BERAMAL LEWAT TULISAN

Monday, 21 March 2022

CUMA KE PURWODADI, BLORA DAN CEPU AJA

Sebelum ke Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, aku dan istri dari Malang ke Jogja dan Solo lebih dulu (kisahnya sengaja kami skip biar ga kepanjangan). Kami start dari Terminal Bus Tirtonadi Solo (pintu timur) menuju Purwodadi dengan Bus Rela.

PURWODADI

Beruntung kami bisa naik bus terakhir yang berangkat pukul 7 malam meski kami sudah ada di situ sejak pukul 5 sore. Bus Rela adalah bus satu²nya yang mengaspal dari Solo ke Purwodadi (pp). Ongkosnya 25 K dan turun di Simpang Lima Purwodadi. Dari situ kami ambil 2 ojek menuju Padi Budget Hotel di Jalan Ampera 140 K dan masing² kubayar 25 K.

Sebagai satu²nya bus yang melayani trayek Solo - Purwodadi, kondisinya seadanya tanpa AC, banyak barang bawaan besar ditaruh di dalam bus dan bebas merokok. Yah sudahlah, diterima aja. Keadaannya menjadi lengkap karena bus melewati jalan bergelombang yang ga mulus² amat. Tapi biarlah siapa tau sengsara ini bakal membawa nikmat.

Kami berdua ke Purwodadi baru pertama kali dan selanjutnya berniat pelan² untuk menjelajahi daerah ini. Ternyata saat ini sering turun hujan yang datangnya tidak menentu, alhasil kami hanya bisa mengeksplor kawasan perkotaan saja.

Spot yang paling dekat dengan penginapan adalah Alun² Purwodadi. Menuju ke situ cukup jalan kaki. Alun² yang luas berumput hijau ditumbuhi aneka tanaman/pohon yang tertata rapi. Di pinggirannya terdapat tempat berjalan kaki yang luas sehingga kami bisa berlama² disini. Tulisan besar berwarna merah "ALUN ALUN PURWODADI" dan tulisan berwarna merah hijau "GROBOGAN BERSEMI" turut menghiasi kawasan ini.


Masjid Baitul Makmur di sebelah baratnya menjadi ciri khas di Jawa, dimana ada alun² disitu ada masjid. Kulinerannya tersedia di bawah tenda² permanen berwarna putih dan di bagian lain ada beberapa kulineran gerobagan yang tidak permanen.

Di sini, transportasi umum dalam kotanya ada becak, bentor, angkot, ojek dan ada ojol meski aku belum pernah melihatnya. Semua beroperasi hanya sampai sebelum maghrib, selebihnya tinggal ojek yang tampak. Itu pun cuma ada satu dua di pangkalannya. Sedangkan mall terbesar di kota ini namanya 'Luwes Mall'.


Nah, kalau soal kulinerannya banyak yang rumahan yakni masakan khas Jawa. Disamping itu yang modern atau kekinian juga sangat banyak. Misalnya saja kalau mau coba masakannya Bu Sigit bisa kunjungi kedainya di Jalan Katamso atau Pusat Kuliner Katamso. Di kedua tempat tersebut menyajikan aneka masakan lokal. Begitu juga kalau ingin menikmati sate/gule/tongseng boleh kunjungi Depot Bu Diran dekat Monumen Diponegoro di daerah Getasrejo. Dan kalau ingin ayam geprek/penyet salah satunya bisa memilih 'Rocket Chicken' atau 'Ayam Penyet Surabaya'.


Setelah alun², kini giliran yang lain untuk dijelajahi seperti Taman Segi Tiga Emas, Menara Air Simpang 5, Monumen Pangeran Diponegoro sekaligus menikmati kulineran di sekitarnya. Di dalam kota terutama pusat Kota Purwodadi kebersihannya cukup bagus dan trotoarnya lumayan lebar. Tetapi mulai ke pinggir kebersihannya mulai berkurang dan trotoarnya naik turun licin membahayakan bahkan sebagian besar tidak nyaman untuk dilewati karena pecah² terbongkar oleh akar pohon besar.

Kami mendatangi Cafe Freezy berlantai tiga di Bagian Utara Simpang 5. Salah satunya menyajikan olahan ice cream yang cocok dinikmati pada sore hari. Dengan harga yang terjangkau, ice cream mulai masuk ke mulut dengan lembut sambil memandang Taman Simpang 5 dari atas dan menara airnya yang tampak kokoh.

Baliknya dengan apalagi kalau bukan dengan becak. Kami tidak langsung ke hotel tapi menuju Masjid Agung Baitul Makmur untuk Shalat Maghrib berjamaah, lantas menikmati kebab di pinggiran alun² dan lanjut ke hotel buat istirahat.


B L O R A

Esoknya, selepas sarapan aku ambil laundrian dan check out siap² meluncur ke kota selanjutnya Blora. Kami sengaja tidak pergi terminal, tapi memilih menunggu bus yang lewat dekat hotel. Bus besar yang ditunggu tidak kunjung datang karena dari Purwodadi ke Blora adanya cuma pagi dan siang hari. Hampir satu setengah jam kami menunggu, akhirnya itu bus muncul juga. Padahal perjalanannya ditempuh cuma 2 jam, tapi nunggu bus nya bisa lebih lama dari itu. Tiket ke Blora 30 K dan turun di depan bekas Stasiun Kereta Api Blora yang lama tidak dipakai.


Maksud hati ingin memberi kejutan pada istriku yang berasal dari Bugis Makassar untuk menyantap ikan bakar dan sop konro di Blora. Kebetulan aku udah ngintip di google maps kedainya ada di sekitar kami turun dari bus. Setelah lokasinya kudapat, tapi aku kurang beruntung depotnya sudah tutup sejak seminggu lalu. Baru kali ini aku berasa malu pada istriku, padahal ingin beri kejutan makan masakan Makassar. Terpaksa, aku cari yang lain yang dekat² situ karena perut lumayan lapar. Dapatnya geprek ayam kampung yang harga paketannya cukup murah tapi bikin banjir keringat karena pedasnya hohah.

Dan maksud hati ingin menginap di salah satu hotel yang sudah ku-browsing sebelumnya dan lokasinya agak jauh dari sini. Eh tak sengaja 'browsing hotel terdekat', ternyata ada hotel yang lokasinya ga sampai 100 meteran dari aku browsing. Hotelnya rekomended banget, harga ekonomis tapi keren, jalan kaki sedikit langsung check in dan pas dapat promo karena setiap hari selasa dan rabu ada diskon 10%. Alhamdulillah (230 K).

Nama itu hotel adalah Hotel Santoso, dekat eks Stasiun KA, sebelah Luwes Mall, dekat Blok T (pusat kuliner), di jalan utama Blora - Cepu, dan banyak kulinerannya. Sedangkan di dalam hotel ini ada 'Garam & Lada Cafe' yang spotnya sangat artistik.

Malam itu kami ke Luwes Mall beliin kaos² cantik buat cucu. Abis itu nikmatin tongseng dan Sate Blora di seberang hotel. Blora memang sangat terkenal satenya karena punya olahan bumbu yang khas Blora. Sehingga Blora punya julukan surganya sate.

Kabupaten Blora terdiri dari sekitar 15 kecamatan yang luas hutannya lebih dari 50% dibandingkan dengan persawahan, ladang, pemukiman pedesaan dan perkotaannya. Hutannya didominasi oleh pepohonan jati milik negara dan masyarakat. Itulah garis besar tentang Blora.

Ga mau seperti ketika di Purwodadi ga ke-mana², esok paginya 'kubajak' ojek buat menjelajah spot wisata Kalinanas. Dari Blora jaraknya sekitar 30 kilometeran. Mulai ongkos pergi pulang, makan minum, rokok dan bensin semuanya aku yang nanggung. Enjoy ajalah, belum tentu setahun sekali bisa begini. Mas Ogy yang berusia 50 tahunan dengan sigap mengantarku ke TKP. Dia sih tau daerah Kalinanas, tapi kalau ke sungai purba dan bekas jembatan lorinya dia belum pernah ke sana. Tanya² sedikit akhirnya kami tiba di lokasi ditemani seorang petani yang sedang mencari rumput.


Tempatnya yang tersembunyi semula memang agak sulit ditemukan. Tapi semenjak jalan akses desa menuju Bendungan Randung Gunting diaspal cor, spot ini lebih mudah dicari dan tidak seperti dulu banyak yang takut lewat jalan ini.

Kalinanas ini sama sekali belum disentuh jadi masih apa adanya. Tidak ada jalan menuju ke dasar sungai, sehingga harus mencari jalan sendiri membuka rumput² dan memegangnya agar tidak terpeleset. Begitu juga kalau berjalan di atas bebatuan pinggir sungai permukaannya sangat licin karena berlumut tebal. Pokoknya harus berhati² menyusuri pinggir sungai ini.

Selesai dari Kalinanas aku bersama Mas Ogy mampir ke Bendungan Randugunting yang masih gres dan belum dipakai maksimal. Kebetulan letaknya tidak begitu jauh dari Kalinanas. Dan spot yang terakhir adalah Goa Terawang. Goa ini lokasinya ada di Desa Kedungwungu Kecamatan Todanan masih di wilayah Kabupaten Blora. Lokasinya strategis ada di per3an jalan yang tidak begitu lebar. Dari situ bisa ke Pati, Purwodadi atau ke Blora.

Seperti goa² di tempat lain, Goa Terawang juga memiliki daya tarik dan ciri sendiri. Mulai dari gerbang pintu masuk, kita akan didekati monyet² yang bermain di bawah pohon² besar. Di dekat situ ada spot untuk foto, sepeda ontel dengan latar belakang tulisan "Goa Terawang". Lantas berjalan turun menapaki anak tangga maka kita akan mulai memasuki area goa.



Jalanan ke dalam goa sedikit becek dan ada tanahnya yang lengket sehingga gampang menempel di alas kaki. Tidak tampak ada pemandu, lampu penerangan atau sewa senter untuk memasuki ke dalam goa. Kegelapan di dalam sedikit terbantu oleh sinar matahari yang masuk dari celah goa di beberapa titik. Inilah keunggulan Goa Terawang, seperti juga di tempat lain memiliki keunggulannya sendiri.

Dengan kamera profesional, ketika sinar lurus menerebos masuk ke dasar goa tentu sangat bagus untuk diabadikan. Bunyi jeritan kalelawar dapat didengar nyaring dan udara di dalam goa sedikit menyengat disebabkan oleh kotoran kalelawar.

Serasa sudah puas menikmati keindahan Goa Terawang, saatnya kembali ke Blora. Malamnya, badanku terasa ga enak dan sedikit demam. Kutau ini disebabkan oleh naik ojek menempuh jarak yang jauh. Cuacanya nyentrong panas, tidak memakai topi dan sempat minum es kelapa di terik panas matahari. Itulah cikal bakalnya. Ditambah lagi oleh penjelajahan tadi dengan penuh semangat, dan lupa pada kekuatan tubuh sendiri.


C E P U

Akhirnya harus istirahat di kamar, makan yang cukup dan doping. Alhamdulillah badan berangsur segar, tinggal rasa capeknya aja yang belum hilang. Esok paginya setelah sarapan siap geser ke Cepu dengan bus ekonomi besar. Nunggunya cukup di depan hotel, biasanya muncul pada pukul 09.30. Bus Jaya Utama berwarna biru jurusan Purwodadi - Surabaya, dari Blora ke Cepu tiketnya 15 K ditempuh sekitar 35 menit. Cepu itu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Blora. Lokasinya berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang dipisahkan oleh Sungai Bengawan Solo.


Daripada mikir panjang, aku turun di Terminal Cepu kebetulan di seberangnya ada homestay yang lumayan bagus (175 K). Tinggal berjalan selangkah sudah sampai di TKP. Lumayan bisa nambah istirahat lagi dan cari tukang pijat untuk lancarkan peredaran darah/hilangkan masuk angin.

Kondisi tubuh semakin baik, sehingga pagi² esoknya bisa berjalan jauh ke 0 Kilometer, Taman Seribu Lampu dan ke Heritage Trainz Loco. Kulinerannya makan lontong tahu khas Blora dan teh tawar hangat.

Alhamdulillah bisa Jumatan di Masjid Jami Cepu, habis itu dengan bentor meluncur ke Heritage Trainz Loco (15 K). Rangkaian kereta wisata tua kusewa 300K karena tidak ada penumpang lain. Seharusnya bisa ditanggung oleh 15 orang @20 K.


Loco tua diesel 'Ruston' jalannya terseok² melewati rel yang tidak kalah tuanya menuju perkebunan jati milik Perhutani. Loco ini mulai beroperasi tahun 2017 dan seabad lalu 1915 berjasa membawa kayu² dari hutan jati dengan rangkaian rel sepanjang seratusan kilometer. Spot wisata ini memperlihatkan sejarah perkeretaapian dan perkayuan di Indonesia, sekaligus sebagai spot bernostalgia para warga senior yang pernah merasakan kehebatan kereta pada masa itu.

Berharap ke depan jangkauan loco tua ini bisa diperluas hingga masuk ke hutan jati yang lebih dalam sehingga nuansanya lebih alami seperti berada dalam masa lampau. Dan berharap agar pengelolaan spot wisata ini dikelola lebih profesional ditingkatkan untuk kepuasan para pelancong.

Pak Bentor aku whatsapp untuk jemput kami dan siap langsung ke terminal kembali ke Malang via Surabaya. Bus Ekonomi AC Cepu - Blora 45 K dan Bus Patas AC Surabaya - Malang 35 K.

I ❤️ Beautiful Indonesia


Copyright@by RUSDI ZULKARNAIN
email : alsatopass@gmail.com


No comments: