Waktunya staycation lagi di musim pandemi ini. Kalau kemarin dengan keluarga, kali ini giliran bersama tetangga sekaligus sahabat. Tujuannya tetap hidup sehat dan tetap terjalin ukhuwah di antara kami.
Destinasi yang kami pilih adalah Pantai Sendang Biru di Malang Selatan yang jaraknya dari pusat kota sekitar 70 kilometeran. Meski kami sudah beberapa kali ke sini namun yang ini agak berbeda dengan perjalanan sebelumnya.
THE WAY TO SENDANG BIRU
Mengendarai mobil jenis SUV dari Kota Malang kami lewat jalur Bululawang lantas Turen dan berakhir di Pantai Sendang Biru. Di Kota Kecamatan Turen kami mampir sejenak menikmati kulineran di Warung Siji. Menunya bervariasi mulai seafood, ayam, mie, nasi goreng dan aneka soup. Warung Siji suasananya cukup nyaman, santai, enak dan harganya yang terjangkau. Tempat duduknya bisa kita pilih mau yang outdoor atau indoor.
Menjelang maghrib kami tiba di pantai dan tanpa membuang waktu langsung bernegosiasi harga menyewa perahu motor untuk meng-eksplor singkat indahnya laut di depan Pulau Sempu. Satu perahu untuk bertiga dapat harga hanya seratus ribu rupiah.
Aku masuk perangkap sahabatku sendiri yang mengajak untuk nenda sambil mancing. Aku membayangkan bakal nenda di tepi sungai yang berada di salah satu lereng gunung di sekitaran Malang. Nggak taunya aku dibawa ke Sendang Biru dan bergabung bersama komunitas Nusantara Gilang Gemilang yang dikomandani Gurunda Coach DR. Fahmi (https://www.facebook.com/GroundedCoaching). Bagai seekor burung yang sudah terlanjur masuk perangkap, aku merasa maju kena mundur kena. Akhirnya dengan wajah tertunduk malu di hadapan para orang hebat gemblengan Coach Fahmi yang belum pernah bertemu sebelumnya, mau tidak mau aku mengikuti air mengalir.
Bersama Coach DR. Fahmi |
Efek dari perangkap tersebut properti pribadi khususnya pakaian yang kubawa mubazir semuanya. Jaket tebal, topi dan celana hangat tidak terpakai sama sekali. Jadinya menuh menuhin backpack aku aja di luar pakem kebiasaanku. Sudah sadar keluar dari perangkap pun aku cuma bisa berubah menjadi seekor kucing berbulu basah yang mati gaya belum bisa percaya diri.
Sebelum berangkat ke peraduan kami dapat pembekalan ilmu dan wawasan kebangsaan yang sangat bermaanfaat dari Coach Fahmi tentang bagaimana bersikap sebagai anak bangsa yang mempunyai hamparan maritim yang luas dan terpanjang ke-2 di dunia. Siraman wawasan berikutnya disampaikan Ketua dan beberapa Coach buat para peserta. Dan circle discussion malam itu ditutup dengan menikmati sajian kambing guling dan ikan bakar yang bikin ngeces semuanya.
Sebelum masuk tenda, masih ada senda gurau, berdiskusi tipis-tipis melupakan segala kesibukan aktivitas sehari-hari sambil menyeruput kopi panas dan omong-omong berakhir dengan sendirinya karena mata sudah lelah dan siap melanjutkan kegiatan mancing esok pagi.
Sebagai seorang traveler sejak dulu sudah terbiasa hidup nomaden dengan segala medan. Alhamdulillah Allah SWT masih memberi kekuatan phisik dan sisa umur untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan selama ini. Sebelum menjelajahi laut, segala peralatan tenda dan ikutannya kami bereskan satu persatu.
Dengan tiga perahu yang masing-masing diisi 10 orang kami meluncur menjelajahi laut lepas Samudera Indonesia di selatan Pulau Sempu. Perahu ditambatkan dengan menurunkan jangkar pada kedalaman 20 meteran. Lemparan tali pancing masing-masing peserta sudah berada di lautan bersama goyangan perahu oleh gelombang Samudera Indonesia yang lumayan besar.
Suasana riang gembira bersama Team G Fishing Nusantara Gilang Gemilang 'NGG' sambil sesekali bersorak bila ada peserta yang dapat hasil kailannya. Di sini kami memetik pelajaran betapa besar jasa para nelayan dengan jerih payah dan perjuangannya mencari ikan di laut lepas, sedangkan risiko besar selalu menunggunya. Padahal kita bisa makan ikan laut karena jasa besar para nelayan seperti juga jasa para petani padi. Saat ini kita hanya merasa mendapatkan ikan itu mudah, tinggal pergi ke pasar semua bisa diperoleh. Dan sangat jarang memikirkan bagaimana ikan-ikan itu bisa sampai ada di pasar.
Finally, kami harus kembali menuju ke rumah masing-masing memilih Jalur Lintas Selatan 'JLS' - Perempatan Kondang Merak - Bantur - Gondang Legi - Bululawang - Kota Malang. Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih pada sahabat Bang Rendra, Bang Iwan dan para Coach khususnya Coach Fahmi yang banyak memberi nasehat dan berkontribusi sampai terbitnya artikel ini.
NIKMAT TIDAK MEMBAWA SENGSARA
Copyright@by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com
No comments:
Post a Comment