca reda sejenak. Dan itu pun hanya bisa ke Stadion Sepak Bola yang pernah dipakai pertandingan World Cup 2002 di Korea Jepang. Kebetulan disitu sedang ada latihan Team Jeju United. Disamping itu aku me-lihat² megahnya stadion. Di lantai bawah ada bioskopnya dan di lantai 2 terdapat Museum Eros khusus untuk orang dewasa yang berumur 17 tahun ke atas. Ayo apaan tuh ?
Enaknya naik bus di Jeju. Berapa pun penumpangnya, bus tetap berangkat sesuai jadwal. Di dalam setiap bus yang bersih dilengkapi wifi kecepatan tinggi, ber-AC dan waktunya on time dan nyaman. Alhasil, paket internet yang kubeli untuk 5 hari seharga 27.000 KRW (300 ribu lebih) nyaris tidak terpakai. Sebab di berbagai ruang publik selalu ada free wifi. Paket internet baru berguna pas berada di spot yang tidak ada sinyal free wifi.
MASJID RAHMAN
Sorenya, ketika hujan masih saja mengguyur Kota Jeju, dari guesthouse kami meluncur dengan taksi menuju Masjid Rahman. Dengan taksi kena charge 7.000 KRW yang kubayar pakai Tmoney. Cukup menunjukkan Gmap lokasi masjid, driver mengantarkan kami sampai tujuan. Maghrib sekitar satu jam an lagi. Masjid Rahman seperti masih dikunci (ternyata tidak). Kami menunggu hingga menjelang Maghrib. Alhamdulillah, ada orang yang datang ke dalam gedung. Ternyata oh ternyata... dia adalah penghuni di lantai 1. Ternyata lagi, Masjid ada di lantai 3. Kami diberitahu dan dipersilakan masuk dibukakan pintu oleh tetangga lantai 1 sehingga kami bisa hadir menghadap Allah sujud di masjid ini.
Menunggu jamaah tidak ada yang datang. Jadi kami shalat berjamaah hanya dengan istri. Sepertinya lantai 3 gedung ini disewa untuk masjid. Masjid terbagi untuk jamaah lelaki dan bagian yang lain untuk wanita. Di lantai yang sama ada tempat wudhu, perpustakaan kecil, dispenser, dapur dan toilet. Kira² ukuran masjid ini 15 x 15 m. Masjid ini terbilang sederhana untuk ukuran Kota Jeju. Kaget juga melihat masjid ini karena hanya berupa gedung biasa tidak seperti masjid-masjid pada umumnya yang berkubah. Hujan terus turun membasahi bumi. Pulangnya kami naik Bus 232 langsung turun terakhir di Jeju Bus Terminal.
UDO ISLAND
Next day kami ke Seosang Port dengan Bus No. 211. Tujuannya ke Pulau Udo. Alhamdulillah hari itu storm sudah berlalu, cuma ada sedikit mendung tapi menyejukkan. Sebetulnya ketika dari Ilchulbong bisa saja aku lanjutkan ke Seongsan Port lalu nyebrang ke Udo Island. Sebab dari Ilchulbong sudah sangat dekat ke Seongsan Port. Tapi aku bisa mengukur kekuatan phisik istriku. Aku tidak mau memaksakan dia langsung ke sana.
Dari Seongsan Port Bus Stop jalan kaki sekitar 300 meteran ke counter pembelian tiket. Sebelumnya harus mengisi data diri di form (nama, tanggal lahir dan no telepon). Harga tiket pp menuju Udo Island 10.500 KRW. Ferry berangkat setiap 30 menit mengangkut penumpang dan kendaraan. Nyebrangnya cuma 15 menit saja. Baru saja merapat di dermaga, kami sudah disuguhi pemandangan yang sangat indah. Dari dermaga sini boleh pilih mau jalan kaki, sewa scotter listrik roda 3 atau naik bus yang khusus mengelilingi Pulau Udo. Tiket bus 6.000 KRW. Ada 5 spot indah (Udobong Peak, Geommeollae Beach, Hagosudong Beach, Hongjo Dangoe dan Haumokdong Port) yang disinggahi bus ini. Setiap spot pelancong turun menjelajahi dan menikmati setiap keindahannya. Setelah itu beranjak ke tempat lain dengan bus lain yang sudah ready di parkiran. Hanya menunjukkan tiket awal, kami dipersilakan naik ke atas bus. Setelah puas menjelajahi satu persatu spot di Pulau Udo, kami kembali ke Jeju melewati dan pakai cara yang sama seperti waktu berangkat.
Ini hari terakhir di Jeju. Meskipun belum maksimal mengeksplor Jeju karena hujan badai, namun kami bersyukur sudah bisa melihat langsung segala keindahannya. Semuanya Allah yang mengatur.... Alhamdulillah. Sisa waktu menjelang berangkat kami manfaatkan untuk 'sesi' berfoto ria dengan pakaian khas Korea 'Hanbok'. Setelah itu cari oleh² khusus souvernir yang tokonya tidak jauh dari Jeju Bus Terminal.
Akhirnya, kami terpaksa harus meninggalkan Jeju dengan Bus No 331 menuju Airport kembali ke Kuala lumpur. Berat rasanya meninggalkan Jeju sebab banyak kenangan selama kami berada di sini. Sisa Tmoney aku habiskan untuk membeli coklat dan roti² di GS25 Jeju Airport. Inilah bus ke Airport yang bisa dipilih antara lain, 331 332 101 151 atau 465. Naiknya dari seberang Terminal Bus. Ke Airport cuma perlu 10 menit saja.
Setelah terbang balik dari Jeju ke KL, esok paginya kami menuju Johor dengan penerbangan paling awal dan dalam 45 menit sudah tiba di Senai Airport. Bus AA1 warna putih sudah menunggu di parkirannya. Dengan ongkos 8 Ringgit kami dibawa menuju JB Sentral. Dari situ kami naik bus lagi ke Larkin Sentral (1.7 Ringgit).
Sedari awal kami berniat mengunjungi sahabat lama di Senai dengan Bus No. 2 (3,5 Ringgit).
Pertama, kami diajak ke outlet barang² branded yang disukai warga Johor dan wisatawan asing termasuk warga Singapura. Pada hari sabtu atau minggu outlet ini selalu dibanjiri para pelancong yang sengaja ingin berbelanja atau sekedar mencari angin di sini. Namanya Johor Primier Outlet yang lokasinya seperti resort.
Kedua, kami dibawa ke pasar malam yang buka hanya seminggu sekali di Bandar Kulai. Dan keesokan harinya kami kembali ke home sweet home Malang bertemu dengan anak cucu tercinta. Flight dari Senai Airport ke Juanda Surabaya menjadi penerbangan penutup perjalanan kami.
Pertama, kami diajak ke outlet barang² branded yang disukai warga Johor dan wisatawan asing termasuk warga Singapura. Pada hari sabtu atau minggu outlet ini selalu dibanjiri para pelancong yang sengaja ingin berbelanja atau sekedar mencari angin di sini. Namanya Johor Primier Outlet yang lokasinya seperti resort.
Kedua, kami dibawa ke pasar malam yang buka hanya seminggu sekali di Bandar Kulai. Dan keesokan harinya kami kembali ke home sweet home Malang bertemu dengan anak cucu tercinta. Flight dari Senai Airport ke Juanda Surabaya menjadi penerbangan penutup perjalanan kami.
Selamat berjumpa pada episode berikutnya....
Copyright© by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
2 comments:
Mau lg ksana....
Wahhh Masya Allah, sangat terbantu sekali dengan artikelnya, terimakasih banyak atas ilmu per bus an di Jeju yaa pak, sehat sehat selalu untuk bapak dan keluarga
Post a Comment